AMMAN (Arrahmah.com) – Syaikh Abu Muhammad Al-Maqdisi hafizhahullah termasuk salah satu ulama yang sangat menyesalkan dan sedih dengan konflik intern diantara beberapa kelompok jihad di Suriah. Hal yang lebih menyedihkan beliau lagi adalah para fans dari kelompok-kelompok jihad tersebut, baik dari kalangan orang awam maupun juru dakwah, yang turut memperkeruh perpecahan tersebut lewat tulisan dan ceramah di situs-situs jejaring sosial.
Menyikapi fenomena buruk tersebut, Syaikh Abu Muhammad Al-Maqdisi menulis sebuah nasehat berjudul “Saya bersama semua mujahidin yang memperjuangkan panji tauhid”. Beliau menulis nasehat tersebut pada pertengahan Rabi’u Tsani 1435 H/ pertengahan Februari 2014 M. Nasehat tersebut dimuat oleh situs resmi beliau, Mimbar At-Tawhid wal Jihad, pada hari Kamis, 6 Maret 2014 M. Berikut ini terjemahan nasehat beliau yang sangat penting tersebut.
Saya bersama semua mujahidin yang memperjuangkan panji tauhid
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Hari ini putra bungsuku, Mughirah, membesukku dan bercerita kepadaku: “Beberapa orang kawanmu, wahai abi, kemarin mengunjungi rumah kita dan salah seorang diantara mereka bertanya kepadaku ‘Kamu bersama siapa wahai Mughirah? Kamu bersama [memihak] Jabhah Nushrah atau bersama Daulah [ISIS]?’ Maka saya menjawab, “Saya bersama semua kaum muslimin.”
Betapa gembiranya hatiku dengan jawaban putra bungsuki ini. Betapa tentramnya hatiku dengan jawabannya, sampai-sampai aku berjanji akan memberikan hadiah kepadanya. Agar aku bisa mengesankan kepadanya betapa pentingnya jawabannya ini, menanamkannya secara mendalam ke dalam benaknya dan memahatnya dalam relung hatinya; maka aku memutuskan untuk mengeluarkanuntuknya sebuah lembaran sebagai kenangan yang akan ia gantungkan di rumah. Aku mencantumkan dalam lembaran tersebut namanya, menuliskan beberapa ayat Al-Qur’an dan gambar yang bagus, kemudian aku menuliskan dengan tulisan yang baik ungkapannya tadi yang sebenarnya aku berharap ungkapan itu akan diajarkan kepadanya oleh orang-orang yang menanyainya tersebut: “Saya bersama semua kaum muslimin.”
Pertanyaan yang diajukan si penanya kepada putraku ini sungguh sangat menyedihkan, menyakitkan sekali, khususnya setelah terjadi peperangan diantara sesama saudara kita mujahidin di Suriah, diantara faksi-faksi yang mengangkat panji yang sama dan bekerja untuk tujuan yang sama.
Kami telah membaca doa Qunut Nazilah selama satu bulan penuh bersama saudara-saudara kami di dalam penjara dalam shalat lima waktu sejak pecahnya peperangan diantara mereka. Kami berdoa kepada Allah semoga memadukan hati mujahidin dan menyatukan kalimat mereka di atas kalimat tauhid, serta menyatukan mereka di atas hati orang yang paling bertakwa di antara mereka.
Lebih dari itu, kami mengeluarkan sebuah surat dimana di dalamnya kami menyerukan untuk bersatu dan surat itu kami beri judul dengan ayat yang mulia:
إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ
Jika kalian tidak melakukan hal yang sama [persatuan di atas keislaman dan keimanan] niscaya akan terjadi fitnah [kekafiran dan kesyirikan] di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (QS. Al-Anfal [8]: 73)
Dalam surat itu kami memperingatkan bahaya-bahaya perpecahan yang terjadi diantara mujahidin Suriah di saat musuh-musuh Allah dalam semua level bersatu dan membuat makar terhadap semua mujahidin. Kami menjelaskan bahwa orang-orang yang bertauhid lebih layah untuk bersatu daripada musuh-musuh Allah kamu musyrik, karena dibandingkan musuh-musuhnya mujahidin lebih jauh dan lebih bersih dari kepentingan-kepentingan pribadi dan hawa nafsu; juga karena mujahidin mengharapkan dan mengejar perkara [ridha dan surga] dari Allah yang tidak diharapkan oleh musuh-musuh mereka, dan mujahidin memperjuangkan perkara [dien Allah] yang tidak diperjuangkan oleh musuh-musuh mereka.
