(Arrahmah.com) – Syaikh Abu Qatadah Al-Filisthini, semoga Allah membebaskannya, menyampaikan sebuah tausiyah bertemakan “Ramadhan dan kondisi manusia”. Dalam tausiyahnya yang dirilis oleh Yayasan Media At-Tahaya ini, Syaikh Abu Qatadah menyampaikan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang berkah sejak Allah menciptakannya, sejak Allah menciptakan bulan-bulan dalam setahun, Allah Azza wa Jalla telah mengkhususkan bahwa bulan ini dapat menghasilkan keberkahan, karena bulan ini telah diberkahi sejak awal ia diciptakan oleh Allah, maka apapun amalan yang disyariatkan di dalamnya akan diberkahi juga. Berikut terjemahan tausiyah Abu Qatadah tersebut.
بسم الله الرحمن الرحيم
مؤسسة التحايا للإعلام
YAYASAN MEDIA AT-TAHAYA
MEMPERSEMBAHKAN
رمضان وأحوال الناس
RAMADHAN DAN KONDISI MANUSIA
للشيخ / أبي قتادة الفلسطيني – فك الله أسره –
OLEH : SYAIKH ABU QATADAH AL-FILISTHINI
Semoga Allah membebaskan beliau
Segala puji bagi Allah Ta’ala, kami meminta pertolongan dan meminta ampun kepada-Nya, kami menncari perlindungan kepada Allah dari keburukan-keburukan diri kita dan kejelekan-kejelakan perbuatan kita, barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang dapat memberikannya petunjuk. Saya bersaksi bahwa tiada Illah yang berhak disembah selain Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, saya juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba, utusan dan rasul, kepanjangan tangan dan kekasih-Nya, ia menyampaikan risalah, menunaikan amanah, menasehati umat dan berjihad di jalan Allah dengan penuh kesungguhan hingga kematian mendatanginya.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam meninggalkan kita di atas jalan yang jelas, malamnya bagai siang, tidak ada yang menyimpang darinya kecuali ia akan binasa, amma ba’du..
Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya maka sungguh ia telah ditunjuki (kebenaran), dan barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya maka ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.
Wahai saudara-saudaraku yang saya cintai, ini adalah bulan yang agung lagi diberkahi, dimana Allah menurunkan Al-Quran pada bulan ini, dan Allah menjadikan di dalamnya terdapat sebuah ibadah yang merupakan salah satu rukun agama ini, yaitu Ash Shiyam/Puasa. Allah menurunkan Al-Quran pada bulan Ramadhan dengan tujuan agar bulan ini memiliki hubungan yang erat dengan kitab-Nya Subhanahu wa Ta’ala, ayat-ayat dan firman-firman-Nya, agar terlintas di benak kaum muslimin bahwa bulan ini memiliki hubungan erat dengan memperbanyak ibadah di dalamnya, yaitu dengan ber-taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ramadahan, wahai saudara-saudaraku yang saya cintai, adalah bulan yang berkah sejak Allah menciptakannya, sejak Allah menciptakan bulan-bulan dalam setahun, Allah Azza wa Jalla telah mengkhususkan bahwa bulan ini dapat menghasilkan keberkahan, karena bulan ini telah diberkahi sejak awal ia diciptakan oleh Allah, maka apapun amalan yang disyariatkan di dalamnya akan diberkahi juga.
Wahai saudara-saudaraku yang saya cintai, ibadah-ibadah yang ada di agama kita ini terdiri dari ibadah badaniyah (yang memerlukan usaha dari tubuh kita), ibadah maliyah (yang memerlukan harta untuk melaksanakannya), dan ibadah badaniyah maliyah (memerlukan tenaga dan harta) contohnya haji, sedangkan puasa adalah termasuk dalam iabadah badaniyah. Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji makhluk dan hamba-Nya melalui ibadah puasa ini dengan mencegah diri mereka untuk makan, minum dan berhubungan intim, sejak terbit fajar hingga tenggelamnya matahari. Allah melarang hamba-Nya untuk makan, minum dan berhubungan intim, itu semua merupakan pembatal puasa yang telah disepakati di dalam agama dan syariat kita.
