TEL AVIV (Arrahmah.com) – Menteri Luar Negeri Israel, Avigdor Lieberman, mengatakan pada Selasa (28/8/2012) bahwa ia berharap Presiden baru Mesir, Muhammad Mursi, akan segera mengunjungi negara Yahudi itu untuk membuktikan kata-katanya.
Mursi mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara pada hari Senin (27/8) ia akan berusaha bersikap seimbang dalam menentukan kebijakan luar negeri dan menunjukkan bahwa perjanjian damai Israel dengan Mesir ada dalam posisi aman.
“Kami benar-benar berharap untuk melihat Presiden Mursi menerima perwakilan resmi Israel dalam waktu dekat. Kami ingin melihat dia diwawancarai oleh media Israel. Kami ingin melihat dia mengunjungi Yerusalem sebagai tamu Presiden Shimon Peres di Israel,” Lieberman, yang ultranasionalis, mengatakan dalam konferensi hukum di Tel Aviv.
Sementara itu, Ikhwanul Muslimin, kelompok tempat Mursi berasal, menggambarkan Israel sebagai negara yang rasis dan ekspansionis.
Dalam wawancara bersama Reuters, Mursi menekankan pada keseimbangan. Sikap frontal yang ditampakkan oleh Ikhwanul Muslimin, tidak ditunjukkan oleh Mursi.
Mesir dan Israel berdamai pada tahun 1979 setelah pertempuran empat perang. Mubarak menjabat selama puluhan tahun sebagai sekutu setia AS dan penjamin status Mesir sebagai negara Arab pertama yang menandatangani perjanjian dengan Israel. Hubungan ini tetap dingin meskipun telah dilakukan perjanjian, yang sangat ditentang oleh sebagian besar warga Mesir.
Lieberman mengatakan kata-kata Mursi tentang kepastian itu menyenangkan tapi ia harus berbuat lebih banyak.
Tanpa menyebutkan nama Israel, Mursi menunjukkan bahwa tetangga Mesir tidak perlu takut oleh operasi militer baru di Semenanjung Sinai, yang ia perintahkan setelah orang-orang bersenjata menyerang sebuah pos perbatasan Mesir, menewaskan 16 penjaga dan mencoba menyerbu melintasi perbatasan ke Israel.
“Saya senang mendengar apa yang dikatakan Mursi mengenai komitmen Mesir untuk berdamai dengan Israel, perjanjian Camp David, dan perjuangan melawan teror,” kata Lieberman.
“Ini adalah pesan yang sangat penting Tetapi barangsiapa berbicara tentang perdamaian dan stabilitas harus memahami bahwa ini tidak bisa hanya menjadi abstrak dan hipotetis. Perdamaian juga memiliki ekspresi yang nyata,” lanjut Lieberman. (althaf/arrahmah.com)