Allah Ta’ala telah berfirman:
وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
“Dan perangilah oleh kalian semuanya orang-orang musyrik sebagaimana mereka semuanya memerangi kalian. Dan ketahuilah sesunguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.” (QS. At-Taubah [9]: 36)
Sungguh menyakitkan kami beralihnya moncong senapan dari dada orang-orang kafir Nushairiyah kepada dada-dada mujahidin.
Dalam surat setelah surat tersebut, kami mengingkari setiap orang yang melakukan hal itu dan kami menyatakan berlepas diri dari perbuatan tersebut, siapapun dia orangnya…tanpa kami menyebutkan nama-nama atau julukan-julukannya, sebab tujuan kami adalah mencabut sampai ke akar-akarnya perbuatan yang mungkar ini; karena sesungguhnya sikap kami yang berlepas dirinya dari perbuatan mereka tidak berarti kami berlepas diri dari diri mereka! Justru ini merupakan wujud antusias kami untuk menjaga nama baik dari perkara yang lebih agung menurut kami dan lebih kami cintai daripada diri mereka, yaitu kalimat tauhid dan panji tauhid.
Sebelum itu kami telah menjelaskan dalam sebuah surat yang kami bangun di atas dasar hadits Nabi Sulaiman ‘alaihis salam dan keputusan yang ia berikan diantara dua wanita, dimana seekor srigala membawa lari bayi salah seorang dari kedua wanita tersebut.
Dalam surat itu kami jelaskan bahwa orang yang antusias kepada keselamatan jihad dan panji jihad serta pengikut jihad yang sebenarnya tentu tidak akan rela jika jihad terbelah, sebagaimana relanya si ibu palsu jika bayi milik si ibu kandung dibelah, dimana si ibu kandung sangat sayang kepada bayinya sampai-sampai ia rela tidak mengakui bayinya dan membenarkan jika bayi itu milik si ibu palsu, asalkan bayi itu tidak dibelah.
[Kami telah menjelaskan bahwa] Orang yang benar-benar sayang kepada umat Islam adalah orang yang benar-benar merasa sakit dan sungguh-sungguh berkeringat dingin atas kondisi yang dialami oleh putra-putra Islam. Ia selamanya tidak akan rela dengan percerai-beraian panji mujahidin dan perpecahan barisan mereka. Ia bahkan menangis, berdoa kepada Allah dengan tulus, agar Allah menyatukan barisan mereka dan memadukan hati mereka. Sebab persatuan mujahidin membawa maslahat bagi Islam dan kaum muslimin. [Kami telah menjelaskan bahwa] Seorang mujahid yang tulus dan seorang juru dakwah yang faqih tidak akan beralasan dengan alasan-alasan cabang apapun dan tidak akan dipalingkan oleh argumentasi-argumentasi wadah atau penamaan [tanzhim, jama’ah] apapun dari mendahulukan maslahat Islam dan kaum muslimin, yang dalam fase ini direpresentasikan oleh persatuan barisan mujahidin.
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam satu barisan…” (QS.Ash-Shaf [61]: 4)
Bukan dalam banyak barisan.
Kita juga sangat menginginkan Allah mencintai kita ketika kami dari penjara ini menyerukan persatuan barisan-barisan mujahidin, kami tidak akan rela atau tidak akan mengalah dari tuntutan ini sampai jiwa kami tenang dengan terealisasinya hal itu yang membuat orang-orang kafir marah.
Kami mengingkari setiap tulisan atau ceramah yang memperdalam atau menambah perpecahan. Kami juga berlepas diri dari setiap perbuatan yang dilakukan oleh seorang mujahid dari jama’ah manapun yang menyebabkan timbulnya perpecahan ini.
Kami memandang bahwa tulisan-tulisan dan ceramah-ceramah serta perbuatan-perbuatan seperti itu termasuk perkara yang membuat ridha setan-setan jin dan manusia serta membahagiakan mereka. Sebagaimana disabdakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam kepada para sahabat saat dalam sebagian perjalanan jauhnya, mereka singgah untuk istirahat dan berpencar-pencar di antara lembah dan pepohonan:
إِنَّ تَفَرُّقَكُمْ هَذَا يُرْضِي الشَّيْطَانَ
“Sesungguhnya berpencar-pencarnya kalian membuat setan ridha.”
((Catatan: Riwayat Abu Daud, Ahmad, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan lain-lain dengan lafal:
إِنَّ تَفَرُّقَكُمْ فِي هَذِهِ الشِّعَابِ وَالْأَوْدِيَةِ إِنَّمَا ذَلِكُمْ مِنْ الشَّيْطَانِ
“Sesungguhnya berpencar-pencarnya kalian di antara lembah ini hanyalah berasal dari setan.”))