Allah juga mensyariatkan amalan-amalan yang agung didalamnya, yang pertama adalah puasa, sebagaimana yang telah kami sampaikan; yaitu setiap orang harus berniat untuk berpuasa karena Allah Ta’ala, ada juga ibadah-ibadah lainnya yang menjadikan bulan yang agung ini berbeda dengan bulan-bulan lainnya, yaitu; memperbanyak membaca Al-Quran, memperbanyak sedekah serta memperbanyak amalan yang dapat mempererat hubungan di antara kaum muslimin, sanak famili, dan rekan-rekan. Dengan semua amalan ini, maka bulan ini menjadi spesial.
Allah juga menjadikan satu malam di dalamnya sebagai malam terbaik sepanjang masa:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar” [Qs. Al Qadar: 1-5]
Maka dari itu Nabi Muhammad SAW bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang melakukan qiyamullail dengan penuh keimanan & mengharap pahala, maka akan diampuni dari dosanya yang telah berlalu” [HR. Nasai No.2162].
Qiyamullail di bulan Ramadhan memiliki pahala yang khusus daripada seluruh qiyamullail lainnya sepanjang tahun. Apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah menunaikan Shalat berjamaah (tarawih) setelah Shalat Isya’ pada hari pertama, lalu beliau menunaikan Shalat jamaah pada hari kedua, kemudian ada perbedaan dari beberapa riwayat yang menyebutkan nabi keluar dari rumahnya pada hari ketiga untuk shalat berjamaah, ada juga riwayat yang menyebutkan bahwa nabi tidak keluar melakukan Shalat berjamaah pada hari ketiga, beliau hanya membatasinya selama dua hari. Selama dua hari tersebut masyarakat berbondong-bondong mendatangi masjid untuk shalat bersama Nabi Muhammad SAW, namun Rasul tidak keluar untuk shalat berjamaah pada hari ketiga atau pada sebagian riwayat pada hari keempat, tidak jelas apakah tiga hari atau empat hari karena tidak ada yang mentarjih riwayat-riwayat tentang permasalahan ini, maka para sahabat pun heran, mengapa Rasul tidak keluar lagi untuk shalat berjamaah seperti hari sebelumnya. Pada subuh keesokan harinya Rasul pun menjelaskan kepada mereka mengapa ia tidak keluar untuk shalat berjamaah, beliau bersabda : “Mungkin kalian merasa heran mengapa saya tidak keluar (untuk shalat berjamaah), saya takut kalau kalian menganggap ini adalah shalat wajib”.
Beliau menyebutkan bahwa beliau keluar untuk shalat berjamaah pada hari ini dan ini, ketika kalian telah beranak-pinak kelak, saya takut jika (shalat tarawih) ini kalian anggap sebagai satu kewajiban. Namun kekhawatiran ini wahai saudara-saudara sekalian menjadi bertambah setelah wafatnya Nabi, karena tidak ada pensyariatan satu pun kewajiban setelah wafatnya Nabi, syariat telah disempurnakan, syariat telah lengkap dan suatu yang sunnah tidak mungkin berubah menjadi wajib, atau yang halal tidak akan berubah menjadi haram, yang haram menjadi halal; semua tentang urusan ini telah selesai seiring dengan turunnya firman Allah:
“…pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu…” [Qs. Al Maidah: 3]
Syariat telah selesai (sempurna), pena telah diangkat dan lembaran telah kering, maka kewajiban yang baginda Rasul SAW tinggalkan kepada kita, akan tetap menjadi kewajiban hingga hari kiamat, sesuatu yang hukumnya sunnah yang baginda Rasul SAW tinggalkan kepada kita akan tetap menjadi sesuatu yang hukumnya sunnah hingga hari kiamat, sesuatu yang hukumnya haram yang baginda Rasul SAW tinggalkan kepada kita akan tetap menjadi sesuatu yang hukumnya haram hingga hari kiamat, maka dari itu Rasul SAW bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang melakukan qiyamullail dengan penuh keimanan & mengharap pahala, maka akan diampuni dari dosanya yang telah berlalu” [HR. Nasai No.2162].
