INDIANAPOLIS (Arrahmah.com) – Rencana dibangunnya sebuah tempat wudhu di Bandara Internasional Indianapolis sebagai fasilitas bagi para supir taksi Muslim telah menuai kontroversi, menganggap hal tersebut adalah bentuk Islamophobia, Indianapolis Star melaporkan pada Sabtu lalu.
“Menyediakan fasilitas wudhu di tempat umum merupakan tindakan pelanggaran undang-undang karena tujuan utamanya hanya untuk melayani Muslim,” Uskup Jerry Hillenberg dari Gereja Harapan Baptis berkata dalam suratnya yang ditujukan kepada Walikota Bart Peterson.
Hillenberg mengatakan rencana tersebut hanya untuk menyenangkan hati umat Muslim AS yang dituduhnya tidak setia kepada negara.
“Kami menolak untuk bersatu dengan musuh kami selama masa perang!”.
Hillenburg rencananya akan mengumumkan dalam ceramah agamanya pada Minggu kepada sekitar 700 jemaatnya untuk turut andil dalam memerangi Islam yang dianggapnya salah satu masalah AS.
Media lokal minggu lalu memberitakan beberapa petugas di bandara Indianapolis memutuskan untuk menyediakan fasilitas wudhu bagi umat Muslim sebagai bagian dari pembangunan kamar kecil di bandara senilai $ 1.7 miliar tersebut, yang rencananya selesai pada November.
Beberapa petugas berpendapat fasilitas tersebut digunakan untuk menghindarkan para supir menggunakan botol untuk berwudhu di jalanan dan menghindarkan lantai basah.
Petugas tersebut telah mendengar tentang kritik pedas tersebut namun tetap akan membangun fasilitas wudhu.
“Ini bukanlah sebuah pertanyaan untuk memikirkan ulang hal tersebut, namun pertanyaan tentang bagaimana desain yang akan digunakan sehingga memenuhi prosedur”, David, Dawson, juru bicara Bandara, mengatakan.
Dia mengatakan pendapat masyarakat baru dibutuhkan sebagai bentuk pertimbangan untuk menentukan desain yang digunakan.
“Beberapa pendapat masyarakat seringkali berpengaruh”.
Mereka juga berpendapat fasilitas tersebut perlu dibangun setelah beberapa orang mendapati seorang supir mencuci kakinya di wastafel.
“Kami menyadari pentingnya sholat bagi mereka”, kata Greta Hawvermale, direktur senior teknik dan lingkungan bandara Indianapolis.
“Kami mencari cara yang aman.”
Umat Muslim dan petugas telah mengacuhkan propaganda Islamophobia oleh Hillenberg, mengatakan mereka memerlukan fasilitas tersebut untuk kepentingan ibadah.
“Satu-satunya masalahku dengannya adalah dia menganggap Muslim sebagai musuh”, kata Shariq A Siddiqui, direktur eksekutif Aliansi Muslim Indianapolis.
Siddiqui mengatakan perwakilan Muslim dalam Pasukan Bersenjata AS menunjukkan respon yang paling tajam terhadap tuduhan Hillenberg yang mengatakan Muslim AS tidak setia kepada negaranya.
Dia mengatakan serangan terhadap rencana pembangunan fasilitas wudhu merupakan salah satu bentuk kampanye anti-toleransi yang dihadapi umat Muslim AS sehari-hari.
Sejak serangan 11 September, Muslim Amerika menjadi peka terhadap hal-hal yang berhubungan dengan hak sipil mereka dan meyakini bahwa AS sedang menyerang agama mereka.
Wakil Walikota, Steve Campbell, mengatakan Hillenburg seharusnya tidak menyamakan semua umat Muslim sebagai teroris.
“Saya pikir Pastur itu akan setuju jika Muslim Hoosier (penduduk asli Indiana) sama seperti kita semua”, katanya.
“Mereka juga membayar pajak, dan pergi kesekolah, dan mencoba hidup dalam Impian Amerika”.
Satu-satunya kamar kecil pria berada di tempat parkir dimana para supir taksi biasanya mengambil air wudhu. Pernah dalam suatu siang, sekitar 80 supir mengantri di tempat sempit tersebut.
“Rasanya seperti berada di hutan dengan kumpulan manusia purba”, kata Aziz Nachid, seorang supir taksi berusia 42 tahun.
Khalid Zouecha, 38 tahun, mengatakan para supir seharusnya mendapat fasilitas yang lebih layak.
“Saat ini sudah terlambat”, kata Saahir. “Indianapolis telah berkembang. Mereka perlu memberikan akomodasi yang lebih layak bagi seluruh rakyatnya”. (Hanin Mazaya/IOL/SM)