Maka para sahabat pun berkumpul, sampai-sampai seandainya selembar baju digunakan untuk menutupi mereka niscaya baju tersebut akan mampu menutupi mereka semua, karena dekatnya jarak mereka.
Oleh karena itu saya meyakini bahwa setiap orang yang mengajak kepada perpecahan, menguatkannya dan menjadi sebab atasnya baik lewat tulisan, atau kajian ilmu, atau tindakan, atau perilaku di medan perang maupun di luar medan perang, maka orang tersebut bekerja untuk membuat setan ridha, bukan membuat Allah ridha.
Ar-Rahman “mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam satu barisan”, adapun setan ridha dengan perpecahan, percerai-beraian dan konflik diantara kita. Betapa banyak pejuang [mujahid], penulis atau khatib yang Iblis telah dapat membuktikan kebenaraan sangkaannya terhadapnya dan Iblis ridha dengan perilakunya yang menambah perpecahan, percerai-beraian dan peperangan:
وَلَقَدْ صَدَّقَ عَلَيْهِمْ إِبْلِيسُ ظَنَّهُ فَاتَّبَعُوهُ إِلا فَرِيقًا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman.” (QS. Saba’ [34]: 20)
Perilaku tersebut juga membuat musuh-musuh kita ridha dan bahagia, bahkan mereka bekerja untuknya, membuat perencanaan untuknya dan berperan serta di dalamnya secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu ketika sampai kepadaku berita-berita bahwa fulan dan fulan serta fulan ikut ambil bagian dan perilakunya [tulisan atau ceramahnya] mengajak kepada perpecahan, menguatkan perpecahan dan mencela [mencacat] sebagian jama’ah mujahidin lengkap dengan nama-nama jama’ah tersebut, nama-nama para komandan dan para ulamanya secara terang-terangan di situs internet; pada waktu itu saya katakan kepada saudara-saudaraku di dalam penjara: “Tidakkah kalian melihat orang-orang itu menulis dengan nama mereka yang sebenarnya, sebagian mereka menyertakan foto mereka, namun demikian intelijen tidak sedikit pun menengok mereka dan tidak mengadili mereka atas tulisan-tulisan amburadul mereka yang jelas-jelas menunjukkan keberpihakan mereka kepada sebagian kelompok mujahidin? Padahal sebelum itu intelijen mengadili kita atas tindakan yang jauh lebih ringan dari apa yang mereka tulis.”
“Hal itu tidak lain karena orang-orang itu pada fase ini melakukan tindakan yang searah dengan apa yang diinginkan, diridhai dan selaras dengan rencaana-rencana intelijen; sebagaimana tindakan mereka membuat setan ridha. Sementara sebagian saudara kita yang merasa prihatin dan menangisi kondisi jihad, menasehati mujahidin dan mengajak mereka untuk menyatukan barisan dan menghentikan peperangan sesama mujahidin; mereka itu justru diburu dan diancam oleh intelijen akan ditangkap. Intelijen menekan mereka, mengancam mereka dan memperingatkan mereka karena mereka dianggap telah melewati garis [lampu] merah. Ya, sebab garis [lampu] merah menurut intelijen adalah berjalan di atas jalur yang benar yang dicintai dan diridhai Allah untuk jihad da mujahidin.”
Adapun garis-garis [lampu-lampu] yang buram, bengkok dan tulisan-tulisan amburadul yang dikelilingi hawa nafsu dan akhlak-akhlak yang buruk, maka hal-hal itu membuat intelijen ridha dan intelijen ridha dengan para pelakunya sebab para pelaku tersebut berjalan sesuai keinginan-keinginan intelijen dan “dipekerjakan” [diperalat] untuk melaksanakan planning intelijen, meskipun mereka sebenarnya bukan agen-agen intelijen.
Saya menarik perhatian saudara-saudara kita di Yordania terhadap peristiwa yang saya alami sebelum penangkapan saya yang terbaru ini. Pada saat itu saya bertekad untuk merilis wasiat-wasiat kepada saudara-saudara kita para pemuda di Yordania tentang adab-adab interaksi diantara mereka seperti melakukan kehati-hatian dan penelitian secara cermat atas berita-berita sebelum membangun hukum-hukum [vonis dan sikap] berdasar berita-berita tersebut, meninggalkan ghibah [menggunjing], namimah [adu domba], membersihkan hati dari sikap saling dengki dan saling benci, menghormati para ulama, memberikan perhatian serius terhadap usaha menuntut ilmu dan adab-adab lainnya.
