BENGALURU (Arrahmah.id) — Tanda “kiamat” iklim sudah muncul di India. Efeknya pun kini mengancam masyarakat, tepatnya di kota Bengaluru.
Salah satu tanda kiamat berdasarkan hadist Rasulullah adalah akan didahului dengan peristiwa kemarau panjang. Bumi akan mengalami kekeringan selama tiga tahun.
Dilansir CNBC International (17/3/2024), di sana, warga kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Air tanah mengering, dampak dari musim panas yang berkepanjangan.
Diketahui, kota India selatan itu telah mengalami cuaca yang luar biasa panas pada Februari dan Maret. Dalam beberapa tahun terakhir, wilayah ini juga hanya menerima sedikit curah hujan akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
Tingkat air semakin menipis, terutama di daerah-daerah miskin. Ini kemudian mengakibatkan tingginya biaya air dan berkurangnya pasokan dengan cepat.
Seorang warga bernama Bhavani Mani Muthuvel dan sembilan anggota keluarganya misalnya. Mereka mengaku harus membeli sekitar lima ember air berukuran 20 liter selama seminggu untuk memasak, membersihkan, dan melakukan pekerjaan rumah tangga.
“Dari mandi, menggunakan toilet, dan mencuci pakaian, semuanya kami lakukan secara bergiliran,” kata Muthuvel, menambahkan bahwa ini satu-satunya air yang mampu mereka beli.
Keluarga Muthuvel biasanya bergantung pada air pipa, yang bersumber dari air tanah yang kini mengering. Dia mengatakan ini adalah krisis air terburuk yang pernah dia alami selama 40 tahun tinggal di lingkungan tersebut.
Melihat fenomena ini, otoritas pemerintah kota dan negara bagian berusaha mengendalikan situasi dengan mengambil tindakan darurat. Salah satu langkah yang diambil adalah menasionalisasi kapal tanker air dan membatasi biaya air.
Namun para ahli air dan banyak warga khawatir kondisi terburuk masih akan terjadi pada April dan Mei. Di mana matahari musim panas sedang berada pada titik teriknya.
Sementara itu, ahli hidrologi yang berbasis di Bengaluru dari lembaga think tank Water, Environment, Land and Livelihood Labs, Shashank Palur, menyebut krisis ini sudah lama terjadi. Air tanah, yang diandalkan oleh lebih dari sepertiga dari 13 juta penduduk kota, semakin cepat habis.
“Bengaluru adalah salah satu kota dengan pertumbuhan tercepat di dunia dan infrastruktur pasokan air bersih tidak mampu mengimbangi pertumbuhan populasi,” katanya.
Pemerintah kota mengatakan 6.900 dari 13.900 sumur bor yang dibor di kota tersebut telah mengering meskipun beberapa di antaranya telah dibor hingga kedalaman 1.500 kaki. Masyarakat yang bergantung pada air tanah kini harus bergantung pada truk tangki air yang memompa air dari desa-desa terdekat.
Palur mengatakan El Nino juga menjadi salah satu faktor terjadinya kekeringan. Ini merujuk ke sebuah fenomena alam yang mempengaruhi pola cuaca di seluruh dunia,
“Berkurangnya curah hujan dalam beberapa tahun terakhir berarti penambahan kembali permukaan air tanah tidak terjadi seperti yang diharapkan. Pasokan air pipa baru dari Sungai Cauvery sekitar 100 kilometer (60 mil) dari kota juga belum selesai, sehingga menambah krisis,” katanya.
Sementara T.V. Ramachandra, ilmuwan peneliti di Pusat Ilmu Ekologi di Indian Institute of Science yang berbasis di Bengaluru, mengatakan kekhawatiran lainnya adalah permukaan beraspal menutupi hampir 90% wilayah kota. Sehingga mencegah air hujan merembes ke bawah dan tersimpan di dalam tanah.
Ramachandra mengatakan kota tersebut telah kehilangan hampir 70% tutupan hijaunya. Ini terjadi dalam 50 tahun terakhir.
Pemerintah India memperkirakan pada tahun 2018 bahwa lebih dari 40% penduduk Bengaluru tidak akan memiliki akses terhadap air minum pada akhir dekade ini. Hanya mereka yang menerima air pipa dari sungai-sungai di luar Bengaluru yang masih mendapat pasokan reguler.
“Saat ini, semua orang sedang mengebor sumur di zona penyangga danau. Itu bukan solusinya,” kata Ramachandra.
Dia mengatakan pemerintah kota seharusnya fokus pada pengisian kembali lebih dari 200 danau yang tersebar di seluruh kota. Termasuk menghentikan pembangunan baru di area danau, mendorong pengumpulan air hujan dan meningkatkan tutupan lahan hijau di seluruh kota.
“Hanya jika kita melakukan ini kita akan menyelesaikan masalah air di kota ini,” katanya. (hanoum/arrahmah.id)