Kita sedang membicarakan tugas dari Allah, Ramadhan ditugaskan untuk menggoda hamba-Nya sehingga ia lebih tertarik kepada fitnah. Atau sebaliknya, dapat menjadikan seorang hamba mendapat pahala yang besar dari Allah subhanahu wa Ta’ala, begitu juga halnya dengan apa yang Allah syariatkan di bulan ini, yaitu zakat fitri pada akhir bulan yang dapat menyucikan seorang yang berpuasa; mensucikan dosa-dosa yang ia lakukan selama berpuasa, ia juga merupakan penghubung antara seorang hamba dengan orang-orang miskin dan sebagai sedekah darinya kepada mereka.
Diantara adab-adab dalam bulan Ramadhan adalah sebagaimana yang Rasul sampaikan berikut:
فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ
“…apabila kamu dihina orang atau pun diserang, maka katakanlah, ‘Sesungguhnya saya sedang berpuasa…” [HR. Muslim No.1944] bulan ini terlalu agung hanya untuk mengurusi urusan seperti ini, maka setiap orang harus menguasai dan mempelajari hukum-hukumnya, agar ia tidak terlibat dalam hal-hal yang tidak Allah ridhai, sehingga dapat merusak tujuan awalnya.
Maka dari itu wahai saudara-saudara sekalian, marilah kita memanfaatkan bulan ini dengan memperbanyak membaca Al-Quran, memperbanyak sedekah, memperbanyak doa, karena doanya orang yang berpuasa sungguh mustajab, setiap hari ia harus selalu memanfatkannya, ia harus benar-benar memanfaatkan doa tersebut di dalam setiap sujudnya, duduknya dan setiap kesendiriannya, ia harus lebih merendahkan dirinya di hadapan Tuhannya SWT, meminta kepada-Nya untuk menyelesaikan urusan agamanya maupun urusan keduniaannya, ia juga harus selalu mengingat untuk terus menghasilkan pahala, karena jika engkau selalu termotivasi untuk menghasilkan pahala wahai hamba (Allah), maka engkau akan merasa terdorong untuk terus beribadah sehingga akan menambah ketaatanmu, Rasul SAW bersabda:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ
“…untuk orang yang shaum akan mendapatkan dua kegembiraan yang dia akan bergembira dengan keduanya, yaitu apabila berbuka dia bergembira & apabila berjumpa dengan Rabbnya dia bergembira disebabkan ‘ibadah shaumnya itu” [HR. Bukhari No.1771].
Ini dia Ramadhan mendatangi kita pada musim dingin, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Musim dingin adalah musim seminya orang beriman.” Namun jika hadits ini dilemahkan sanadnya oleh sebagian ulama, maka tidak demikian halnya dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang berikut:
الْغَنِيمَةُ الْبَارِدَةُ الصَّوْمُ فِي الشِّتَاءِ
“Al Ghanimah Al Baridah yg paling mudah ialah berpuasa di musim dingin” [HR. Tirmidzi No.727]. Dahulu para sahabat Nabi Muhammad SAW pernah berpuasa pada hari dengan cuaca yang sangat panas, mereka tetap berpuasa karena takut dengan hebatnya rasa panas pada hari kiamat kelak. Ini adalah bulan berkah bagi engkau, engkau harus memanfaatkannya dan jangan sampai menyia-nyiakannya, karena hari-hari yang engkau lalui tidak akan pernah kembali lagi hingga hari kiamat. Setiap hari yang pergi darimu tak akan pernah kembali lagi kepadamu, maka engkau harus memanfaatkannya dengan berpuasa, dengan berdzikir kepada Allah, dengan berdoa dan istighfar, janganlah engkau melewatkan qiyamullail, dan janganlah engkau bermalas-malasan, karena setan akan mengalihkan perhatianmu dari hal-hal tersebut, dari ketaatan-ketaatan tersebut, engkau akan dialihkan dengan hal-hal yang tidak engkau waspadai.