Lalu Dinas Intelijen Yordania melarang saya dari merilis wasiat tersebut. Penyidik dari Dinas Intelijen Yordania, Abu Marwan Ad-Dabubi, berkata kepadaku: “Kami tidak mengizinkanmu untuk menertibkan kondisi intern rumahmu.”
Maka hendaklah saudara-saudara kita di Yordania memperhatikan bagaimana keinginan-keinginan intelijen adalah kondisi intern rumah kita tetap kacau balau, berpecah belah, tidak ada persatuan barisan dan tidak ada pertautan hati; berbalik seratus delapan puluh derajat dengan perintah Allah kepada kita. Intelijen ingin agar kita menjadi barisan-barisan yang saling bermusuhan, bukan satu barisan. Inilah tujuan intelijen secara terus terang, tanpa basa-basi.
Maka barangsiapa masih ingin “dipekerjakan” dan menjadi sukarelawan dalam merealisasikan keinginan-keinginan intelijen setelah adanya penjelasan ini, maka sungguh kami telah menyampaikan udzur kami di hadapan Allah sebab kami telah menasehatinya. Adapun barangsiapa ingin melawan dan membuat marah intelijen dengan bersatu, bertautan hati, merapatkan barisan dan bekerja secara sungguh-sungguh, maka marilah bekerja bersama kami.
وَعَلَى اللَّهِ قَصْدُ السَّبِيلِ وَمِنْهَا جَائِرٌ وَلَوْ شَاءَ لَهَدَاكُمْ أَجْمَعِينَ
“Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang bengkok. Dan jikalau Allah menghendaki, tentulah Allah memberikan petunjuk kepada kalian semuanya (kepada jalan yang benar).“(QS. An-Nahl [16]: 9)
Disini kami mengingatkan dengan sebuah hadits dalam Shahih Bukhari bahwa seorang laki-laki Muhajirin memukul pantat seorang laki-laki Anshar. Maka laki-laki Anshar tersebut berteriak: “Wahai orang-orang Anshar, tolonglah saya!” Laki-laki Muhajirin itu juga berteriak: “Wahai orang-orang Muhajirin, tolonglah saya!”
Teriakan perkelahian itu sampai ke telinga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam, maka beliau menegur:
مَا بَالُ دَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ
“Kenapa kalian masih menyerukan slogan-slogan jahiliyah?”
Saat para sahabat menjelaskan duduk perkaranya, beliau pun bersabda:
دَعُوهَا فَإِنَّهَا مُنْتِنَةٌ
“Tinggalkan slogan jahiliyah seperti itu, sebab ia adalah seruan yang busuk!” (HR. Bukhari)
Perhatikanlah, bagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam mengingkari sikap berkelompok-kelompok bahkan meskipun dengan menggunakan nama-nama syar’i seperti ini [Muhajirin dan Anshar].
Lalu bagaimana seandainya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam melihat akibat dari permusuhan-permusuhan dan perpecahan-perpecahan kalian ini. Tinggalkan seruan jahiliyah seperti itu, sebab ia adalah seruan yang busuk! Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara, buatlah musuh-musuh Allah marah dengan cara memperbaiki hubungan diantara kalian. Waspadalah jangan sampai kalian turut serta dalam mengobarkan fitnah [perpecahan sesama muslim] yang Allah telah menyelamatkan darah dan tangan kalian dari fitnah tersebut! Bersunggu-sungguh dan seriuslah kalian agar hati, lisan dan tulisan kalian selamat dari fitnah tersebut!
اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
“Bertakwalah kalian kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang lurus [benar]!“(QS. Al-Ahzab [33]: 70)
Jadilah kunci-kunci kebaikan bagi jihad dan mujahidin, kunci-kunci persatuan, pertautan hati dan saling menasehati.
Waspadalah dari orang yang menghapuskan jihad, merendahkan jihad dan membagi-bagi jihad atas dasar kesatuan-kesatuan dan faksi-faksi!
Demi Allah, merupakan sebuah aib bagi orang-orang yang menyibukkan diri dengan perkara-perkara remeh ini, mengarahkan anak-anak muda kitakepadanyad an mendidik mereka di atasnya.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ مَعَالِيَ الأُمُورِ وأَشْرَافَهَا ، وَيَكْرَهُ سَفَاسِفَهَا
“Sesungguhnya Allah mencintai perkara-perkara yang tinggi dan mulia dan membenci perkara-perkara yang remeh lagi rendah.”
