Arrahmah.com – Ketahuilah bahwa teguh di atas sikap menyatakan ucapan al haq dihadapan auliyauth thoghut serta memperdengarkan kepada mereka apa yang mereka benci berupa tauhid, celaan terhadap tuhan-tuhan mereka serta bara’ darinya dan dari budak-budaknya, aluliyanya dan ansharnya, ia adalah yang paling utama bagi orang yang ingin menjadi bagian dari ansharu dinillahi ta’ala dan bagian dari thaifah yang menegakkan dienullah ta’ala yang mereka itu tidak terganggu oleh orang yang menyelisihi mereka sampai datang urusan Allah ta’ala sedang mereka itu seperti itu. Pembicaraan di sini adalah tentang tauhid dan dakwah, bukan tentang pengakuan akan rincian-rincian, nama-nama dan hal-hal yang membahayakan ikhwanul al muslimin.
Bila dikatakan : Sesungguhnya situasi penginterogasian bukanlah tempat untuk menjelaskan kalimatul haq dan terang-terangan dengannya, karena auliyauth thoghut tidak menginginkan ma’rifatul haq dan mencarinya pada tempat ini, tetapi mereka ingin mengetahui arah fikrah dan aqidah kamu untuk mempermasalahkanmu dan memeja hijaukanmu atas dasarnya.
Maka kami katakana : Ya ini adalah haq, namun demikian tidak ada halangannya andaikata kalimatul haq itu mengena pada jiwa seseorang dari mereka dengan pengaruh yang baik dan menggetarkannya dengan getaran yang sangat dasyat hingga tembus ke hatinya. Dan bagaimanapun kondisi pada tempat ini bisa berbeda dengan sebab perbedaan orang dan keadaan.
Bila orang yang ditawan itu melihat pada dirinya kelemahan dan bahwa ia tidak akan mampu menanggung resiko akibat terang-terangan ini, maka ia boleh menyembunyikan keyakinannya dan melakukan taqiyyah dengan syarat tidak menyatakan ucapan kekafiran kepada mereka tanpa ikrah yang sebenarnya. Karena banyak orang terlalu meperluas rukhshah di sini, dan mengucapkan kalimat-kalimat kekafiran dengan dalih istidl’af padahal mereka tidak memaksanya, tidak memukulnya dan tidak menyakitinya untuk mengucapkannya, padahal dalam sindiran dan jawaban dengan bentuk pertanyaan atau mengaku tidak tahu atau bertameng dengan alasan takut dari berfatwa dan hati-hati dari berbicara dalam dienulah tanpa dasar ilmu terkadang jalan yang cukup dari menyatakan kebatilan atau kekafiran, talbis al haq dengan al bathil atau menampakkan ridla terhadap kekafiran-kekafiran mereka dan tuhan-tuhan mereka yang bathil tanpa ada ikrah, sedang telah ada dalam hadits”…Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah menyatakan yang haq atau diam..” atas setiap keadaan. Di banyak Negara mereka tidak ambil peduli, dengan apa yang kami yakini atau yang kamu ucapkan atau fikrah kamu, tapi yang penting bagi mereka adalah apa yang kamu katakan di jalan atau mesjid, serta dihadapan orang-orang dan di depan khalayak berupa celaan terhadap thoghut dan provokasi orang-orang untuk menentangnya, dan bahkan di sebagian Negara tidak membahayakanmu apa yang kamu katakan di hadapan para penyidik sampai kamu menandatanganinya di berkas penyidikan. Jadi mungkin saja mengucapkan kalimatul haq dan terang-terangan dengannya namun tidak menandatangani berkas itu. Dan saudara muwahhid bisa juga menjawab dengan bentuk umum tanpa mengkhususkan thoghut tertentu dengan namanya, jadi setiap kondisi ada ucapannya yang pas dan setiap Negara memilki keadaan, dan saudara muwahhid menakar hal itu dengan takaran yang tepat. Akan tetapi yang lebih utama bagi saudara muwahhid terutama bila dia tergolong orang yang tampil mendakwahi manusia dan menyampaikan kalimatul haq adalah dia teguh di atasnya dihadapan thoghut walau ia dipukul atau di sakiti dan mendengar dari mereka apa yang ia dengar, karena ia bukanlah orang yang pertama dan terakhir yang meniti jalan yang agung ini. Ia telah didahului oleh para Nabi, para shadiqien dan syuhada. Berapa banyak para rasul disakiti sampai sebagiannya dibunuh, dan begitu juga orang-orang shaleh dari kalangan pengikut mereka digotong di atas kayu dan dipootng dengan gergaji, namun itu tidak menambah mereka kecuali keimanan dan pemasrahan ( kepada Allah )[1] dan telah tsabit dari Nabi saw bahwa beliau berkata :
“…Penghulu para syuhada adalah Hamzah dan orang yang mendatangi penguasa yang aniaya, terus dia memerintah dan melarangnya, kemudian penguasa itu membunuhnya”..