Di bulan yang agung ini, Allah menakdirkan terjadinya peristiwa-peristiwa besar bagi kaum muslimin yang berkaitan langsung dengan sejarah mereka. Pada bulan ini Allah menolong para sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang ada di Badar, perang Badar terjadi di bulan Ramadhan, Nabi berbuka puasa dan memerintahkan kepada para sahabat untuk berbuka puasa juga. Yang juga terjadi di bulan Ramadhan adalah perang Ain Jalut, sebenarnya masih banyak lagi peristiwa yang terjadi di bulan Ramadhan, bahkan sebagiannya adalah peristiwa pembunuhan terhadap kaum muslimin yang sedang berpuasa, contohnya adalah eksekusi yang dilaksanakan oleh Inggris terhadap Asy Syahid Farhan As Sa’di – semoga Alah merahmatinya – beliau adalah seorang mujahid yang berasal dari negeri Syam, Palestina, beliau dieksekusi pada saat tengah berpuasa Ramadhan, ini adalah bulan dimana kaum muslimin dapat mengingat peristiwa-peristiwa bersejarah di dalamnya, agar mereka dapat memanfaatkannya dan menggunakannya untuk beribadah kepada Allah Azza wa Jalla dengan melakukan peristiwa yang besar, agar bulan ini tetap terjaga keagungannya.
Wahai saudara-saudaraku sekalian, sekarang ini kita semua dapat menyaksikan cobaan berat yang menimpa saudara-saudara kita yang berada di Chechnya. Ada dua cobaan berat yang menimpa mereka, yang pertama adalah siksaan yang ditimpakan oleh pasukan darat terbesar dengan kendaraan lapis baja berjumah besar pula, serta persiapan yang banyak, ratusan ribu pasukan musuh Allah yang terlaknat dan kafir tersebut menggempur hanya 3 ribu orang pejuang, mereka menyembelih dan membunuh orang-orang yang lemah dan miskin, mereka mengebom kota-kota yang dipenuhi oleh orang-orang yang lanjut usia dan anak-anak, mereka menembakkan bom dengan jenis yang terlarang sebagaimana kesaksian berbagai pihak di tingkat nasional maupun internasional, namun dunia internasional justru membela dan melegalkan perbuatan jahat tersebut serta berdiam diri. Mereka memberikan wewenang kepada Rusia terlaknat itu untuk menguasai kaum muslimin, dunia Internasional berdiam diri sembari menyaksikan dan mengikuti perkembangannya, membenarkan dan meresmikan perbuatan semacam itu.
Wahai saudara-saudaraku tercinta, pada bulan yang agung ini, yaitu bulan penuh dengan ibadah kepada Allah, mulai dari ketaatan kepada Maulana SWT, puasa demi mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, hingga qiyam Ramadhan di malam harinya, kita yang berada di negeri ini atau orang yang ada negeri lainnya menjalankannya dengan penuh kenikmatan, sedangkan saudara-saudara kita yang berada di negeri yang kecil ini (Chechnya) sungguh menderita karena dua hal, mereka menderita karena mendapatkan cobaan yang sangat berat dan siksaan yang sangat pedih dari atheis Rusia yang terlaknat dan kafir, semoga Allah melaknat Rusia, kami meminta kepada Allah Azza wa Jalla agar mengobrak-abrik dan menghinakan mereka.
Wahai saudara-saudaraku yang tercinta, beberapa orang mujahidin yang jumlahnya sedikit, benar.. jumlahnya sedikit, mungkin kelompok ini dapat musnah, dapat habis, dapat mati semuanya, namun hanya pada waktu seperti inilah seseorang dapat meninggal dunia dalam keadaan mulia, yaitu ia meninggal dunia dalam keadaan teguh dan mengharapkan wajah Allah Azza wa Jalla serta mengabdi kepada Tuhannya.
