CILACAP (Arrahmah.com) – Setelah membaca sebuah harian terbitan Jakarta, Jum’at (13/12/2013) Jamaah Anshorut Tauhid merasakan kerancuan atas berita tersebut, dikatakan bahwa BNPT menghadirkan syaikh-syaikh dari Timur Tengah, antara lain syaikh Ali Al-Halaby asal Yordania dan syaikh Najih Ibrahim asal Mesir, dengan misi deradikalisasi bagi para napi terorisme.
Maka pada hari Selasa (17/12/2013), JAT berinisiatif tabayyun (konfirmasi) dengan bertanya langsung kepada beberapa ustadz di LP Pasir Putih Nusakambangan, antara lain Ust Abu Husna dan kawan-kawan, rilis JAT Media Center kepada redaksi Jumat (20/12/2013).
Darinya dan kawan-kawan, JAT mendapat penjelasan yang merupakan tanggapan atas kehadiran dan kunjungan syaikh-syaikh tersebut, berikut kesimpulan dari tabayyun tersebut:
-
Berdasarkan hadist-hadist Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam, selain ulama warosatul Anbiya’ yang juga disebut sebagai ulama robbaniyyin, ada juga ulama’ suu’, ulama suu’ adalah ulama yang rajin mengetuk pintu-pintu Sulthon (penguasa dholim), menjadi pemuja dan duta mereka demi melestarikan kekuasaan dan menutup-nutupi kedzaliman mereka, ulama jenis kedua ini disebut oleh ustadz Abu Bakar Ba’asyir sebagai ulama syaithoniyyin.
-
Syaikh Ali Al Halaby asal Yordania adalah seorang intelektual yang ‘culas’ karena selalu memotong-motong fatwa ulama Salafus Sholeh, mengambil bagian-bagian yang dianggap sesuai dengan tujuan pribadi beliau dan membuang potongan selebihnya. Para ulama di Saudi pun telah menolak pandangan-pandangan beliau dan memberinya gelar dengan menyebutkan sebagai Murji’ah. Sungguh buruk nasib kaum muslimin Yordania bila seorang ulama semacam beliau dijadikan sebagai ulama yang punya otoritas. Lebih jelasnya, silahkan membaca buku Tabshiriil Uqala Bi Talbisaati Ahlit Tajahhum wal Irja’ yang ditulis oleh syaikh Abu Muhammad ‘Ashim Al-Burqowi Al Maqdisy, yang sudah diterjemahkan oleh ustadz Abu Sulaiman Aman Abdurrahman dengan judul Salafi Pengkhianat Salafus Sholeh. Sedang syaikh Najih Ibrahim asal Mesir adalah buah deradikalisasi pemerintahan Hosni Mubarok Mesir yang dikenal kejam dan bengis sehingga banyak ulama’ yang ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara dengan penyiksaan yang mengerikan. Sehingga banyak dari mereka yang ‘tanazul‘ yaitu beralih manhaj dari Salamatul Manhaj menjadi Manhajus Salamah. Beralih dari berjuang demi keselamatan Islam menuju perjuangan demi keselamatan diri dan kelompoknya. Sehingga ustadz Abu Rusydan pun menyebutkan bahwa beliau (syaikh Najih Ibrahim) ini tidak lebih dari Ar-Rojjal bin Unfuwah orang yang disebut oleh Rasulullah saw bahwa di Neraka Jahannam, gerahamnya lebih besar dari pada gunung uhud. Wal iyyadu billah.
-
BNPT yang menghadirkan mereka ke Nusakambangan dengan missi deradikalisasi terus menerus (menurut kompas), adalah sedang mempraktekkan teori Hitler yaitu “sebuah kebohongan yang diulang-ulang secara terus menerus, akan diterima pada akhirnya sebagai sebuah kebenaran”. Misi seperti itu hanya bisa mempengaruhi sedikit orang awam, tapi para mujahidin yang dituduh sebagai teroris oleh Yahudi dan Nasrani adalah para pemuda Islam yang telah memilih jalan Alloh dan Rosul Nya, dengan ilmu, kesadaran dan tawakkal. Ulama-ulama seperti tersebut di atas dengan mudah difasilitasi untuk mengunjungi para napi terorisme dimana saja, namun sebaliknya orang-orang yang dikenal sebagai ulama Robbany yang konsisten dengan jalan Da’wah dan Jihad fi sabilillah selalu dipersulit, digagalkan dan dieliminir, seperti syaikh Dr. Usamah Al-Malwahi As-Suri. Ulama mujahid Suriah, telah mencoba berkali-kali minta diizinkan mengunjungi ustadz Abu Bakar Ba’asyir di Nusakambangan dan menunggu berbulan-bulan di Jakarta, namun di tolak mentah-mentah oleh pemerintah RI.
-
Pandangan-pandangan beliau terhadap Jihad fi Sabilillah yang mendramatisir berbagai korban yang sifatnya kemanusiaan, dampak-dampak buruk bagi da’wah Islam dan hubungan internasional, juga statemennya bahwa orang-orang (wisatawan) asal Amerika dan Australia bukanlah infiltrans dan lain-lain. Ini merupakan pengakuan secara tidak langsung dari para syaikh tersebut, untuk missi apa dan siapa yang membayar kedatangan mereka di Nusakambangan.
-
Mereka pura-pura tidak tahu apa pekerjaan para turis asing itu di Indonesia dan negeri-negeri muslim lainnya, bahwa mereka adalah tentara yang cuti dari medan perang di Afghanistan, Iraq, Somalia, Yaman. Mereka mungkin memang tidak tahu bahkan ada diantara mereka yang masuk Islam dan menikah dengan muslim di Indonesia.
-
Adapun pandangan tentang toghut, beliau menyatakan bahwa toghut adalah syetan, itu benar berdasar atsar Umar bin Khattab, tapi lebih jelasnya Alloh menyatakan bahwa syaiton ada jin dan manusia (QS Al-An’am 112, secara bahasa syaithon – yusyaitinu artinya menyimpang yaitu siapa yang menyimpang dari jalan Alloh dan sunnah RosulNya itu syetan orang yang mengaku muslimpun jika menyeru manusia untuk menyimpang dari jalan Alloh adalah syetan, apalagi orang yang jelas kekafirannya, dia adalah syetan dan toghut. Wallohu a’alam bis showab.
(azm/arrahmah.com)