“Al Qaeda, mereka tidak memiliki sebuah negara,” ujar penjaga keamanan Yaman yang mendampingi saya saat kami melewati pos pemeriksaan militer ketiga belas dan terakhir sepanjang jalan yang kasar dan berlubang-lubang yang mengarah ke kota Jaar (kini Waqar-red), kubu Al Qaeda terbaru di Yaman selatan. “Ketika mereka melihat tempat-tempat yang tenang dari pegawai pemerintah yang malas, mereka pergi ke sana.”
Di bawah nama Ansar al-Sharia, Al Qaeda dengan mudah merebut Jaar pada bulan Maret 2011. Mereka dengan cepat mengganti nama kota tersebut menjadi Waqar, berarti rasa hormat atau keagungan, menurut salah satu penghuni batu dan melembagakan pemerintahan Islam.
Penaklukan kota-dimana Mujahidin bersikeras menyebutnya Waqar selama kunjungan saya-hanya penaklukan terbaru dari serangkaian keuntungan yang diraih Ansar al-Sharia. Kelompok ini telah berhasil mengeksploitasi gejolak di Yaman selama tahun lalu untuk merebut kontrol dari banyak provinsi di Yaman selatan, termasuk Abyan
“Ini seperti apa yang terjadi dengan Taliban di Afghanistan,” ujar penjaga tersebut.
Memang nasib Yaman selatan hanya menegaskan kecurigaan lama yang dipegang Washington bahwa Al Qaeda Semenanjung Arab-lahir dari bersatunya cabang Saudi dan Yaman di tahun 2009-sedang mencari untuk mendirikan sebuah pusat baru gravitasi di sana. Dalam kesaksian pertama di sebuah kongres, direktur CIA, David Petraeus mengatakan AQAP “telah muncul sebagai yang paling berbahaya di kawasan dalam jihad global”. Pernyataannya terjadi menyusul laporan yang bocor bahwa program pesawat tak berawak CIA sedang mempersiapkan target-target Mujahid Al Qaeda di Yaman selatan.
Pemerintah lemah Yaman yang baru kini terperangkap antara kebangkitan Al Qaeda dan operasi “kontraterorisme Amerika”. Pada malam perjalanan saya ke Jaar, Yaman baru memilih presiden, Abdul Rab Mansur al-Hadi, melancarkan serangan militer berani yang bertujuan untuk merebut kembali kota Zinjibar, ibukota provinsi Abyan, dan mulai berangkat menuju neraka. Serangan itu, bagaimanapun, adalah sebuah kegagalan, sedikitnya 185 tentara Yaman tewas dalam pertempuran dan 73 ditawan-menjadi kartu untuk pembebasan rekan Al Qaeda di penjara.
Menurut pendamping Al Qaeda saya, saya adalah wartawan asing pertama yang memasuki daerah mereka. Saya menemukan mereka menyambut saya seperti warga Yaman lainnya yang saya temui di negara ini. Apakah karena saya seorang reporter dan mereka berusaha untuk memproyeksikan citra positif? ataukah mereka benar-benar percaya bahwa warga Amerika dapat hidup berdampingan dengan jihadi?
Deretan lima galon kaleng gas tanpa pengawasan di depan kursi petugas gas. Ini adalah bukti keamanan di Waqar, menurut salah seorang Mujahid Ansar al-Sharia. “Kami bahkan tidak perlu menjaga bensin, ini aman dari pencuri,” ujarnya.
Menurut klaim pemerintah boneka Yaman, hampir 100.000 orang telah meninggalkan rumah mereka di Abyan sejak pertempuran antara Al Qaeda dengan tentara pemerintah pecah di bulan Mei. Sewaktu kami mendekati Jaar, sebuah van yang penuh dengan harta benda milik pengungsi Abyan, melintasi kami dari arah berlawanan. Kawanan unta juga terlihat mengapit van.
Bendera hitam-putih Al Qaeda terkibar di pintu masuk menuju Jaar. Bendera ini tertuliskan syahadat dalam Islam : Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusanNya”. Bendera terkibar di mana-mana, di seluruh Jaar.
Mujahid, semuanya membawa Kalashnikov, granat tangan atau belati, mereka berpatroli di jalan berdebu dengan sepeda motor yang diberikan kepada mereka oleh Ansar al-Sharia.