Bangsa muslim ini wahai saudara-saudaraku sekalian, adalah merupakan dalil dan petunjuk bahwa setiap orang tidak boleh menerima dunia jika agamanya yang akan dikorbankan, walaupun ia menerima siksaan, walaupun ia harus menderita, walaupun ia harus mengalami kesusahan, kelelahan, penghancuran, kematian, musibah dan pembunuhan. Maka coba bandingkan bangsa ini dengan bangsa yang berjuang demi dapat hidup bebas dan mulia, bangsa ini bertahan dari serangan sebuah pasukan terkuat di muka bumi ini, sebuah negara yang memiliki nuklir dengan jumlah pasukan yang mencapai ratusan ribu, mereka dipersenjatai dengan senjata berteknologi termutakhir. Kemudian bandingkanlah dengan Palestina, bandingkanlah apa yang dilakukan oleh bangsa ini dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang di Paslestina.
Di Palestina wahai saudara-saudara sekalian, terdapat banyak pabrik dan ladang milik Yahudi yang dinamakan dengan koloni yahudi, namun kawasan-kawasan tersebut dibangun oleh orang-orang Palestina, dibangun dengan tangan-tangan orang Palestina. Mungkin kalian telah mendengar dari berita bahwa pasukan Israel menutup perbatasan Palestina agar rakyat Palestina tidak dapat bekerja di ladang dan pabrik mereka, maka mereka pun menjadi gempar dan mengumumkan penolakannya akan penutupan ladang dan pabrik mereka, karenanya ladang, pabrik dan sumber kehidupan orang yahudi sebenarnya ada berkat jasa orang-orang Palestina. Kalian juga dapat menyaksikan pemerintahan bejat dan terlaknat (palestina, zaman Yaseer Arafat – red.) bagaimana mereka menjual kehormatan, tanah dan harga diri mereka, bagaimana ia bisa berubah dengan sangat jelas menjadi perangkat keamanan yang bertugas untuk menghabisi musuh-musuh Israel, musuh-musuh Yahudi dan musuh-musuh negara mereka.
Kini coba bandingkan antara orang yang memiliki jabatan tersebut, mereka melencengkan hal ini sedemikian rupa dengan menggunakan kekuasaan, kebusukan dan sihir mereka, untuk mereka menjual agama, kehormatan dan nilai-nilai mereka. kemudian lihatlah bangsa kecil ini (Chechnya), yaitu sebuah bangsa yang jumlahnya tidak sampai 1,5 juta jiwa, tetapi mereka terus menjaga kemuliaan mereka. Namun jika mereka menyerah dengan apa yang terjadi di dalam negeri mereka, menyerah di hadapan apa yang terjadi atas negeri mereka, sungguh itu tidak beralasan. Sedangkan di sebelah barat Chechnya, maka engkau akan melihat kehinaan menimpa mereka, dan jangan kalian katakan wahai saudara-seudara sekalian, jangan kalian katakan bahwa permasalahannya ada pada pemerintahnya, jangan, karena rakyatnya juga pasrah berada dalam kehinaan, dan rela untuk melahap umpan yang bernama kehinaan, rakyatnya rela menjual agama mereka.
Lihatlah para turis yahudi yang mendatangi negeri-negeri yang mencoba berdamai dengan monster yang ganas tersebut, dari mana mereka makan, bagaimana mereka berkeliaran, bagaimana mereka minum? Sesungguhnya mereka makan dari restoran, hidup di sana, dan berjualan di sana – maksudnya lihatlah betapa joroknya dan kejinya mereka, mereka membawanya kepada kalangan kita – ketika kedutaan besar yahudi di Yordania dibuka, langsung terlihat antrian panjang yang ingin membuat Visa, mereka ingin bekerja di Israel.
