JERUSALEM (Arrahmah.com) – Keberadaan Tembok Ratapan tidak memiliki akar sejarah dengan agama Yahudi. Penamaan tembok tersebut hanyalah cara politis untuk membuat para yahudi zionis berbondong-bondong untuk datang ke Palestina.
Demikian yang diungkapkan oleh Shamekh Alawneh, seorang dosen sejarah modern di Universitas Terbuka Al-Quds. Orang Yahudi mengklaim adanya hubungan sejarah Tembok Ratapan di Jerusalem sebagai ibu kota mereka selama 1.600 tahun sebelum Nabi Muhammad menyampaikan agama Islam. Dosen tersebut menyangkal bahwa adanya hubungan orang-orang Yahudi dengan Tembok Ratapan dari Kuil Yahudi.
Alawneh menjelaskan bahwa Yahudi menciptakan hubungan dengan tembok tersebut untuk tujuan Politik, untuk meyakinkan Yahudi Eropa dan Zionis untuk datang ke Palestina. Tujuan Yahudi untuk memberi nama tembok tersebut sebagai “Tembok Ratapan” merupakan sesuatu yang politis.
Para pemimpin Yahudi tidak memiliki pilihan lain kecuali untuk menciptakan sebuah alasan mengenai Yerusalem dalam menyebarkan keterikatan diantara para Zionis atau Yahudi Eropa untuk berhubungan dengan sesuatu yang konkret dari masa lalu Yerusalam. Maka mereka membuat klaim palsu dan menyebut Tembok Buraq sebagai Tembok Ratapan.
“Tembok tersebut tidak mempunyai akar sejarah,” ujarnya dalam sebuah program televisi yang berjudul Yerusalem – Sejarah dan Budaya. “Ini adalah cara politis untuk memenangkan hati dan dukungan dari Zionis di Eropa sehingga mereka akan berpindah dan masuk ke Palestina. Tidak lebih”.
Dalam sebuah wawancara ekslusif pada bulan Maret 2007, Taysir Tamimi, Pemimpin dari Pengadilan Palestina dan salah satu dari pemimpin Muslim yang paling berpengaruh di Israel, mengatakan bahwa Kuil Yahudi tersebut tidak pernah ada, dan Tembok Ratapan sebenarnya adalah tempat dimana Nabi Muhammad mengikatkan kendaraan ajaibnya, Masjid Al Aqsa dibangun oleh para malaikat dan Ibrahim, Musa dan Isa adalah nabi-nabi dalam Islam.
Tamimi dianggap sebagai ulama terpenting Palestina setelah Muhammad Hussein, Mufti Agung Yerusalem.
“Israel memulai sejak 1967 membuat penggalian arkeologis untuk menunjukan bukti-bukti adanya hubungan antara Yahudi dengan kota tersebut, dan mereka tidak menemukan apapun. Tidak ada koneksi terhdap Israel sebelum Yahudi memasuki wilayah ini pada tahun 1880,” ujar Tamimi.
Tamimi berkata bahwa deskripsi dari Kuil Yahudi di Taurat dan di tulisan Byzantine dan Roma dari periode Kuil tersebut merupakan hasil pemalsuan, dan bahwa Taurat telah dipalsukan. (sm/rasularasy/arrahmah.com)