RIYADH (Arrahmah.com) – Arab Saudi telah menahan seorang imam dan khatib terkemuka di Masjidil Haram di Mekah, aktivis mengatakan, setelah ia dilaporkan menyampaikan sebuah khotbah yang mengkritik pertemuan publik yang campur baur (ikhtilat), Al Jazeera melaporkan pada Rabu (22/8/2018).
Kelompok advokasi media sosial Prisoners of Conscience, yang memantau dan mendokumentasikan penangkapan para khatib dan ulama Arab Saudi, mengatakan pada Minggu bahwa Syeikh Saleh al-Talib ditangkap setelah dia menyampaikan khotbah tentang kewajiban dalam Islam untuk berbicara menentang kemunkaran di depan umum.
Khaleej Online melaporkan bahwa dalam khotbahnya, Al Talib, yang juga melayani sebagai hakim di Mekah, mengkritisi campur baur antara laki-laki dan perempuan dalam konser dan acara hiburan lainnya.
Meskipun tidak ada kritik langsung terhadap keluarga kerajaan Saudi dalam pidatonya, kerajaan dalam beberapa bulan terakhir telah melonggarkan hukum tentang kehadiran perempuan di acara-acara publik.
Arab Saudi belum mengeluarkan pernyataan resmi tentang masalah ini.
Beberapa jam setelah penangkapannya yang dilaporkan, kedua akun Twitter al-Talib yang berbahasa Inggris dan Arab dinonaktifkan.
🔴 We confirm the arrest of the Imam of Haram Sheikh Dr. Saleh al Taleb, and it is said that the reason for the arrest is a speech about the doing evil and the duty in Islam to deny that in public! pic.twitter.com/8jq70ljDGg
— Prisoners of Conscience (@m3takl_en) August 19, 2018
Berbicara kepada Al Jazeera, Yahya Assiri, seorang aktivis hak asasi manusia Saudi yang berbasis di Inggris, mengatakan “pihak kerajaan mengawasi semua orang yang berpengaruh dan memiliki kehadiran di tempat kejadian”.
Dia menambahkan: “Bahkan mereka yang tetap diam atau berjanji setia kepada negara, bahkan mereka yang telah menghimpun otoritas dan inisiatif mereka, tetap berada dalam kondisi yang tidak aman.”
Gelombang penangkapan
Sejak Mohammed bin Salman, juga dikenal sebagai MBS, menjadi putra mahkota Saudi pada Juni 2017, puluhan imam, aktivis hak-hak perempuan dan anggota keluarga kerajaan yang berkuasa telah ditahan.
Di antara mereka yang ditangkap adalah khatib terkemuka Salman al-Awdah, Awad al-Qarni, Farhan al-Malki, Mostafa Hassan, dan Safar al-Hawali.
Al-Awdah dan al-Qarni, yang memiliki jutaan pengikut di media sosial, ditangkap September lalu dan dituduh memiliki hubungan dengan Ikhwanul Muslimin, sebuah kelompok yang masuk daftar hitam Saudi sebagai “organisasi teror”.
Sementara itu, al-Hawali (68), ditahan setelah menerbitkan buku setebal 3.000 halaman yang menyerang bin Salman dan keluarga yang berkuasa atas hubungan mereka dengan Israel, menyebutnya sebagai “pengkhianatan”.
Awal tahun ini, bin Salman melunakkan sikap kerajaan terhadap Israel, mengatakan kepada majalah Atlantik yang berbasis di AS bahwa Israel “memiliki hak atas tanah mereka sendiri” dan “ada banyak kepentingan yang kami (Arab Saudi) bagi dengan Israel.”
Pada bulan Maret, Riyadh memberikan izin operator nasional India untuk menggunakan wilayah udaranya dalam mengoperasikan penerbangan langsung antara New Delhi dan Tel Aviv. (Althaf/arrahmah.com)