SRINAGAR (Arrahmah.com) – Dalam dua hari, polisi India telah menangkap sedikitnya 150 warga Kashmir yang mereka klaim separatis, kata para pejabat, dikutip Al Jazeera, kemarin (23/2/2019).
Tindakan keras yang dimulai pada Jumat malam (22/2) itu terjadi di tengah ketegangan yang terus meninggi antara India dan Pakistan setelah pemboman 14 Februari terhadap konvoi paramiliter oleh seorang yang diduga pemberontak Kashmir.
Setidaknya empat puluh empat tentara India tewas dalam ledakan bunuh diri di distrik Pulwama, Kashmir selatan, serangan terburuk terhadap pasukan pemerintah India dalam sejarah wilayah itu.
India menyalahkan Pakistan atas serangan itu dan menjanjikan “balasan yang menghancurkan”.
Polisi pada Sabtu (23/2) mengatakan bahwa mereka melakukan razia di lingkungan sekitar semalam dan mengumpulkan para pemimpin tinggi dan aktivis yang sebagian besar adalah Jamaat-e-Islami, sebuah kelompok politik-keagamaan yang mendukung hak referendum Kashmir.
Serbuan dan penangkapan berlanjut hingga hari ini.
Di antara mereka yang ditangkap adalah kepala daerah Jamaat-e-Islami Abdul Hamid Fayaz, dan Mohammed Yasin Malik, seorang pemimpin pro-kemerdekaan yang berpengaruh yang mengepalai Front Pembebasan Jammu-Kashmir.
Malik dijemput dari rumahnya pada Jumat (22/2) malam di kota utama Srinagar, di mana sebagian besar toko dan fasilitas bisnis lainnya tutup pada Sabtu (23/2) untuk memprotes tindakan keras tersebut.
Penangkapan itu menuai kecaman luas dari para pemimpin politik Kashmir.
“Langkah sewenang-wenang seperti itu yang hanya akan mempercepat masalah,” Mehbooba Mufti, mantan menteri kepala negara bagian Jammu dan Kashmir mengatakan melalui Twitter.
“Kalian bisa memenjarakan seseorang, tetapi bukan idenya.”
“Tindakan ilegal dan paksaan terhadap penduduk Kashmir seperti itu sia-sia dan tidak akan mengubah kenyataan di lapangan,” kata Mirwaiz Umar Farooq, seorang pemimpin separatis yang berpengaruh.
Kepemimpinan Perlawanan Bersama, yang terdiri dari tiga pemimpin penting Kashmir termasuk Malik, menyerukan demonstrasi hari ini (24/2) untuk memprotes tindakan keras tersebut, kata sebuah pernyataan.
Melalui Jumat malam dan Sabtu, pesawat tempur India dan helikopter militer berlalu-lalang di atas wilayah Himalaya.
Pihak berwenang India pada Sabtu juga menyebarkan sekitar 10.000 tentara paramiliter tambahan ke Lembah Kashmir, yang telah menjadi wilayah yang paling termiliterisasi di dunia.
Warga khawatir tindakan keras itu bisa menjadi awal dari serangan militer India terhadap Pakistan atau mempermainkan status khusus Kashmir dalam konstitusi India. (Althaf/arrahmah.com)