Janganlah kamu mencari ridho manusia dengan murka Allah, akan tetapi buatlah manusia murka dalam ridla Allah, tentulah engkau memegang hati mereka dan mengalahkan mereka serta Allah memercikan rasa segan terhadapmu dalam hati mereka. Hal itu telah dicoba oleh banyak ikhwan kami al muwahhidin di kondisi yang sangat kelam, maka hal itu tidak menambah bagi mereka kecuali penghormatan, penghargaan, pengagungan dan rahbah di hati musuh-musuh Allah. Al Imam Ahmad dan yang lainnya meriwayatkan dari Abu Said Al Kudriy, bahwa Rasulullah saw berkata :
“…Ketahuilah jangan sekali-kali rasa takut kepada manusia menghalang seseorang diantara kalian dari mengucapkan dengan kebenaran bila dia melihatnya atau menyaksikannya, karena mengucapkan kebenaran itu atau menyebutkan hal besar itu tidak mendekatkan ajal dan tidak menjauhkan dari rizki”…
Kemudian saudara muwahhid engkau jangan lupa bahwa kondisi-kondisi ini di saksikan malaikat-malaikat tertinggi serta dilihat dan disaksikan Allah tabaraka wa ta’ala dan dicatat. Maka daftarkan buat dirimu dari tuhanmu dan pelindungmu, dan engkau membanggakan diri dengannya di suatu hari di mana tidak manfaat harta dan anak kecuali orang yang datang kepada Allah dengan harti yang bersih.
Itu adalah peperangan, siapa yang absent dari pertembpurannya untuk
Cari selamat, maka setelahnya ia diketuk tahun orang yang menyesal.
Al Imam Ibnu Qayyim rh tatkala berkata dalam kitabnya Ighatsatullafan : (….Termasuk tipu daya musuh Allah ta’ala adalah dia menakut-nakuti kaum mu’minin dari tentara dan auliyanya, kemudian mereka tidak menjihadi bala tentara musuh itu dan tidak memerintahkan mereka dengan hal yang ma’ruf dn tidak melarangnya dari hal yang munkar. Dan ini tergolong tipu daya terbesar dia terhadap ahlul iman, sedangkan Allah swt telah mengabarkan kita akan hal ini tentangnya ), Dia berfirman :
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaithan yang menakut-nakuti ( kamu ) dengan kawan-kawannya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar ornag yang beriman.” ( Ali Imran : 175 ).
Makna ayat ini menurut semua ahli tafsir :…dia menakut-nakuti kalian dengan wali-walinya, Qatadah berkata :…dia membesar-besarkan mereka di hati kalian ” oleh sebab itu Dia tabaraka wata’ala berkata : karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang-orang beriman”. Dan semakin kuat keimanan seorang hamba maka lenyaplah dari hatinya rasa takut kepada kawan-kawan syaithan. Dan samakin lemah imannya maka kuat pula rasa takut dari mereka.
Ya, sesungghnya rasa takut kepada Allah ta’ala bila telah memenuhi hati seorang hamba maka tidak ada di hati ini untuk rasa takut kepada selain-Nya ta’ala. Dan Dia subhanahu Dzat Yang Maha Kuat Lagi Maha Kokoh, Yang Menguasai Yang Maha Perkasa Yang Maha Sombong, yang memegang semua ubun-ubun hamba-hamba-Nya serta Dia menghadirkan kebersamaan-Nya, maka mengecil dan terasa enteng serta ringan pada dirinya semua kekuatan bumi ini, dan ia tidak ambil peduli dengannya. Dan bila tawakal dan yakin mengakar di dadanya serta dia mengetahui bahwa apa yang Dia taqdirkan meleset darinya tidak akan menimpa dirinya dan apa yang Dia taqdirkan menimpa dirinya tidak akan meleset darinya, dan bahwa andaikata jin dan manusia bersepakat untuk menimpakan bahaya terhadap dirinya tentu mereka tidak akan mampu menimpakan bahaya itu kepadanya kecuali dengan suatu yang telah Allah tetapkan atasnya, maka Allah pasti meneguhkan dia dan mengokohkan hatinya.sehingga seandainya saat itu seluruh elemen kekuatan bumi berkumpul untuk menentangnya tentulah hal itu tidak akan menggeser dia dari jalannya dan tidak membuat dia urung dari keyakinannya yang haq dan hal itu tidak menambah dia kecuali keimanan dan penyerahan diri.
