(Arrahmah.id) – Saya perkenalkan dulu dengan sebuah nama: DR. Muhammad Al Mukhtar Asy Syinqithy, dosen hubungan internasional di Universitas Qatar.
Sebagai layaknya orang asli Suku Syinqith, Mauritania, dia mempunyai kemampuan ilmu syariat yang layak. Menghafal Al-Quran dan belajar ilmu-ilmu syariat secara informal ataupun formal dijalaninya. Sampai lulus S1 jurusan fikih dan ushul. Tapi dia juga punya gelar S1 jurusan Bahasa Inggris dan Prancis. Kemudian S2 di Amerika di dua kampus berbeda dengan dua jurusan berbeda: manajemen di Universitas Columbia Selatan dan dan sejarah agama di Universitas Texas dan sekaligus menyelesaikan S3 di universitas ini.
Terhitung sangat aktif di tulis menulis dan tampil dengan analisa-analisa politiknya yang bukan saja dalam tapi sangat prediktif dan terbukti. Dia punya web pribadi yang bisa kita pelajari: shinqiti.net Dan menarik, caption di akun pribadinya di X: “Kita ada di dunia yang dipimpin oleh Samiri dengan emas dan kebohongannya. Maka Allah merahmati setiap orang yang memegang kuat penanya; setiap kali mendengar hal mengejutkan maka ia segera mengambilnya untuk menolong yang dizhalimi dan menyerang si zhalim”.
Mengapa saya kenalkan sosok ini di tulisan ini?
Pertama, saya ingin menyampaikan dengan gamblang bahwa setiap pendapat dan komentar kita semestinya mempunyai kelayakan literasi. Bukan sekadar yang lewat di depan mata kita, satu, dua sumber -dan entah layak atau tidak- kemudian kita sudah berkoar-koar dan yang lebih menyedihkan lagi hal itu dipakai untuk bertikai dengan saudaranya. Aneh, membantu saudaranya berjuang tidak, sekadar belajar bersaudara pun tidak. Dan saya selalu menunjukkan literasi saya agar bisa kita analisa bersama. Karena semua yang kita bicarakan adalah dalil, data dan analisa. Ilmiah, bukan sebatas perasaan. Begitulah saya berharap tentang siapa pun yang hendak berdiskusi.
Kedua, bukan kali ini saja saya mempelajari sosok besar ini dalam tema politik Timur Tengah dan Arab. Ketika Erdogan mengubah Aya Sofia menjadi masjid, saya pun mencantumkan tulisan DR. M. Al Mukhtar di pembahasan saya.
Ketiga, dalam pembahasan besar tentang perjuangan saudara-saudara kita di negeri Syam, jelas DR. M. Al Mukhtar tidak pernah absen. Dan kini tentang Suriah.
Selanjutnya, apa analisa seorang DR. M. Al Mukhtar Asy Syinqithy tentang Suriah? Salah satu jurnalis senior Mesir Muhammad Nashir menyampaikan kekaguman atas analisa dan prediksi M. Al Mukhtar tentang Suriah dan melakukan dialog selama satu jam:
Sang jurnalis sendiri di awal videonya menyetel ulang wawancaranya dengan M. Al Mukhtar pada bulan Agustus yang lalu. Di mana pembahasannya tentang twit M. Al Mukhtar di akun X: “Karena sebab tertentu -yang tidak bisa saya jelaskan sekarang- saya meyakini kemenangan besar yang datang dari Mesir telah tiba masanya, ini kemenangan besar, dampak dari perubahan mengejutkan di sebuah negara. Di mana akan menimbulkan efek perubahan terhadap semua perhitungan di dunia Arab dan Islam. Kabar gembira untukmu wakai orang-orang merdeka Mesir. Sebentar lagi fajar kemenangan dan kesenangan tiba juga terobatinya luka.”
Analisanya dimulai dari perubahan mengejutkan dari sebuah negeri yang mengubah semua rumus perhitungan di dunia Arab dan Islam, kemudian hal ini akan merembet ke Mesir yang akan mengalami perubahan.
