(Arrahmah.com) – “Demi jiwa serta penyempurnaannya. Maka Dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikan nya (jiwa itu). Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (Q.S Asy Syams: 7-10)
Dari ayat kita belajar bahwa jiwa yang sempurna adalah jiwa yang di dalamnya ada dua jalan yaitu jalan dosa dan jalan takwa. Tugas kita bukanlah mengamputasi jalan dosa tetapi membersihkan jiwa (Tazkiyatun Nafs).
Demikian halnya dalam mendidik anak-anak kita, jangan kita memotong jalan yang salah itu karena jiwa anak kita tidak lagi jadi sempurna jika ia tidak mengenal jalan salah. Maka syukuri setiap kenakalan, kebandelan anak-anak kita karena dari situlah ia akan belajar memperbaiki diri dan dari situlah orang tua akan belajar tazkiyatun Nafs.
Tazkiyatun Nafs adalah mendidik anak untuk tidak berbuat dosa tapi berani berbuat salah.
Tazkiyatun Nafs diperlukan untuk mendidik anak berbasis fitrah. Dengan tazkiyatun Nafs inilah kita bisa melihat Ilham yang telah Allah installkan kepada kita sebagai orang tua untuk mendidik anak-anak kita sendiri.
Jika kita memiliki 4 anak maka sesungguhnya Allah telah menginstallkan 4 ilmu parenting kepada kita, dan kita lah yang semestinya paling pakar dalam mendidik anak-anak kita sendiri jauh melebihi para pakar Parenting manapun. Tapi seringkali kita merasa tidak mampu melihat Ilham itu sehingga kita harus kesana kemari mengikuti seminar ini dan itu untuk mendidik anak-anak kita. Berhati-hati lah jika kita merasa pakar-pakar itu lebih hebat dari Ilham yang telah Allah berikan maka bisa jadi Allah berlepas tangan dalam mendidik anak-anak kita.
Tazkiyatun Nafs para orang tua mutlak diperlukan. Bukan hanya pada seorang ibu tapi Ayah. Selama ini kita berpikir bahwa mendidik anak-anak adalah tugas ibu dan ayah mencari nafkah, padahal dalam ajaran Islam Pendidikan anak adalah tanggung jawab ayah. Para ayah akan terancam tidak mendapatkan do’a anak yang Sholeh jika tidak terlibat dalam mendidik anak di waktu mereka kecil.
Didalam Al Qur’an ada 17 anak tentang pendidikan anak, dan 14 ayat berbicara pendidikan oleh ayah, 2 ayat pendidikan oleh ibu, dan 1 ayat oleh keduanya. Maka saat ayah berlepas tangan dari mendidik anak-anak maka saat itulah hancurlah pendidikan. Dan Indonesia saat ini termasuk dalam The fatherless country atau negri tanpa ayah. Maka tazkiyatun Nafs ini adalah untuk mengembalikan peran ayah dan bunda dalam mendidik anak-anak nya.
Tazkiyatun Nafs adalah mendahulukan mengajarkan kebaikan-kebaikan dalam pendidikan bukan mendahulukan larangan-larangan. Mendahulukan amar ma’ruf dari nahyi Munkar. Tazkiyatun Nafs adalah bukan menjadi jiwa yang tidak berbuat dosa tetapi menjadi jiwa yang selalu membersihkan diri dari dosa.
*Masjid Al Ghifari IPB, 15 Oktober 2017
Narasumber: Ustadz Adriano Rusfi
Resume: Ika Patmawati
(ameera/arrahmah.com)