TEHERAN (Arrahmah.id) — Kementerian Luar Negeri Iran menepis tuduhan Maroko bahwa negaranya berencana menyebarkan agama Syiah di negara-negara Afrika. Pernyataan ini dijelaskan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh pada konferensi pers dan menyebut klaim oleh Menteri Luar Negeri Maroko Nasser Bourita tidak berdasar.
Pada Januari, Bourita memperingatkan komite parlemen Afrika tentang upaya Iran menyebarkan pengaruhnya di Afrika. Ia bahkan bersumpah melindungi keamanan spiritual Afrika dari agama Syiah.
“Iran berencana memasuki Afrika Barat dan menyebarkan doktrin di kawasan itu,” katanya kepada komite, dilansir dari The New Arab, Rabu (2/1/2022).
Negara-negara Afrika Barat Sub-Sahara adalah rumah bagi komunitas Libanon yang cukup besar, yang mencakup pendukung kelompok Syiah Hizbullah dan memiliki kepentingan bisnis di industri pertambangan.
Bourita juga menuduh Iran ikut campur masalah di wilayah tersebut melalui gerakan Syiah Houtsi di Yaman.
Kelompok bersenjata tersebut melakukan serangkaian serangan terhadap Arab Saudi dan UEA sejak awal intervensi militer pimpinan Saudi terhadap mereka pada tahun 2015.
Milisi Syiah Houtsi menargetkan UEA dengan rudal dan drone pada tiga kesempatan pada bulan Januari ini.
Maroko adalah sekutu Riyadh dan Abu Dhabi.
“Dukungan Maroko untuk Uni Emirat Arab [setelah apa yang mereka] menjadi sasaran adalah pesan yang jelas untuk mengecam pelanggaran Houthi dan kebijakan Iran di belakang mereka,” kata Bourita.
Krisis diplomatik antara Teheran dan Rabat meletus pada 2018, ketika Maroko menuduh Iran menggunakan kelompok Syiah Hizbullah Libanon untuk melatih pejuang separatis Front Polisario di Sahara Barat. Tuduhan yang dibantah baik Teheran maupun Hizbullah. Rabat belum menunjukkan bukti klaimnya.
“Memperbarui konflik empat tahun melalui tuduhan di media adalah bahasa peringatan Rabat, menunjukkan kesiapannya untuk bereaksi jika perlu,” Mehdi Rais, seorang ahli Maroko dalam hubungan internasional, mengatakan kepada The New Arab.
Rais menambahkan Maroko khawatir tentang Iran karena hubungan baik Iran dengan Aljazair, yang mendukung Front Polisario.
“Iran mungkin menggunakan program pelatihan untuk Polisario untuk menyerang daerah sensitif di kerajaan, mengikuti pendekatan yang sama dari Houtsi yang didukung Teheran [dalam] serangan mereka di Arab Saudi dan Emirates,” kata Rais.
Beberapa negara Teluk Arab, termasuk Arab Saudi, Bahrain dan UEA, telah memutuskan atau menurunkan hubungan diplomatik dengan Iran. Mereka menuduh Teheran campur tangan di dalam negeri kawasan Timur Tengah.(hanoum/arrahmah.id)