KABUL (Arrahmah.com) – Turki harus menarik pasukannya dari Afghanistan di bawah kesepakatan 2020 untuk penarikan pasukan AS, seorang juru bicara Taliban mengatakan pada Kamis (10/6/2021), secara efektif menolak proposal Ankara untuk menjaga dan menjalankan bandara Kabul setelah pasukan NATO yang dipimpin AS pergi.
Perkembangan tersebut menimbulkan pertanyaan serius bagi negara-negara dan organisasi internasional yang memiliki misi di Kabul tentang bagaimana mengevakuasi personel mereka dengan aman dari negara yang terkurung daratan jika perang mengancam ibu kota Afghanistan.
Ditanya dalam pesan teks apakah Taliban menolak proposal Turki untuk mempertahankan pasukan di Kabul untuk menjalankan bandara internasional, juru bicara Taliban di Doha menjawab bahwa mereka harus ditarik keluar.
“Turki adalah bagian dari pasukan NATO dalam 20 tahun terakhir, jadi mereka harus mundur dari Afghanistan berdasarkan Perjanjian yang kami tandatangani dengan AS pada 29 Februari 2020,” kata Suhail Shaheen kepada Reuters.
“Jika tidak, Turki adalah negara Islam yang hebat. Afghanistan memiliki hubungan historis dengannya. Kami berharap dapat menjalin hubungan yang erat dan baik dengan mereka sebagai pemerintahan Islam baru yang didirikan di negara ini di masa depan,” tambahnya.
Para pejabat Turki mengatakan mereka membuat proposal bandara Kabul pada pertemuan NATO pada Mei ketika AS dan mitranya menyetujui rencana untuk menarik pasukan mereka pada 11 September setelah 20 tahun mendukung pemerintah Afghanistan dalam perang melawan gerilyawan Taliban.
Banyak anggota parlemen AS dan pejabat saat ini dan mantan pejabat khawatir kepergian pasukan asing dan pembicaraan damai yang macet mendorong Afghanistan menuju perang saudara yang dapat mengembalikan Taliban ke tampuk kekuasaan. (haninmazaya/arrahmah.com)