” ( yaitu ) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang ( pun ) selain kepada Alah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan,” ( Al Ahdzab : 39 ).
Sesunguhnya termasuk metode para thoghut dan musuh-musuh Allah dalam sikap perang mereka terhadap kaum mu’minin adalah metode takhwif’ ( menakut-nakuti ) dan terror, inilah yang mereka dapatkan dari imam pertama mereka iblis, sebagaimana dia – semoga Allah mengutuknya – selalu berupaya membear-besarkan auliyanya dalam jiwa oran mu,min dan menakut-nakutinya dari mereka dalam rangka mengkerdilkannya dan mengembalikannya dari al haq al mubin, maka begitu juga mereka melakukannya, mereka berupaya memamerkan kekuatannya serta merasa bangga dengan koalisi mereka, tentara mereka, persenjataan mereka, sarana-sarana penyiksaan mereka, aparat keamanan mereka serta badan intelejen mereka. Mereka sering memujinya, mengangungkannya dan menyanjungnya, serta bahwa intelejen mereka itu mengawasi dan mengetahui setiap hal kecil dan besar di negeri ini, dan bahw ia…..dan bahwa ia….., sebagaimna Allah ta’ala khabarkan tentang mereka dalam kitab-Nya, Dia berfirman :
“Mereka menakut-nakuti kamu dengan ( sembahan-sembahan ) yang selain Allah ? dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak seorangpun pemberi petunjuk bagi-Nya.” ( Az-Zumar : 36 ).
Metode-metode ini tidaklah berpengaruh kecuali kepada kalangan lemah iman yang rasa takut kepada Allah dan pengagungan terhadap-Nya belum bercokol di hati mereka, sehingga mereka takut dari manusia melebihi rasa takut kepada Allah tabaraka wata’ala. Dan bahaya orang-orang macam mereka itu adalah sangat besar atas kaum mu’minin, karena mereka itu adalah factor pengembos dan pematah semangat serta penebar isu di barisan muslim, sehingga seyogyanya menyingkirkan mereka dari tempat-tempat berpengaruh dan tidak menilai mereka atau mempertimbangkan mereka serta terpukau dengan mereka saat menilai barisan. Allah t’ala berfirman tentang orang-orang macam mereka :
“jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas-gegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antara kamu, sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka, Allah mengetahui orang-orang yang dzalim”( At Taubah : 47 ).
Irjaf ( penyebaran isu ) dalam kondisi-kondisi yang sangat sulit ini, pengaruhnya terhadap jiwa sangat besar, karena jiwa dalam kondisi-kondisi seperti ini membutuhkan terhadap orang yang menyemagatinya untuk teguh dan memantapkan hatinya dengan cara mengingatkannya dengan sikap-sikap kaum muslimin mujahiddin dan ulama rabbaniyyin amilin, oleh sebab itu Allah swt telah mencela irjaf ( penyebaran isu ) dalam kondisi seperti ini, Dia swt berfirman :
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang kemanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya, dan kalau mereka meyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya ( akan dapat ) mengetahuinya dari mereka ( Rasul dan Ulil Amri ). Kalau tidaklah karena karunia Allah dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikuti syaithan , kecuali sebahgian kecil saja ( diantara kamu ),” ( An Nisa : 83 ).
Sengguhnya ia adalah tempat-tempat dan kondisi-kondisi yang agung yang dengannya Allah menguji hamba-hamba-Nya untuk menyaring barisan-barisan mereka, sehingga ang buruk terpisahkan dari yang baik, sungguh Allah ta’ala berfirman setelah firman-Nya :
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain syaithan yang menakut-nakuti ( kamu ) dengan kawan-kawanmnya, maka jangan kamu takut kepada mereka …( Al Imran : 175 )
Dia tabaraka wata’ala berfirman sesudahnya :
“……Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk ( munafiq ) dari yang baik (mu’min),” ( Ali Imran : 179 ).
