JAKARTA (Arrahmah.id) – Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi perhatian yang menjadi sejarah yang sangat penting. Dalam keputusan PBB tersebut, 14 negara menyetujui adanya resolusi PBB, dan satu Abstain yaitu dari Amerika Serikat.
Menanggapi hal ini, Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional (HLNKI), Prof Sudarnoto Abdul Hakim menyampaikan, bahwa sikap Amerika Serikat yang melakukan abstain ini di luar dugaan, karena sebelumnya Amerika Serikat menggunakan hak veto nya.
“Sikap Abstain yang dilakukan Amerika Serikat ini di luar dugaan dan di luar kebiasaan, yang terjadi sebelum-sebelumnya Amerika Serikat itu melakukan veto, dan sikap Amerika Serikat ini tentu membuat kekecewaan besar bagi pihak Israel,” ujar Prof Sudarnoto, Rabu (27/3/24), lansir mui.or.id.
Prof Sudarnoto mengatakan, dengan sikap abstain yang dilakukan Amerika Serikat pihaknya berharap agar para tentara Israel (IDF) segera menarik barisan dari Palestina dan menghentikan aksi-aksi genosida yang selama ini dilakukan.
“Dengan resolusi dan sikap Abstain Amerika Serikat, maka ada tuntutan seperti yang tertulis dalam diskusi, yaitu tuntutan agar IDF segera tarik mundur barisan dari Gaza. Jadi tidak ada lagi pasukan di Palestina maupun di Gaza dan tidak ada lagi aksi-aksi genosida. Selanjutnya, harus segera melakukan pembebasan terhadap tawanan perang,” kata dia.
Sikap abstain yang dilakukan Amerika Serikat pada resolusi PBB kemarin merupakan salah satu jalan yang dianggap paling aman di antara pilihan-pilihan yang sebetulnya sangat berisiko bagi Amerika Serikat di mata Israel.
Saat ini Amerika sedang di posisi yang dilematis, satu sisi dia tidak ingin kehilangan Israel yang berarti juga tidak ingin kehilangan pengaruhnya di Timur Tengah, tetapi pada sisi lain isu kejahatan terhadap kemanusiaan, yaitu genosida yang sudah sangat berlebih-lebihan ini membuat Amerika Serikat juga mulai kehilangan trust publik secara internasional,” ungkapnya.
“Secara moral di mata publik sebenarnya Amerika Serikat sudah runtuh. Maka, Amerika Serikat berkeinginan situasi keruntuhan moral atau kehilangan trust secara internasional itu jangan sampai berkelanjutan. Karena itu dia mengambil sikap untuk berhati-hati dengan cara abstain, dengan abstain ini memberikan jalan yang lebih lunak,” kata dia menambahkan.
Dalam kesempatan yang sama, Prof Sudarnoto juga menyampaikan bahwa terlihat adanya ketidakpuasan dari Amerika Serikat dan juga Israel terhadap hasil resolusi tersebut.
Menurutnya ketidakpuasan itu muncul dari resolusi PBB yang sama sekali tidak menyebutkan bahwa Hamas adalah teroris, sesuai dengan pandangan Amerika Serikat dan Israel selama ini.
“Sebetulnya Amerika Serikat sendiri merasa tidak puas dengan resolusi tersebut, karena di dalamnya tidak ada sedikitpun menyebutkan bahwa Hamas itu teroris, telah melakukan tindakan-tindakan teror dan mesti harus diberi sanksi secara Internasional,” ungkap Prof Sudarnoto menjelaskan.
“Dalam hal ini Amerika Serikat dan Israel itu sama, yaitu melihat Hamas sebagai kekuatan teroris. Inilah ketidakpuasan Amerika Serikat dan Israel terhadap resolusi tersebut,” kata dia.
Dalam kasus ini, Amerika Serikat tentunya tidak ingin meruntuhkan diri di mata masyarakat Internasional, baik secara moral maupun dalam konteks lain. Karena ini akan berdampak sangat luas, dampak politik, dampak keamanan, implikasi kemanusiaan (human rights), hingga ekonomi.
Jika Amerika Serikat masih terus memberikan dukungan, meskipun dia bersikap abstain tetapi tetap memberikan dukungan terhadap langkah-langkah Israel, maka Amerika Serikat akan mengalami situasi yang sangat berat, baik secara internal maupun internasional. Semakin kehilangan momentum menjadi negara yang bisa dipercaya secara internasional,” tutur Sudarnoto.
Lebih lanjut, dia juga berharap bahwa pemerintahan sayap kanan Israel semakin lemah pascaresolusi PBB ini, karena sudah kehilangan dukungan dari Amerika Serikat. Prof Sudarnoto juga mengatakan, bisa saja pemerintahan sayap kanan Israel ini akan semakin tersudutkan dan jatuh.
Menurutnya, popularitas Netanyahu dan pemerintahan sayap kanan ini juga sudah semakin kehilangan kepercayaan di tengah masyarakat.
“Saya melihat tanda-tanda kehancuran pemerintahan Israel itu sudah di depan mata. Apalagi dalam konteks hukum Internasional sudah mulai ada desakan-desakan melakukan gerakan melalui pendekatan hukum internasional untuk memberikan sanksi kepada Israel,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.id)