Tak berhenti sampai di situ M. Al Mukhtar menulis kembali di akunnya pada 1 Oktober, kali ini lebih jelas:
“Saya meyakini salah satu berkahnya Taufan Al Aqsha yang akan segera kita lihat adalah jatuhnya si pembunuh berdarah dingin Bashar Assad. Perlombaan antara Amerika dan Iran benar-benar telah mulai: Iran berusaha mengganti Bashar Assad, menggantikannya dengan orang lain yang lebih mereka percaya setelah Bashar melakukan hal-hal yang membahayakan bagi keamanan mereka. ‘Israel’ berusaha menggantinya untuk memutus bantuan militer ke Hizbullah dan memasukkan Suriah ke dalam Timur Tengah baru Zionis sesuai dengan mimpi Netanyahu.
Saya berharap para pejuang Suriah dan pembelanya yaitu Turki mampu memanfaatkan keadaan tumpang tindih ini dan dengan kesadaran strategis mengarahkannya untuk kemaslahatan rakyat Suriah, sebelum dimanfaatkan oleh ‘Israel’ atau Iran.”
Dalam penjelasannya terhadap twitnya ini, M. Al Mukhtar lebih dalam menjelaskan bahwa umur politik Bashar Assad sudah habis sejak jihad Taufan Al-Aqsha dimulai. Hal itu dikarenakan:
- Bashar sangat bergantung kepada Iran dan Rusia. Sementara dia satu-satunya loyalis Iran yang tidak punya peran
-
Rusia sendiri sibuk dengan hal yang lebih penting. Karena kepentingan Rusia di Suriah hanya menguasai pesisir Laut Tengah dan memastikan Suriah tidak dipimpin oleh orang yang loyal ke Amerika
-
Kematangan dan perkembangan baik pada para pejuang Suriah, di mana mereka telah berhasil memperbaiki kesalahan mereka di masa lalu
-
Peran Turki yang sangat dalam dari A-Z bagi para pejuang, hanya saja Turki tidak mau terlihat, agar yang terlihat adalah perjuangan rakyat Suriah.
Dan yang lebih menarik lagi, M. Al Mukhtar memberikan beberapa nasehat agar tidak hanya larut dalam gegap gempita kemenangan ini. Sebab masa transisi adalah masa yang sangat sulit dengan dugaan adanya penyusup di balik debu perjuangan agar kembali kepada diktator dengan wajah baru. Karenanya, twit-twitnya setelah tanggal 8 Desember (penaklukan Damaskus) menjadi menarik dianalisa kembali.
Di antaranya adalah twit berikut:
حكمة سياسية عميقة..#سوريا_تتحرر https://t.co/nngT4Nhr8W
— محمد المختار الشنقيطي (@mshinqiti) December 10, 2024
Hikmah politik yang dalam
#Suriah_merdeka
Hikmah yang dimaksud adalah repostnya terhadap tulisan DR. Tajussir Utsman: Berlebihan dalam memaafkan sama dengan berlebihan dalam menghukum. Masing-masing punya keburukan. Keduanya adalah sebab berlanjutnya kezhaliman. Hukuman berlebihan menakuti mereka yang ingin menghilangkan kezhaliman. Dan memaafkan berlebihan mengimingi para penjahat untuk terus berlaku jahat.
Juga nasehatnya yang satu ini: “Yang paling saya takutkan pada Suriah baru adalah para pimpinan yang akan menjadi target padahal sulit mendapatkan ganti mereka. Merekalah yang merencanakan semua operasi untuk meruntuhkan kezhaliman, mengaturnya dengan sedemikian brilian. Dan memimpin perlawanan sampai mendapatkan kemenangan. Khususnya pernah terjadi penyusupan politik dan militer ke dalam mereka berkali-kali dan dari berbagai pihak. (Wahai orang-orang beriman, ambillah kehati-hatian kalian).”
Beginilah semestinya setiap kita bersikap di masa fitnah berseliweran, sebagaimana firman Allah:
وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِّنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ ۖ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَىٰ أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنبِطُونَهُ مِنْهُمْ
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri).”
Para mufassir besar (Qotadah, Ibnu Juraij, Abul Aliyah dan lainnya) menjelaskan kata Ulil Amri di ayat ini artinya adalah para ahli ilmu.
Mulai sekarang, hentikan sikap asal ambil dan asal sebar.
Bersikaplah dengan ilmu, hargai saudara kita yang sudah berjuang dengan seluruh hidup mereka.
Bersikaplah dengan ilmu, karena semuanya dipertanggung jawabkan di hadapan Allah!