Jadi ini adalah permasalahan rakyat, sesungguhnya ia dalam keadaan hina. Benar, hubungan antara para pemimpin dengan rakyatnya seperti hubungan antara jantung dengan pembuluh darahnya. Jika pembuluh darah mengalirkan darah menuju jantung, maka ia akan menjadi kuat dan bekerja dengan baik. Apapun yang menyebabkan pembuluh darah lemah, maka jantung akan lemah juga. Keburukan apapun yang menimpa jantung, maka ia akan berdampak buruk kepada pembuluh darah, maka ia saling berhubungan. Begitu juga dengan pemimpin dan rakyatnya, jangan kalian mengira rakyat dan umat itu agamanya kuat, memiliki ketaqwaan yang tinggi dan menginginkan Islam, hanya karena mereka dipimpin oleh seorang pemimpin jahat dan murtad, serta merta segalanya berubah, dari mana datangnya para tentara? Dari mana datangnya para mata-mata di negeri kita? Dari mana datangnya para polisi yang selalu memukuli orang? Dari mana datangnya para pencuri? Dari mana datangnya para penceramah yang sukanya memfitnah? Mereka itu berasal dari rakyat, dan rakyat menerima itu serta rela jika kehinaan ada pada diri mereka. Maka inilah gambaran umum dari para pemimpin di setiap negeri, engkau akan mendapati keburukan, kejahatan, kemurtadan dan jauhnya mereka dari agama di negeri-negeri kaum muslimin, ketidakpedulian mereka akan kemaslahatan umat, inilah juga gambar yang tampak di cermin ketika umat mengaca, tidak lain.
Benar wahai saudara-saudaraku, tidak mungkin bagi umat yang menginginkan kemuliaan jika mereka menerima seorang pemimpin yang menguasai mereka dan menimpakan adzab kepada mereka, kecuali jika memang ia adalah seorang penjajah dari luar negeri, ia datang bersama bala tentaranya. Namun sekali lagi dari mana bala tentara penguasa tersebut berasal? Dari mana asalnya para petugas penguasa yang selalu menyiksa rakyatnya? Dari mana? Dari mana mereka datang wahai saudara-saudaraku yang tercinta?
Mereka adalah dari rakyat, dan jika kalian tahu, bahwa sebenarnya rakyat itu seperti sekumpulan ayam, saya ulangi, seperti ayam di sebuah peternakan. Manusia itu itu seperti ayam di peternakan, masing-masing sibuk untuk mengenyangkan perutnya sendiri, kepentingannya sendiri, kemapanan mata pencahariannya sendiri, demi meraih dunia, dan jika seekor ayam diambil dari kandangnya kemudian disembelih, ayam-ayam lainnya akan tetap sibuk, mereka akan terus menggemukkan badannya hingga setelah itu kematian mendatanginya.
Umat telah dilemahkan dan dibungkam, sekumpulan penjahat dari golongan Nushairiyah, mereka adalah makhluk Allah yang paling hina sepanjang sejarah kita. Pernah ada seorang dari golongan Nushairiyah yang pergi ke kota dengan membawa anak perempuannya, sesampainya di sana ia pun menjual anak perempuannya, mereka berkuasa di salah satu negeri kaum muslimin yang terbesar, mengapa? Apakah seluruh kaum muslimin di negeri tersebut lemah? Apakah kaum muslimin di Suriah tidak mampu untuk bersatu di bawah kepemimpinan seorang lelaki untuk menolong agama mereka? Jika agama mereka dihina, apakah mereka tidak mampu mengembalikan kemuliaannya? Dan jika kehormatan mereka dihina, apakah keberanian mereka juga menjadi hina? Kalau begitu apa lagi yang tersisa? Jika sikap jantan mereka dihinakan apakah rasa kemanusiaan mereka juga dihinakan?
