JAKARTA (Arrahmah.com) – Pernyataan Said Aqil Siraj yang tidak membolehkan adanya aspirasi negara Islam di Indonesia, menurut Ustadz Alfian Tanjung sebagai fenomena yang membongkar wajah asli ketua PBNU tersebut dan pihak-pihak di belakangnya yang anti terhadap penegakan Syari’at Islam.
“Itu menunjukkan sejatinya dia. Dia ini orang yang disiapkan kelompok sepilis (sekulerisme, pluralisme, dan liberalisme -red) dan zionis untuk mempertahankan NU agar tetap seperti yang mereka inginkan,” kata ketua taruna Muslim ini kepada arrahmah.com, Jakarta, Senin (4/6).
Lebih dari itu, menurutnya di saat Muktamar Nahdhatul Ulama, pada dasarnya Said Aqil bukanlah orang yang dikehendaki oleh para ulama NU.
“Jadi memang saat muktamar itu ada intervensi dari pihak-pihak tertentu,” jelasnya.
Sosok Said Aqil menurutnya, gambaran dari paranoid yang diidap oleh mereka yang membenci Islam.
“Dia itu Islamophobia, yang meragukan islam dan tidak mau Islam diterapkan sebagai ajaran yang kaffah (menyeluruh),” ungkap Ustadz Alfian.
Lanjutnya, bagaimanapun juga tindak-tanduk Said Aqil tidak akan lepas dari perhitungan di akhirat, apalagi ia merasa lebih baik dari sang pencipta alam semesta ini.
“Dia harus bertanggung jawab di akhirat. Said Aqil menjadi merasa lebih hebat dari Allah, mempunyai pandangan yang keliru terhadap islam sebagai ideologi dan sistem, Padahal Allah menurunkan Islam seperti itu,” papar Ustadz Alfian.
Tambahnya, Said Aqil harus mempelajari sejarah khilafah Islamiyah yang pernah membentang berdiri di atas dunia. Sehingga ia akan menyadari bahwa Daulah Islam itu suatu hal yang diperlukan oleh umat Islam.
“Pemerintahan Islam itu suatu kebutuhan, karena Islam itu agama dengan kekuasaan, Islam tidak bisa tanpa kekuasaan. Kita tidak perlu terjebak dengan istilah syari’at Islam harus diformalisasikan. Yang harus disadari Islam itu harus diaktualisasikan yaitu Islam jiwanya dan Islam aksinya,” bebernya.
Pernyataan Said Aqil sendiri menurut Ustadz Alfian, merupakan bentuk kegentaran di kalangan yang anti terhadap syari’at Islam dalam melihat perkembangan perjuangan penegakan Syari’at Islam dewasa ini.
“Itu bentuk ketakutan orang-orang yang anti terhadap syari’at Islam, yang digambarkan melalui tokoh Islam, Jadi pinjam tangan saja mereka,” ungkapnya.
Ia pun mempertanyakan komitmen Said Aqil terhadap ideologi yang digembor-gemborkannya yaitu demokrasi dan HAM, karena pernyataannya terhadap penolakan ide negara Islam kontradiksi dengan demokrasi itu sendiri.
“Di mana demokrasi dan HAM yang dia anut? Padahal pembicaraan Syari’at Islam pernah dibahas di Konstistuante. Jika dia konsisten dengan logika HAM dan demokrasi, jangan dilarang-larang orang berbicara Syari’at Islam,” tegas Ustadz Alfian.
Sehingga benar adanya, bahwa Said Aqil tidak menjadikan gelar profesornya di bidang agama sebagai kualifikasi terhadap tindakannya. Sebab menurut Ustadz Alfian, Said Aqil merupakan orang yang dikendalikan pihak lain. “Jadi Said Aqil itu boneka menurut saya,” tutupnya.
Sebagaimana diberitakan, dalam pidato memperingati Pancasila di gedung DPR/MPR Said Aqil Siraj, Jum’at (1/6) menyatakan bahwa tidak ada tempat bagi organisasi yang ingin memperjuangkan negara Islam di Indonesia. (bilal/arrahmah.com)