Anggota Ansar al-Sharia dengan bangga mengibarkan bendera hitam di sebuah truk militer Yaman yang mereka rampas dalam pertempuran hari sebelumnya di luar Zinjibar, di mana 185 tentara Yaman dilaporkan tewas dan 73 ditawan. Para pria ini menyatakan bahwa mereka juga mengambil dua truk besar penuh dengan senjata. AQAP mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sebuah tank dan dua ambulans juga telah disita, bersama peluncur roket, mortir meriam dan senjata anti-aircraft.
Setelah beberapa menit ketegangan dan ketidakpastian saat kedatangan saya ke Jaar, sementara tentara memverifikasi tujuan kunjungan saya, seorang tetua Ansar al-Sharia melihat langsung pada saya dan berkata “tidak masalah, tidak masalah”. Dia dan rekan-rekannya kemudian menjelaskan bahwa saya adalah tamu mereka untuk hari itu, dan bersikeras bahwa kami akan berpesta bersama. Duduk bersila di lantai beton dibatasi dari sisa bangunan, kami melahap beras dan daging panggang, diikuti oleh potongan apel, jeruk dan pisang.
Diskusi berubah menjadi perang tanpa akhir antara Al Qaeda dan pemerintah AS.
“Sampai Amerika berhenti memaksakan demokrasi kepada kami, kami akan terus berjuang,” ujar salah seorang anggota Ansar al-Sharia. “Kami tidak ingin demokrasi, kami ingin dibiarkan sendiri (dengan aturan Allah-red)”.
Garis merah dan konsekuensi adalah jelas di Imarah Islam Waqar. “Jika Anda mencuri makanan dari pasar karena Anda lapar, kami tidak akan memotong tangan. Tapi tentu saja kami melihat konteks,” seorang anggota Ansar al-Sharia menjelaskan. “Sebagai contoh, jika Anda mencuri di saat waktu sholat atau jika Anda mencuri sesuatu yang berharga seperti lebih dari 65 dollar, kami akan memotong tangan.”Pejuang Ansar Al Sharia meminta kepada saya untuk tidak merokok dan mengunyah narkotika lokal, khat, walaupun otoritas baru memiliki toleransi terhadap itu. Para pria mengatakan mereka bisa mengunyah dan merokok ketika mereka inginkan. “Kami percaya bahwa rokok dan khat adalah dosa,” salah seorang Mujahid mengatakan. “Mereka buruk bagi masyarakat, tetapi mereka tidak ilegal. Kami mencoba untuk membujuk orang untuk menyerah terhadap dosa-dosa mereka, tapi kami tidak memaksa mereka”.
Memang, tambah yang lainnya, Ansar al-Sharia memindahkan pasar khat ke pinggir kota ketika mereka menduduki Jaar. Beberapa kalangan di Yaman mengatakan kelompok ini mempromosikan toleransi untuk menarik anggota dan akan menindak pelanggaran yang lebih rendah di masa mendatang.
Seorang anak berdiri di depan reruntuhan dari sebuah bangunan yang diratakan oleh rudal Saudi. Tidak ada seorang pun di dalam bangunan pada saat kehancuran terjadi, namun beberapa orang mengalami luka. Sementara ia mengatakan ia bisa mendengar dengung dari pesawat di langit, tidak ada serangan pesawat tak berawak yang terjadi, hanya rudal, tambahnya.
Kerumunan orang multinasional, multietnis, massa multigenerasi dari waqar mengelilingi mobil kami di dekat pasar pusat. Banyak yang ingin tahu siapa kami, mengapa kami datang dan bagaimana kami mendapat akses. Beberapa memperlihatkan rasa jijik melihat seorang Amerika di kota mereka, sementara yang lain, dalam tampilan perhotelan tradisional Yaman, menawarkan kami menginap. Tapi Ansar al-Sharia memutuskan kami harus pergi sebelum matahari terbenam.
Dua orang warga Yaman melewati sebuah masjid yang dibombardir dan mereka mengatakan masjid itu menjadi sasaran rudal asing dalam sebuah serangan udara tahun lalu dalam pertempuran untuk merebut Zinjibar. Ketika ditanya bagaimana mereka tahu dari mana rudal berasal, seorang anggota Ansar al-Sharia mengatakan mereka bisa tahu dari ukuran ledakan yang dihasilkan : “rudal Yaman lemah, Saudi menengah dan Amerika serikat sangat kuat”
(haninmazaya/arrahmah.com)