Orang-orang mukmin yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah tidaklah terpengaruh dengan cara-cara thoghut semacam ini, dan hal itu tidak mempengaruhi sikap-sikap mereka atau menggoncangkan mereka, serta hal itu tidak menambah mereka kecuali keimanan dan keteguhan,” ( yaitu ) orang-orang ( yang mentaati Allah dan Rasul ) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan :…Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab :”..Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung”, maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia ( yang besar ) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridlaan Allah, dan Allah memiliki karunia yang besar. Allah swt berfirman :
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaithan yang menakut-nakuti kamu dengan kawan-kawannya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. ( Ali Imran : 175 ).
Dan Allah swt sebelumnya telah menyebutkan sikap-sikap munafiqin dalam takhdzil dan takhwif kaum mukminin, terus Dia membantah mereka dalam hal itu :
“Orang-orng yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang :”…Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh :”….Katakanlah : “..Tidaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar”, ( Ali Imran : 168 ).
Kemudian Allah swt menuturkan tempat tinggal para syuhada yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah untuk menunjukan kaum mukminin akan jalan mereka serta membuat kaum mukminin cinta dan ingin mendapatkannya, Dia tabaraka wa ta’ala berfirman :
“Janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rizqi”, ( Ali Imran : 169 dst ).
Sampai Dia swt berfirman :
“( Yaitu ) orang-orang yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan :”..Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerangmu, karena itu takutlah kepada mereka,” maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka mengatakan :”….Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung,” ( Ali Imran : 173 ).
Dan begitu juga Allah tabaraka wa ta’ala memberikan arahan Nabi-Nya saw untuk mengatakan :”..Katakanlah :”..Cukuplah Allah bagiku”, kepada-Nyalah bertawakal orang-orang yang berserah diri”.
setelah firman-Nya :..
“Dan mereka menakut-nakutimu dengan ( sembahan-sembahan ) yang selain Allah,” ( Az-Zumar : 36 ).
Bila saja setiap individu dalam wujud ini adalah selain Allah yang mana kepada-Nya bertawkal orang-orang yang berserah diri, dan masuk di dalamnya apa yang mana kaum musyrikin menakut-nakuti kaum mukminin dengannya, bila mereka semua itu selain Allah azza wa jalla maka dari mana dan bagaimana takut kepada mereka orang mukmin yang tawakal sebenar-benarnya kepada Allah Yang Maha Perkasa Lagi Maha Dasyat dan kita memiliki pelajaran dalam sejarah, sedangkan sejarah yang paling agung adalah sejarah para Nabi bersama kaum mereka, maka silahkan rujuk kepadanya dan perhatikan sikap-sikap mereka yang abadi berama kaummnya yang membangkang, dan bagaimana kaum musyrikin itu menakut-nakuti para nabi dengan tuhan-tuhan mereka, mereka mengancamnya dengan jumlah mereka yang banyak dan dengan kekuatan mereka dan lihat di sisi lain kepada sikap-sikap para Nabi dan keteguhan sikapnya, minumlah darinya dan mendulanglah dari sumbernya yang bersih, karena di dalamnya demi Allah terdapat bekal.
Lihatlah sebagai contoh Nabiyullah Nuh di masa lalu, dan dengarkanlah kepadanya saat beliau mengkhithobi kaum sendirian, akan tetapi ia menghadirkan kebersamaan Allah yang mana ia tawakkal kepada-Nya serta ia merasakan keagungan-Nya subhanahu, ia mengkhitobi mereka seraya tidak khawatir terhadap kekuasaan mereka atau kepongahannya, dia berkata :
“Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal ( bersamaku ) dan peringatanku ( kepadamu ) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan ( kumpulkanlah ) sekutu-sekutu ( untuk membinasakanku ). Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku dan janganlah kamu memberi tangguh kepaaku, ( Yunus : 71 ).
Kumpulkan utusan kalian dan kekuatan yang kalian miliki, serta apa yang ada pada kalian berupa kekuasaan dan kepongahan, kalian dan sekutu kalian yang kalian bangga dengannya, kemudian lakukan apa yang kalian suka dan jangan beri saya tangguh. Ia tidak mengatakan hal itu sekadar ngawur, semangat dan perasaan kosong yang cepat lenyap dan redup. Namun ia mengatakannya sedang ia mengetahui bahwa Allah tabaraka wa ta’ala bersamanya, dan mereka tidak akan mampu menyentuhnya dengan keburukan selam ia tawakal kepada-Nya lagi berpegang kepada tali-Nya yang kokoh kecuali sesuai kehendak Allah. Bila Dia swt menghendakinya maka itu bukan sebagai pembiaran terhadap hamba-Nya namun ujian, cobaan dan saringan.
