BANDUNG (Arrahmah.id) – Potongan video yang memperlihatkan rutian keagamaan tersebut beredar luas di media sosial. Banyak warga yang mengaku baru pertama kali melihat ritual keagamaan seperti itu, bahkan beberapa ada yang menyebutkan narasi aliran sesat.
Merespons kejadian ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat menduga jika ritual tersebut dilakukan oleh sekelompok orang yang berasal dari jemaah Syiah.
Namun, MUI Jabar belum mengetahui secara pasti ritual apa yang dilakukan seperti dalam video viral tersebut.
“Iya, jadi saya sendiri masih belum jelas tentang peristiwa di Gegerkalong itu. Memang Gegerkalong ada komunitas Syiah, tapi sedikitnya hanya satu keluarga kalau tidak salah. Tapi, mereka sering mengundang komunitasanya dari luar, kemudian melakukan ya kegiatan di situ,” kata Sekretaris MUI Jabar Rafani Achyar dikonfirmasi, Selasa (1/8).
Ia pun menyayangkan terjadinya kegaduhan akibat aktivitas ritual keagamaan yang terjadi di Gegerkalong, Menurutnya, MUI di beberapa tempat sudah mengeluarkan fatwa terkait ajarah Syiah.
Nah, jadi mungkin itu yang membuat masyarakat tidak berkenan. Sebetulnya kalau sampai terjadi kegaduhan kami menyayangkan ya, tapi tadi Syiah ini kan di MUI memang di Jatim (Jawa Timur) tegas mengelurkan fatwa itu sesat, kemudian MUI nasional pernah mengeluarkan buku mewaspadai kesesatan Syiah, gitu,” jelasnya, lansir JPNN.
Meski sudah ada fatwa yang menyikapi Syiah, namun eksistensi dari ajaran tersebut menurut dia masih ada hingga sekarang.
“Jadi, MUI sudah memberikan panduan ke masyarakat. Cuma sekarang kenegaraan memang ini eksistensi Syiah masih ada, kalau tidak salah mereka punya badan hukum ormas kalau tidak salah, atas dasar itu mereka melakukan aktivitas,” pungkasnya.
Sementara itu, soal kejadian yang viral di Gegerkalong, Rafani menuturkan, jika jemaah Syiah diketahui menggelar ritual bersama kelompok adat. Namun, ia menyayangkan jika kolaborasi dua kelompok itu akhirnya menimbulkan kegaduhan di masyarakat.
“Kemarin kami cari informasi bahwa di Kota Bandung sedan gada kegiatan apa, hari pangsi atau apa gitu ya, tapi dikaitkan dengan Asyura dan ada kelompok budaya yang ikut,” ujarnya.
“Di Gegerkalong juga saya lihat ada kelompok adat yang sepertinya berkolaborasi dengan Syiah. Kolaborasi siapapun boleh-boleh saja tapi harus memperhatikan sensitivitas masyarakat. Sensitivitas ini bisa menimbulkan kehebohan,” ucapnya.
Sebelumnya, jagat media sosial dihebohkan dengan video ritual keagamaan syiah di sebuah masjid yang terletak di Gegerkalong, Kota Bandung.
Dalam video tersebut, warga tampak berkumpul di depan masjid yang dimaksud. Ritual syiah pun digambarkan seperti sekelompok orang yang sedang menari-nari.
Dikonfirmasi, Kapolsek Sukasari Kompol Darmawan mengatakan, pokok permasalahan itu karena ada perbedaan pemahaman tentang nilai praktik keagamaan setempat.
Darmawan menjelaskan, kegiatan yang sedang dilakukan di dalam masjid itu ialah ritual yang dilakukan kelompok kebudayaan untuk memperingati bulan Asyura.
“Ini kegiatan terkait masalah Asyura, yang dilakukan Kabuyutan pimpinan Abah Yusuf,” kata Darmawan dihubungi, Senin (31/7).
Menurut Darmawan, kegiatan ritual keagamaan seperti itu sudah sering dilakukan padepokan tersebut.
“Sebenarnya acara kegiatan Kabuyutan itu tidak ada masalah, mereka dilakukan di padepokan, cuma yang jadi masalah mereka melakukan kebudayaan di masjid,” jelasnya.
Namun, di malam itu ada kelompok yang tidak sependapat dengan ritual yang sedang dijalani.
“Nah, inilah ada kelompok lain yang kurang sependapat, makanya mereka melakukan supaya kegiatan tersebut dihentikan,” ujarnya.
Dikarenakan ramai, polisi kemudian turun ke lapangan supaya kondisi kembali kondusif.
Dia mengungkapkan, sempat ada orasi dari kelompok masyarakat yang menentang namun satu jam selepas orasi, massa membubarkan diri.
Teman-teman pada saat aksi kami sekat, mereka orasi sampai jam 10 (malam) dan kami beri penjelasan. Alhamdulillah situasi kondusif,” tuturnya.
“Mereka pulang dan kegiatan Kabuyutan kurang lebih selesai 1 jam, jam 9 (malam) selesai,” tuturnya.
(ameera/arrahmah.id)