Nushairiyah menguasai dan memutuskan hukum kepada mereka, coba lihat format pembicaraan yang biasa ada di negeri kita, lihatlah, seolah-olah umat ini sedang tidur, mereka disibukkan dengan makanan, mereka menjauhi sumber kekuatan mereka dan sumber kemuliaan mereka. Mereka rela berada dalam kehinaan, semua pemimpin menetapkan hukum sesuai kepentingan keluarganya, ia bercengkerama dengan keluarganya dan membahas siapa yang nantinya akan menjadi penggantinya kelak setelah ia mati. Coba lihat di Yordania, setelah pemimpinnya mati, ia digantikan dengan seekor babi, ia digantikan dengan anaknya yang rusak, sepanjang hidupnya ia habiskan di barat dan ia menjadi artis, umat ini menertawakan Amerika, karena Ronald Reagan sebelumnya adalah seorang artis yang kemudian memimpin Amerika, mereka lupa jika salah satu negeri mereka ada seorang anak yang perangainya rusak dan ia adalah seorang artis, bapaknya menggadang-gadangkan dirinya kemudian menetapkan sebagai pewaris tahta yang najis dan tidak berkah, kemudian anak ini menjadi pemimpin dan raja, siapa yang memperkuat kekuasaan para pemimpin tersebut? Itu adalah karena kehinaan dan kejahatan rakyat, kini rakyat Suriah sedang memutuskan nasib mereka beberapa tahun ke depan. Mereka menggadang-gadangkan seorang pemuda yang gila dan sinting, benar, ia adalah orang yang sinting anak dari Hafizh Al Assad, yang orang-orang di tempat kami mengatakan bahwa ia sebagai “washshah” orang yang akalnya terbelakang, ia diangkat menjadi penguasa, kemudian ia menetapkan kebijakan yang akan menentukan nasib umat ini, begitu juga di setiap negeri.
Sedangkan di Saudi hal semacam ini juga terjadi, ada seorang menteri pertahanan yang disodomi, ia membeli seorang lelaki, hal ini sudah diketahui oleh semua orang. Kalaupun ada yang menanyakan, “mana buktinya?” maka ia adalah orang yang setengah waras, kita tidak ada bukti berupa foto, namun ini adalah hal yang diketahui oleh seluruh orang di seantero negeri, dan pemimpinnya yang gila tidak bisa berkata-kata lagi, ia tidak bisa berkata sebagaimana manusia normal. Nasib bangsa Saudi telah ditentukan, maksudnya, siapa yang mempersilahkan orang-orang dengan kelakuan seperti itu menjadi pemimpin? Seperti “Sersan dari Yaman” (Ali Abdullah Saleh – red.), “Sapi tertawa di Mesir” (Husni Mubarak – red.) dan seperti ini, “Orang gila di Libya” (Muammar Qadzafi – red.) siapakah mereka yang mempersilahkan orang-orang seperti itu menguasai dan memimpin umat? Sesungguhnya itu adalah keburukan umat, sesungguhnya itu adalah kejahatan umat.
Kemudian datang seseorang yang setengah terpelajar, lalu berkata kepada engkau, “sesungguhnya mereka (para pemimpin) itu berhukum dengan hukum Allah, dengan ketetapan Islam dan dengan syariat, maka wajib bagimu untuk mentaati mereka, mengakui mereka sebagai imam bagimu, mengakui kepemimpinan mereka, dan mengakui kedaulatan mereka, tidak wajib bagimu – seperti yang ia katakan – atau terlarang bagimu untuk mengkritik mereka dan menasehati mereka secara terang-terangan”. Bahkan sebagian dari mereka ada yang berkata, “… bahkan secara sembunyi-sembunyi, ada orang-orang khusus yang layak untuk memberi nasehat, dan kamu bukanlah orang-orang khusus tersebut.” Siapakah orang-orang khusus tersebut? Kalian harus melihat kondisi umat ketika mereka menerima perkataan seperti ini dan mereka hanya memilih untuk berdiam diri terhadap apa yang terjadi, maka jika Allah menimpakan adzab dan bencana kepada suatu umat, itu adalah karena akibat perbuatan mereka.