Dan lihat kepada Hud as bagaiman ia berdiri ditengah kaummnya sendirian padahal mereka adalah penduduk bumi yang paling kuat dan paling sadis, mereka menakut-natukitinya dengan sembahan-sembahan dan tuhan-tuhan mereka palsu yang paling mereka agung-agungkan, mereka berkata :
“Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian kami telah menimpakkan penyakit gila atas dirimu,” ( Hud : 54 ).
Terus beliau berdiri di hadapan mereka seraya bertawakal kepada Allah dengan keteguhan sekokoh gunung atau dasyat. Dan ia berkata dengan perkataan orang mukmin yang tidak takut kecuali kepada Allah :
“Sesungguhnya aku jadikan Allah sebagai saksiku dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yng kamu persekutukan dari selainnya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan anganlah kalian memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus,” ( Hud 54-56 ).
Dan perhatikan ucapan Ibrahim khalilurrahman, saat ia medebat kaummnya dan menghadapi mereka, kemudian ia meberitahukan kepada mereka bahwa ia tidak peduli dengan mereka dan dengan tuhan-tuhan mereka yang palsu yangmana mereka menakut-nakuti ibrahim dengannya. Jadi rasa aman, tenang dan keteguhan hanyalah bagi ansharullah yang mentauhidkan-Nya dengan sebenar-benarnya di mana mereka tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Nya adapun kaum musyrikin maka mana mungkin mereka menndapatkan keamanan dan ketenangan sedangkan mereka telah menyekutukan dengan Allah suatu yang mana Dia tidak menurunkan dalil tentangnya, akan tetapi mereka itu tidak mendapatkan kecuali rasa takut, cemas dan keterpurukan :”
“Dan dia dibantah oleh kaummnya. Dia berkata :”Apakah kamu hendak membantah tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku. Dan aku tidak takut kepada ( malapetaka ) dari sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali dikala Tuhanku menghendaki sesuatu ( dari malapetaka ) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran ( dari padanya ) ? Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan ( dengan Allah ). Padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah diantara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan ( dari malapetaka ), jika kamu mengetahui ?” ( Al An’am : 80-81 ).
Dan datanglah jawaban dengan penuh ketegasan, kejelasan dan kegamlangan yang memekakan pendengaran mereka bagaikan halilintar :
“Orang yang beriman dan tidak mencampurkan keimanan mereka dengan kedzaliman ( syirik ) maka mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”, ( Al An’am : 82 ).
Dan lihat pula Musa kalimullah dalam kondisi ujian dan penyaringan yang paling genting, di mana beliau dikejar Fir’aun dan tentaranya dengan segenap kekuatan mereka dan senjatanya, sedang mereka saat itu adalah penguasa, pemilik kekuatan dan kekuasaan, sedangkan Musa as bersama jumlah kecil yang tertindas yang sama sekali tidak memiliki pasukan dan senjata, dan ia telah lari menyelamatkan diennya dari thoghut, terus terhadang laut, tidak ada jalan sama sekali, sehingga para sahabatnya tatkala melihat Fir’aun muncul dengan kekuatannya, pasukannya dan kepongahanya mereka berkata :
“Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”, ( Asy Sya’ara : 61 ).
Akan tetapi Musa as dalam kondisi yang paling genting dan keadaan yang paling terdesak serta paling menentukan, menjawab dengan penuh pemasrahan, keyakinan dan keteguhan yang tidak bisa dilakukan oleh gunung yang padat, Musa as berkata :
“Sekali-kali tidak akan tersusul, sesungguhnya Tuhanku bersamaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepada ku ,” [ ASY sya’ara: 62 ].
Dan ternyata apa hasil dari keyakinan akan kebesaran Allah tabaraka wa ta’ala ini serta keteguhan dan tawakkal itu :
” lalu kami wahyukan kepada musa:” pukullah lautan itu dgn tongkatmu .”Maka terbelahlah lautan itu dan tiap- tiap belahan adalah seperti gunung yang besar . Dan di sana kami dekatkan golongan yang lain dan Kami selamatkan Musa dan orang- orang yang besertanya semuanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar ( mu’jizat ) dan tetapi adalah kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar- benar Dialah Yang Maha Perkasa Lagi Maha Penyang.”( Asy syu’ara : 63-68 ).
Dan begitu juga silahkan lihat para tukang sihir Firaun setelah iman bersarang di hati mereka, bagaimana mereka tidak peduli dgn ancaman si thaghut terornya dan wa’id nya terhadap mereka degan siksaan yang pedih , saat Firaun berkata :
“Apakah kamu telah beriman kepadanya ( Musa ) sebelum aku memberi izin kepada kamu sekalian ,Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian , maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dgn bersilang secara bertimbal balik dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya,” ( Thaha :71 ).
