TEL AVIV (Arrahmah.id) – Presiden “Israel” Isaac Herzog dan para pemimpin oposisi meningkatkan tekanan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu agar segera menyelesaikan semua tahap kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan dengan Hamas.
Dalam pernyataannya pada Senin (3/2), Herzog menegaskan bahwa ini adalah “momen-momen krusial” dan kembali menyerukan penyelesaian semua tahap kesepakatan serta pemulangan seluruh tahanan “Israel”.
“Tentu saja saya tidak meremehkan kekhawatiran dan rasa sakit yang terkait dengan kesepakatan ini, saya memahaminya dengan baik. Namun, kita harus ingat: ini adalah janji tertinggi antara negara dan warganya,” ujar Herzog.
Sementara itu, pemimpin oposisi Yair Lapid menekankan bahwa pemerintah AS perlu memahami bahwa pemerintahan Netanyahu tidak dalam bahaya jika melanjutkan implementasi kesepakatan tersebut.
Lapid bahkan telah beberapa kali menawarkan “jaring pengaman” untuk mencegah kejatuhan pemerintahan Netanyahu apabila kesepakatan dilanjutkan. Namun, kesepakatan ini mendapat tentangan keras dari para menteri sayap kanan dalam koalisi pemerintahan.
Senada dengan Lapid, pemimpin Partai National Unity Benny Gantz menegaskan bahwa Netanyahu harus mengutamakan kepentingan negara dibanding tekanan politik dari koalisinya.
Di tengah desakan ini, Netanyahu justru dituduh berupaya menghambat kesepakatan dan menunda negosiasi tahap kedua hingga setelah pertemuannya dengan Trump di Washington.
Dilansir dari Al Jazeera, pada 19 Januari lalu, tahap pertama kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Hamas dan “Israel” mulai berlaku.
Kesepakatan yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan AS ini mencakup negosiasi tidak langsung antara Hamas dan “Israel” mengenai tahap kedua, yang seharusnya dimulai paling lambat 16 hari setelah perjanjian berlaku. Kesepakatan tersebut ditargetkan selesai sebelum akhir pekan kelima dari tahap pertama.
(Samirmusa/arrahmah.id)