JAKARTA (Arrahmah.com) – Keluarga korban penembakan pada tragedi penyerangan jamaah shalat Idul Fitri 1436 H di Tolikara mendatangi Komnas HAM, Rabu (16/9/2015). Salah satu keluarga korban, Jimmy Wanimbo mengungkapkan bahwa ada rapat tersembunyi GIDI sebelum tragedi Tolikara berlangsung yang merancang serangan terhadap jamaah shalat Idul Fitri 1436 H di rumah Bupati Tolikara Usman Wanembo.
Jimmy mengungkapkan fakta adanya rapat khusus yang dilakukan sejumlah oknum panitia pelaksana seminar dan KKR Pemuda Internasional GIDI sebelum penyerangan dilakukan. Menurutnya, adiknya Endi Wanimbo yang tertembak dalam kejadian itu, sama sekali tidak mengikuti rapat itu.
“Oknum dari panitia menyusun serangan, tapi adik saya tidak ikut rapat tapi hanya ingin ikut seminarnya saja,” ujarnya, dikutip ROL.
Meski begitu, Jimmy menjelaskan, adiknya pernah diajak mengikuti rapat. Rapat tersebut, kata dia, bertujuan untuk melakukan penyerangan pada hari raya Idul Fitri pada 17 Juli 2015.
Menurutnya, jumlah panitia GIDI yang mengikuti rapat berjumlah kurang dari seratus orang. Rapat itu diselenggarakan di rumah Bupati Tolikara, Usman Wanembo, yang sekaligus ketua GIDI pada 16 Juli.
“Isi rapat itu rencanakan serangan pada Idul Fitri yang mimpin rapat itu Arianto Kagoya,” katanya.
Sayangnya, karena tidak mengikuti rapat, Jimmy tidak mengetahui detail rapat. Sehingga ia tidak bisa membeberkan lebih jauh perihal aktor di balik rapat gelap tersebut.
Adik Jimmy, Endi Wanimbo turut menjadi korban dari Insiden Tolikara. Ketika insiden berlangsung, Endi menjadi korban penembakan oleh aparat sipil pada hari Idul Fitri tanggal 17 Juli. Kini, Jimmy meminta keadilan atas tertembaknya adiknya dengan meminta pelaku penembakan dihukum lewat hukum nasional bukan hukum adat.
“Kami sebagai keluarga korban penembakan, tidak pernah terlibat dalam insiden itu,” katanya.
Sebagai informasi, ratusan jemaat Kristen dari Gereja Injili di Indonesia alaias GIDI menyerang umat Islam yang tengah menjalankan shalat Idul Fitri. Massa GIDI kemudian membakar Masjid Tolikara dan pertokoan di dekat masjid yang mayoritas milik Muslim Tolikara (azm/arrahmah.com)