Dengarkan mereka bagaimana mereka menjawabnya degan penuh kekuatan, keteguhan serta dengan tawakkal yang sangat besar kepada Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa, mereka tidak takut terhadap kekuatan fira’un yang degannya ia mengancam mereka , mereka tidak gentar degan siksa yang degannya ia menakut- nakuti mereka, dan mereka tidak cemas dengan kebengisan atau kediktatorannya yang dengannya dia ponggah, karena sungguh telah terpancang dalam hati mereka setelah keimanan mereka bahwa Allah adalah Dzat memiliki kekuatan lagi kokoh dan bahwa adzab-Nya lah adzab yang pedih lagi terus menerus, serta bahwa Dia swt adalah Sang Penguasa Yang Terdahulu, sungguh jauh bandingan kekuatan Al Khaliq dibandingkan kekuatan makhluk dan jauh bandingan siksa Sang Tuan dibandingkan siksa budak, dan jauh kekuasaan Dzat Yang Maha Kuat Lagi Maha Kokoh dibandingkn kekuasaan makhluk-makhluk yang lemah lagi kerdil. Sungguh dahulu mereka bersandar pada kekuatan si thoghut dan mentaati perintahnya, akan tetapi iman kepada Allah tabaraka wa ta ‘ala lah yang membuat mu’jizat-mu’jizat itu, di mana mereka berdiri tegar seraya menjawab ucapan si thoghut dengan segenap kejelasan dan tanpa takut atau khawatir :
“Mereka berkata : kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu dari pada bukti-bukti yang nyata ( mu’jizat ) yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami, maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahn kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik ( pahalanya ) dan lebih kekal ( siksanya ),” ( Taha : 72-73 ).
Dan contoh-contoh adalah sangat banyak. Dan sungguh khatamul Anbiya wal Mursalim adalah teladan tertinggi dalam hal ini, perhatikan beliau dalam hadits ‘Amr ibnu ‘Ash yang diriwayatkan Al Imam Ahmad dan yang lainnya dengan isnad shahih, perhatikan sikap beliau saat beliau berdiri di tengah kuffar di Mekkah di sana mereka mengelilinginya pada masa istidl’af, salah seorang dari mereka mengambak baju lehernya seraya mereka bertanya dan berkata : ” kamu orangnnya yang mengatakan ini dan itu” ini tatkala sampai kepada mereka berita tentangnya, bahwa Ia mencela tuhan-tuhan dan Dien mereka, maka beliau saw menjawabnya dengan penuh ketegasan dan kejelasan dan tanpa takut atau khawatir :”Ya, sayalah orangnya yang mengatakan hal itu,” dan sebelum itu beliau berkata : ..Kalian dengar wahai Quraisy, demi dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, sungguh aku datang kepada kalian untuk menyembelih ” maka ucapan beliau ini mengagetkan mereka sampai-sampai semua orang diam seribu bahasa, sampai orang yang paling jahat kepada beliau sebelumnya berupaya membujuk beliau dengan ungkapan yang paling indah[2].
Dan beliau juga meneguhkan sahabatnya dengan Al Qur’an yang turun kepada beliau dan mengingatkan mereka dengan sikap-sikap kaum yang teguh dari kalangan umat terdahulu, beliau berkata :
“Sungguh diantara umat sebelum kalian, seseorang ditangkap terus dibuatkan lobang di tanah buatnya kemudian dia dimasukkan ke dalamnya, terus dibawakan gergaji, dan diletakkan di atas kepalanya, kemudian dia dibelah dua dan daging dan tulangnya di cabik-cabik dengan sisir besi, tapi itu tidak membuat dia berpaling dari diennya. Demi Allah, sungguh Allah ta’ala akan menyempurnakan urusan ini sampai pengendara berjalan dari San’a ke Hadramaut, dia tidak takut kecuali kepada Allah dan khawatir terhadap serigala menyerang kambing-kambingnya akan tetapi kalian adalah orang yang tergesa-gesa,” ( HR Al Bukhari dan yang lainnya ).
Dan setelah itu semuannya, maka sesungguhnya di sana ada hakikat yang wajib tidak dilalaikan oleh kaum mukminin serta jangan sampai hal itu lepas dari mata dan benak mereka, yaitu : bahwa kebatilan itu bagaimanapun ia pongah dengan perhiasannya atau congkak dan walaupun ia pura-ura menampakkan kekuatan, kedigjayaan dan kepiwaian, maka sesungguhnya ia demi Allah lebih rendah di sisi Penguasa Langit dan Bumi dari pada lalat. Dan semoga Allah merahmati Ibnu Qayyim saat beliau berkata dalam Nuniyyahnya :
Jangan takut jumlah besar mereka karena
mereka itu sampah manusia dan lalatnya
apa kamu takut dari lalat ?