Wahai saudara-saudaraku yang tercinta, jalan ini panjang, bangsa ini ditumpas, dan umat hanya memilih untuk bungkam. Bangsa ini dibunuhi dan umat tidak bergerak, ada dekrit yang bejat dari kerajaan di Jazirah arab yang tidak memperbolehkan kepada para khatib untuk berbicara tentang permasalahan Chechnya, mereka juga tidak boleh membaca qunut dalam shalat-shalat mereka dan berdoa kepada Allah agar Allah memenangkan mujahidin Chechnya, maka apa lagi yang tersisa dari agama umat ini? Proteksi apa lagi yang tersisa? Allah menyaksikan para makhluk-Nya, mereka adalah hamba-hamba-Nya, mereka adalah orang-orang yang berjihad di jalan-Nya, maka apa yang telah kalian lakukan untuk mereka?
Jika Allah membiarkan musuh-musuh-Nya menguasai orang-orang yang bungkam, maka sungguh itu adalah merupakan bentuk keadilan, hikmah dan rahmat-Nya yang sempurna, karena umat ini tidak layak untuk hidup dan tidak layak pula untuk mati, bangsa-bangsa umat ini seharusnya lebih pantas untuk lebih daripada ini. Jikalau bukan karena rahmat Allah Azza wa Jalla kepada umat ini, maka Allah telah mengadzabnya. Sedangkan para masyayikhnya sebagaimana yang kalian ketahui, peran mereka layaknya peran tukang sihir; jika terdapat para wartawan yang membagus-baguskan realita agar umat ini tertipu, maka ada juga syaikh yang membagus-baguskan umat ini dengan mengatasnamakan syariat untuk menipunya.
Umat ini tertidur, umat ini terlena, agama mendatangi mereka, namun agama tersebut adalah agama palsu, maka dosa apa yang paling besar daripada memalsukan agama? Yaitu ketika orang mendekatinya maka ia akan merasa seperti dibius dengan menggunakan opium sehingga menenangkan akal, kemauan, niat dan pandangan mereka terhadap kehidupan. Bagaimana mereka akan hidup? Bagaimana mereka beraktivitas? Bagaimana mungkin mereka dapat hidup terhormat di dunia ini? Agama kita mengajak orang Islam untuk hidup terhormat di muka bumi, agama kita menyerukan akan kehormatan orang Islam atas segala umat lainnya, namun agama kita menjadi agama yang palsu, menipu orang-orang dan mematikan kehendak mereka, ia menjadi agama yang justru mengebiri mereka agar mereka tetap menjadi binatang tunggangan yang terus dinaiki, umat ini dijadikan keledai, keledai yang tidak boleh memiliki perasaan, walau marah terhadap apa yang dilakukan terhadap dirinya sekalipun, sungguh umat ini telah dijadikan sebagai seekor keledai. Ini semua adalah perbuatan agama palsu dengan para nabinya yang pendusta, sama saja baik mereka adalah dari kalangan sekuler, dari kalangan penjahat, dari kalangan wartawan, dari para pemikir, atau dari kalangan para masyayikh, inilah kenyataannya.
Wahai saudara-saudara tercinta, sesungguhnya apa yang terjadi di Chechnya dan diamnya umat dengan sikap diam aneh dan pengecut, tidak lain akan menjadikan mereka tidak dihukum kecuali dengan adzab dari Allah, dan adzab yang menimpa umat akan kalian saksikan di kemudian hari jika Allah memanjangkan umur kalian. Kalian akan menyaksikan adzab akan menimpa umat, kalian akan menyaksikan adzab akan menimpa kaum muslimin jika mereka terus berdiam diri di hadapan kejahatan ini, mereka justru menunggu barat berbicara, mereka menunggu barat untuk menolong kaum muslimin, ini adalah kondisi kita, inilah dia kehinaan kita, inilah dia sikap pengecutnya kita.
Wahai saudara-saudara sekalian, kita memohon kepada Allah agar Dia menghilangkan siksaan yang menimpa saudara-saudara kami di Chechnya, memberikan pertolongan kepada para mujahidin dan melaknat orang-orang kafir ateis Rusia yang terlaknat.
Inilah perkataanku, saya memohon ampun kepada Allah untuk diri saya dan kalian semua.
(aliakram/arrahmah.com)