Perkembangan peristiwa penggrebekan dan penangkapan empat tersangka teroris di kawasan pegunungan Jalin, kecamatan Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Senin (22/2) malam semakin menegangkan. Setelah sebelumnya diberitakan seorang warga sipil tewas di tangan petugas, kini beredar kabar kemunculan dan kemungkinan Tandzim Al Qaeda Aceh di balik peristiwa ini. Densus 88 AT dari Mabes Polri pun dilaporkan mulai bergerak ke wilayah pengunungan Jalin. Bagaimana dugaan Tandzim Al Qaeda Aceh bisa muncul? Berikut laporannya.
Desas-desus adanya gerakan jaringan teroris di Aceh yang diduga kelompok Jemaah Islamiyah (JI) semakin santer menjadi pembicaraan pascapenggerebekan dan penangkapan empat tersangka teroris di kawasan pegunungan Jalin, Kecamatan Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Senin (22/2) malam.
Laporan yang menyebutkan adanya aktivitas kelompok bersenjata api yang melakukan latihan militer di kawasan pegunungan Jalin, hingga kini masih terjadi polemik. Banyak pihak yang meragukan adanya kelompok terkoordinir itu namun tak sedikit pula yang tidak mengenyampingkan. Ada pula yang mempertanyakan, jika benar kelompok bersenjata itu ada, lalu siapa mereka?
Sebuah sumber Serambi menyebutkan, kelompok bersenjata tersebut diduga kuat merupakan anggota dari organisasi Tandhim Al Qaeda Aceh yang sejak 2008 lalu sudah eksis masuk ke wilayah Aceh dengan karakter anggotanya yang militan. “Kelompok ini memiliki jaringan dengan JI, tapi namanya saja yang berbeda. Bila melihat dari tujuannya jelas mereka ingin mendirikan negara Islam (Daulah Islamiyah-red),” kata sumber tersebut di sebuah lokasi, Rabu (24/2).
Menurut sumber yang minta namanya tidak dipublikasikan itu, Tandhim Al Qaeda Aceh diduga mulai masuk ke Aceh sejak tiga tahun lalu. Dalam pergerakannya, organisasi yang berafiliasi dengan jaringan Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden tersebut tidak menamakan dirinya Jemaah Islamiyah. Tapi kelompok ini lebih tertarik memakai nama Tandhim Al Qaeda Aceh (Organisasi Al Qaeda Aceh).
Dikatakanya, diduga kuat pemakaian Tandhim Al Qaeda Aceh sebagai nama organisasi lebih dikarenakan nama Aceh telah menjadi sorotan masyarakat internasional, di samping wilayahnya juga relatif aman dari perburuan Densus 88 sejak mencuatnya isu jaringan teroris di tanah air yang diduga melibatkan Jemaah Islamiyah.
Soal adanya kamp pelatihan militer, kata sumber Serambi, diakui telah lama berlangsung di kawasan hutan Aceh. Kelompok ini diakui juga memiliki belasan pucuk sejata api standar. Ada pula yang menyebut beberapa anggotanya berasal dari Thailand dan Filipina yang ikut terlibat dalam aktivitas pelatihan. “Mereka merekrut kader secara terbuka, tidak mengenal suku. Siapa saja boleh bergabung,” kata sumber itu.
Diperkirakan anggota Tandhim Al Qaeda Aceh saat ini berjumlah lebih 50 orang. Anggota kelompok ini terdiri dari beragam suku, termasuk dari Jawa dan Aceh. Salah satu target dari kelompok ini juga ingin memperluas jaringan perekrutan kader militan, terutama mereka yang berasal dari mantan kombatan GAM yang dinilai memiliki jaringan untuk memasok senjata.
Pelatihan (Tandhim Al Qaeda) di kawasan hutan Aceh sudah berlangsung lebih satu bulan sebelum akhirnya tercium polisi. Dalam pergerakannya, kelompok ini juga kerap mencari dukungan dari tokoh-tokoh organisasi Islam yang radikal untuk penguatan basis perjuangannya. Tidak hanya tokoh organisasi, namun perekrutan kader juga dilakukan terhadap siapa saja yang bersimpati dengan perjuangan mereka. “Jadi sangat terbuka, terutama bagi mereka yang sudah berpengalaman di medan tempur,” demikian sumber Serambi.(sar)
(M Fachry/Serambi/arrahmah.com)