Ya, demi Allah mereka itu seperti lalat, bahkan mereka itu lebih hina dari lalat. Allah swt berfirman :
“Dan jika lalat merampas sesuatu dari mereka, tidaklah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah ( pulalah ) yang di sembah,” ( Al Hajj : 73 ).
Dan bila ahlul bathil memiliki suatu kemenangan dan keterdepanan maka sesungguhnya al haq memiliki banyak kemenangan dan keterdepanan. Hakikat-hakikat mereka telah terbongkar dan kepalsuan kekuatan mereka telah nampak sepanjang sejarah, akan tetapi di tangan orang –orang yang jujur ( menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah, kemudian di antara mereka ada yang meninggal dunia da di antara mereka ada yang masih menunggu dan mereka sama sekali tidak merubah. Kebatilan dan pelakunya tidak pongah, dan a tidak sombong dan bangga dengan kekuatannya yang palsu kecuali saat medan laga kosong dari macam orang-orang tadi itu pedih sekali. Sungguh kita butuh sekali terhadap macam orang-orang itu.
Sesungguhnya Al Qur’an memalingkan pandangan kita kepada nasib akhir para pembangkang itu dari kalangan umt-umat terdahulu yang melampui batas di negeri ini dan mereka banyak melakukan kerusakan di dalamnya, yang padahal mereka itu orang yang paling dasyat kekuatan dan siksa serta bekas-bekas peninggallannya di bumi ini.
“Apkah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat kepada kaum ‘Aad? ( yaitu ) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. Yang belum pernah di bangun ( suatu kota ) seperti itu, di negeri-negeri yang lain, dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak ( tentara yang banyak, yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri, lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu, karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti adzab. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi”, ( Al Fajr : 6-14 ).
“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? bukankan Dia telah menjadikan tipu daya mereka untuk ahncurkan ka’bah itu sia-sia”, ( Al Fil : 1-2 ).
Al qur’an memalingkan pandangan dan pendengaran kita kepada akhir mereka dan kehancurannya. Ini dia peninggalan-peninggalan mereka dan rumah-rumahnya roboh menutupi atap-atapnya, Allah azza wa jalla telah membinasakan mereka dan memenangkan tentara-tentaranya yang bertauhid. Kekuatan yang dahulu mereka bangga dengannya tidaklah bisa menolong mereka, tidak pula jumlah besar mereka, persenjataan mereka dan kelompok besar mereka yang dahulu mereka pongah dan besar kepala dengannya. Allah swt membinasakan mereka, dan mereka sama sekali tidakmemiliki seorangpun pelindung dan pnolong, itu dikarenakan Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan bahwa orang-orang kafir tidak memiliki pelindung.
“Maka apakah mereka tiada mengadakan perjalanan di muka bumi lalu memperhatikan berupa kesudahan orang-orang sebelum mereka adalah orang-orang yang sebelum mereka itu lebih hebat kekuatannya dan ( lebih banyak ) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka apa yang mereka usahakan itu tidak adapat menolong mereka. Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul ( yang di utus kepada ) mereka dengan membawa keterangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh adzab Allah yang selalu mereka perolok-olokan. Maka tatkala mereka melihat adzab kami mereka berkata :..”Kami beriman hanya kepada Allah saja dan kami kafir terhadap sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah,” maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa kami, itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba –Nya. Dan waktu itu binasalah orang-orang kafir.” ( Al Mukmin : 82-85 ).
Ini adalah hakekat yang mesti selalu diingatkan dan diperhatikan secara seksama oleh kita dari musuh-musuh kita, supaya mereka kembali :
“Dan janganlah orang-orang yang kafir itu mengira, bahwa mereka akan dapat lolos ( dari kekuasaan Allah ). Sesungguhnya mereka tidak akan dapat melemahkan ( Allah ),” ( Al Anfal : 59 ).
