JAKARTA (Arrahmah.com) – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima gelar ‘Knight Grand Cross in the Order of Bath’ dari Ratu Elizabeth dari Inggris menjadi indikasi SBY memiliki penyakit mental berkepribadian yang pecah atau ganda.
Hal ini diungkapkan Ketua Umum Taruna Muslim, ustadz Alfian Tanjung kepada arrahmah.com, Jakarta, Kamis (1/11) Pagi.
“Artinya SBY memang seorang yang split personaliti, karena dia juga pernah mengatakan bahwa kewarganegaraannya yang kedua adalah Amerika Serikat pada waktu hari kemerdekaan AS tahun 2005,” Kata Ustadz Alfian.
Kata ustadz Alfian, rasanya sudah cukup jika keIslaman SBY diragukan bila melihat tindak-tanduk keberpihakannya kepada kaum Kafir.
“Lengkap sudah, kalau kita ingin mempertanyakan kemusliman dia (SBY), dia begitu gusar karena ditengarai sudah pernah menikah, dia banyak berkhidmad pada dukun dan lebih familiar dan akomodatif dengan kader PKI, dan sterusnya” tandasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, SBY bersama istrinya Ani Yudhoyono bertandang ke London, Inggris untuk menerima gelar ‘Knight Grand Cross in the Order of Bath’ dari Ratu Inggris. Selain Presiden SBY, gelar itu juga pernah diterima oleh Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan, Presiden Perancis Jacques Chirac dan Presiden Turki Abdullah Gul.
Sejarah gelar the Order Of Bath
Gelar the Order of Bath sendiri, seperti dilansir detikcom, pada awalnya diberikan pada para tentara dan beberapa masyarakat sipil. Penerima gelarnya selalu pria.
Baru pada tahun 1971, ada seorang wanita yang diberi penghargaan tersebut untuk pertama kalinya.
Susunan pemberi gelar terdiri dari pemangku kedaulatan (ratu), seorang Great Master (Pangeran dari Wales) dan tiga anggota dari kelas berbeda.
Gelar ‘Bath’ sendiri berasal dari ritual mandi atau membersihkan diri, terinsipirasi dari mandi dalam proses pembaptisan. Ini adalah simbol dari upaya penyucian diri, sebuah proses persiapan seorang ksatria Inggris sebelum bertugas.
Penghargaan ini tak akan diberikan sebelum para kandidat sudah mempersiapkan diri dengan berbagai ritual seperti puasa, berdoa, dan membersihkan dirinya dengan mandi.
Kisah seremoni mandi untuk menciptakan seorang ksatria tercatat dilakukan oleh Raja William I. Saat itu dia memandikan bocah 15 tahun bernama Geoffrey Count of Anjou di tahun 1128 yang belakangan menjadi ksatria.
Pada saat pengangkatan Henry V sebagai raja tahun 1413, dia juga melakukan ritual yang sama untuk para ksatria.
Namun akhir abad ke-15, ritual mandi ini mulai hilang. Namun seremoni pemberian gelar dengan sebutan ‘Knights of the Bath’ masih dilakukan.
Pada tahun 1725, saat George I menjadi raja, pemberian gelar dihidupkan kembali untuk memenuhi keinginan Perdana Menteri Inggris pertama Sir Robert Walpole yang menginginkan adanya tambahan penghargaan politik.
Tahun 1815, saat era perang Napoleon berakhir, Pangeran Regent (Raja George IV) membuat dua divisi dalam penghargaan ini, militer dan sipil.
Lalu sejak tahun 1825, ritual mandi dalam pemberian penghargaan ini resmi dihilangkan. Begitu juga dengan ritual puasa. SBY dijadwalkan menerima penghargaan itu pada hari Rabu ini. Penghargaan ini diberitakan Ratu Elizabeth II atas jasa SBY yang mempererat hubungan kedua negara. Inggris merupakan investor nomor dua di Indonesia.
(bilal/arrahmah.com)