Diantara wujud dari remeh dan rendahnya sebagian pihak adalah mereka menyebar luaskan berita dari kami bahwa kami di penjara berpecah belah seperti perpecahan mereka. Ini murni sebuah kedustaan. Atas karunia Allah semata, kami adalah satu barisan, kami membuat marah musuh-musuh Allah dan kami senantiasa memperdengarkan kepada mereka doa kebaikan untuk seluruh mujahidin, kami berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah agar Allah menyatukan barisan mujahidin, menyatukan kalimat mereka dan hati kami seperti hari satu orang, kami saling berwasiat untuk mengajak kepada persatuan dan pertautan hati, kami mewasiatkannya kepada orang-orang yang membesuk kami dan keluarga kami sendiri, kami belajar dan mengajar serta saling berwasiat diatas kebenaran dan kesabaran, dan kami membuat hina musuh-musuh Allah dengan pertautan hati dan persatuan kami. Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam.
Maka bertakwalah kepada Allah wahai saudara-saudara kami tentang diri kami dan diri mujahidin. Janganlah kalian menyebar luaskan perpecahan, janganlah kalian menjadi pembantu-pembantu bagi terjadinya perpecahan tersebut!
Ketahuilah bahwasanya musuh-musuh kita tidak membeda-bedakan diantara faksi-faksi mujahidin yang tulus, justru musuh-musuh kita membuat makar terhadap semua faksi mujahidin tersebut, mereka membuat konspirasi terhadap setiap orang yang mengangkat panji tauhid dan berjihad di atas jalannya. Barangsiapa pada hari ini gembira karena musuh-musuh Allah memusuhi satu faksi mujahid yang tulus, maka janganlah sekali-kali ia menyangka bahwa ia akan aman dari makar dan permusuhan musuh-musuh Allah tersebut. Maka wasapdalah, jangan sampai ia seperti [kata pepatah] orang yang akhirnya mengatakan: “Saya makan seperti harisapi putih makan…”
Ketahuilah oleh kalian bahwa konspirasi-konspirasi terhadap jihad kalian di Suriah dilancarkan siang dan malam. Beberapa hari yang lalu digelar konferensi di Brussel, dihadiri oleh negara-negara anggota Uni Eropa, Turki dan delapan negara Arab, salah satunya Yordania, untuk mendiskusikan bahaya para pejuang [mujahidin] asing di Suriah.
Konferensi ini digelar bersamaan waktunya dengan penegasan Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat, James Clapper, kepada anggota Kongres AS bahwa “konflik di Suriah telah menjadi ancaman bagi keamanan nasional Amerika lewat kelompok Jabhah Nushrah”. Ia juga mengungkapkan bahwa “ada sekitar 7000 pejuang jihadi sunni di Suriah saya memakan”.
Konspirasi-konspirasi ini saling berjalan untuk membuat makar terhadap mujahidin di Suriah, sementara orang-orang dungu di situs-situs jejaring sosial mensibukkan diri dengan merendahkan jihad dan mengubah jihad menjadi kesatuan-kesatuan dan faksi-faksi, “kelompokmu dan kelompokku”, mereka mengobarkan api fitnah [perpecahan] dengan memprovokasi diantara mujahidin, sampai-sampai membekas pada diri anak-anak kecil kita. Putriku beberapa hari yang lalu bertanya kepadaku: “Engkau bersama kelompok mana, wahai abi?” Maka aku mengatakan kepadanya: “Saya bersama setiap mujahidin, bersama setiap orang yang meninggikan panji tauhid dan berjuang untuk menolong dan memberlakukan tauhid di muka bumi.”
Allah Ta’ala berfirman:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersifat keras [tegas] terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda [keshalihan] mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak Lurus di atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Fath [48]: 29)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah telah mengatakan bahwa termasuk dalam makna firman Allah “orang-orang yang bersama” adalah orang-orang yang mengikuti jalan beliau Shallallahu ‘alaihi wa salam.
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk golongan mereka, buatlah orang-orang kafir dan munafik marah lewat perantaraan kami, jadikanlah kami kunci-kunci kebaikan, pertautan hati, tauhid, dan petunjuk diantara mujahidin.
Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan Allah kepada nabi kita Muhammad, keluarganya dan seluruh sahabatnya.
Abu Muhammad Al-Maqdisi
Penjara Rumaimin
Pertengahan Rabi’u Tsani 1435 H
Sumber:
(muhib al majdi/arrahmah.com)