Al Allamah Ibnu Qayyim berkata dalam Nunyyahnya :
Hai orang yng duduk yang nafasnya berjalan membawa dia
Perjalanan penuh lambatdan tidak cepat
Sampai kapan tidur ini sedang telah berjalan
Utusan kecintaan bersama orang-orang baik
Jaharkan dengan perinth Allah dan jangan takut manusia
Di jalan allah, dan takutlah kepada-Nya tentu engkau brhasil dalam keamanan
Bela lah kitabullah dan sunnah yang
Datang dari orang-orang yang diutus dengan Al Qur’an
Dan pukullah dengan pedang Allah mu’aththil
Dengan pukulan mujahid di atas setiap jemari
Dan lakukanlah serangan dengan penuh kejujuran dengan serangan
Orang yang ikhlas lagi tulus karena Allah lagi tidak tkut
Dan teguhlah dengan kesabaranmu di bawah-bawah panji-panji petunjuk
Kemudianbila kamu tepat ( sasaran ) maka ( itu ) dalam ridha Ar Rahman
Jadikanlah Kitabullah dan Sunnah yang tsabit
Sebagai senjtamu kemudian buktikan dengan anggota badan
Siapa yang tampil menantang, maka majukan dirinya atau
Siapa yang mengajak ke depan tentu nampak di medan laga.
Jaharkan apa yang dikatakan Rasuldan jangan takut
Dari sedikit penolong dan kawan
Allah-lah yang menolong diennya dan kitab-Nya
Dan Allh-lah yangmencukupkan hambanya dengan keamanan
Dengan takut dari tipu daya musuh dan makar mereka
Karena perang mereka adalah dengan dusta dan mengada-ada
Pasukan pengikut Rasul adalah malaikat
Sedang pasukan mereka adalah lascar syaithan
Jauh berbeda antara dua lascar. Kemudian siapa yang
Bimbang maka hendaklah dua kelompok itu dilihat
Teguhlah dan berperanglah di bawah panji-panji petunjuk
Dan sabarlah karena pertolongan Allah Tuhanmu telah dekat
Allah membela Dien dan Kitab-Nya
Juga Rasul-Nya dengan dan kekuasaan
Al Haq itu pilar yang tidak mampu untuk menghancurkannya
Seorangpun walau dikumpulkan jin dan manusia untuknya
Bila lawan makin banyak dan sesumbar
Maka teguhlah, karena sesumbar merek abagaikan asap
Ia naik ke puncak yang tinggi dan setelahnya
Ia melayang turun ke dasar jurang yang rendah
Jangan takut jumlah banyak mereka, karena mereka itu sampah manusia
Dan lalatnya, ap kamu takut dari lalat
Janganlah rela dengan kepemimpinan sapi yang
Pimpinannya tergolong kalangan banteng
Bila mereka geram maka mereka menyarangmu, maka jangan kamu
Cemas karena seorang mereka dan juga jangan takut
Teguhlah dan jangan menyerang tanpa ada pasukan, karena ini bukan hal terpuji di kalangan para pemberani
Inilah, sungguh perang hizbullah adalah
Dengan amalan bukan dengan battalion para pendekar
Demi Allah mereka tidak menaklukan negeri-negeri dengan jumlah besar
Mana mungkin sedangkan musuh-musuh mereka tanpa terhitung
Bila engkau melihat pasukan islam telah
Berbarengan laskarnya dengan seorang pemimpin
Maka di sana ( kamu bergabung ), kemudian tembus barisan dan jangan engkau lemah yang kerdil dan jangan cemas
Al Haq itu dimenangkan dan diuji
Maka janganlah heran karena itu sunaturrahman
Dan dengan itu akan nampak pendukungnya dari para penyerangnya
Dan karena itu pula manusia terbagi dua kelompok
Serta karena itu peperangan di antara para rasul
Dan kuffar semenjak ada manusia adalah tanding
Namun kemenangan akhir adalah bagi ahlul haq, bila lepas
Di sini maka kemenangandi sisi Sang Pemberi balasan.
Tamat Bihamdillah
Ditulis oleh Abu Muhammad Al Maqdisiy
12 sya’ban 1414 dari Hijrah Al Mushthafa saw
Penerjemah berkata : selesai akhir sya’ban 1426 H. LP Karawang B III 6
Di ambil dari kitab Laa tahzan
———————————————-
[1] Dan liahat Munaqih Imam Ahmad karya Ibnu Jaujiy hal 342,343, sungguh di sana beliau telah menyebutkan pendahulu Imam Ahmad dari kalangan Ahlul Ilmi yang dipukul dan disakiti di jalan keteguhan di atas kalimatul haq …..dan contoh adalah banyak.
[2] Lihat hadist ini secara lengkap dalam musnad Ahmad dengan Tahqiq Ahmad syakir (7036)
(Maktab AK 56/arrahmah.com)