SIDOARJO (Arrahmah.com) – Sebuah mushaf Al Quran berukuran besar “ditemukan” di wilayah terdampak luapan lumpur panas di Desa Glagaharum Porong, Senin (12/1/2015).
Mushaf itu mempunyai tinggi atau panjang 2 meter dengan lebar 2,40 dan tebalnya 15 centimeter. Berat kertas kitab suci itu mencapai kurang lebih, satu kwintal.
Kondisi kitab suci itu juga masih dalam keadaan utuh dengan sampul berwarna hitam. Huruf hijaiyah Alquran juga tertulis sempurna. Hanya saja, kertas kita suci itu terlihat ada sobekan dan kertasnya agak rapuh.
Menurut Anang Asriyanto (38) warga RT 12 RW 3 mushaf Al Quran berukuran tak wajar itu ditemukan mendadak atau secara tidak diketahui datangnya di kamar rumahnya, yang bersebelahan tepat ruang sampingnya, ada acara rutinan istighotsah.
Kata dia, para jamaah sempat kaget mendengar suara benda jatuh dari atap kamar rumah. “Saat kita pastikan bersama jamaah, kami melihat benda berwarna hitam. Setelah kami buka, ternyata sebuah kitab suci Alquran raksasa,” ucapnya.
Para jamaah berharap, dengan ditemukannya kitab suci Alquran raksasa ini, bisa membawa berkah bagi kepentingan masyarakat banyak dalam mensiarkan agama Islam.
“Kami akan menjaga kitab Al Quran ini dan berusaha mengamalkan isi kandungan kita suci Al Quran yang sudah menjadi keharusan bagi umat Muslim,” terang korban lumpur kelahiran Gempolsari Kec. Tanggulangin itu.
Belum ditashih
Sementara Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sidoarjo melalui Ketuanya, KH Usman Bahri, langsung datang ke rumah Anang Asriyanto di RT 12 RW 3 Glagaharum Porong. MUI datang untuk melihat kebenaran mushaf tersebut.
Setiba di lokasi, KH Usman Bahri yang juga membawa mushaf Quran kecil itu langsung melakukan pencocokan satu persatu huruf hijaiyah dan lafadz yang ada dalam Alquran dengan tulisan tangan tersebut.
Dari penelitian dan pencocokan yang dilakukan, Kiai Usman menemukan ada satu kalimat yang kelebihan yang berbunyi ‘unzila’ yang diulang dua kali (secara berjajar) dalam ayat ke empat di surat Albaqarah.
“Ayat nomor empat dalam surat Al Baqarah, ada lafadz ‘unzila’ ditulis dua kali secara berjajar. Jadi ada tiga lafadz ‘unzila’ dalam ayat keempat surat Al Baqarah itu,” terang Kiai Usman.
Kiai.Usman membaca, ayat nomer 4 dalam surat Albaqarah, yang benar, berbunyi ‘walladziina yuKminuuna bimaa unzila ilaika wamaa unzila min qablika wabil aakhirati hum yuuqinuun. Namun di mushaf Al Quran raksasa, tertulis walladziina yukminuuna bimaa unzila unzila ilaika wamaa unzila min qablika wabil aakhirati hum yuuqinuun.
“Al Quran ditulis dan bisa naik cetak, harus sudah melalui proses pentashih atau peneliti kebenaran secara sempurna dalam lafadz, ayat, surat dan lainnya. Namun Alquran raksasa ini dirasa belum di tashihkan sehingga banyak ditemukan kesalahan,” jelas Kiai
Dia tidak menampik itu benar mushaf Alquran yang ditulis dengan tangan. Namun Kiai Usman tidak sependapat jika Alquran itu datangnya secara jatuh di suatu ruangan atau kamar. “Saya tidak percaya kalau Al Quran itu tiba-tiba datang jatuh dari atas ke bawah,” tegasnya.
Kiai Usman menambahkan, temuan Alquran ini harus mendapatkan sikap. Khawatirnya, muncul ada keyakinan atau sesuatu yang lain dari masyarakat. “Saya mengusulkan kepada pihak terkait untuk menyimpan Alquran tersebut,” tandasnya.
Dia menambahkan, untuk menyikapi Alquran rakasa ini, MUI Kab Sidoarjo akan memanggil para penghafal Alquran (hafidz) sebanyak 4 orang. Selain ada yang bagian membaca, ada juga yang bertugas menyemak atau melihat dengan mata pada tulisan dalam Alquran itu.
“Untuk penelitian secara seksama dan sempurna pada Alquran raksasa itu akan segera kami lakukan,” janji Kiai Usman dengan berdalih Al Quran raksasa akan tetap ditempatkan di kantor MUI Kab. Sidoarjo. (azm/beritajatim/arrahmah.com)