KABUL (Arrahmah.com) — Pemerintah Afghanistan di bawah kekuasaan Taliban mengeluarkan kumpulan aturan sebagai pedoman terbaru untuk saluran televisi negara, pada Ahad (21/11/2021), lansir BBC.
Pertama, wartawan dan presenter wanita Afghanistan diharuskan memakai hijab dalam siaran di layar televisi.
Kedua, melarang wanita Afghanistan tampil dalam drama televisi.
Selain itu, Taliban juga melarang penayangan film yang dianggap bertentangan dengan prinsip Syariah (hukum Islam) dan nilai-nilai Afghanistan, termasuk pria dilarang memperlihatkan bagian tubuh intim.
Kemudian, terdapat pelarangan pertunjukkan komedi dan hiburan yang menghina Islam atau mungkin dianggap menyinggung warga Afghanistan.
Ada juga pelarangan menyiarkan film-film asing yang mempromosikan nilai-nilai budaya asing.
Saluran televisi Afghanistan sebelumnya, banyak menayangkan drama asing dengan pemeran utama wanita.
Pedoman dari Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan Taliban juga meminta stasiun televisi tidak menayangkan film atau program yang menampilkan Nabi Muhammad dan tokoh Islam lain yang dihormati.
“Ini bukan aturan, tapi pedoman agama,” kata juru bicara Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan Taliban Hakif Mohajir.
Sejak kekuasaan Taliban digulingkan Amerika Serikat (AS) pada 2001, industri media di Afghanistan tumbuh subur. Media-media independen bermunculan. Belasan stasiun televisi dan radio yang didirikan dengan bantuan Barat serta investasi swasta turut memberi nuansa Barat dalam informasi, pun hiburan, di negara tersebut.
Saat Taliban berkuasa pada 1996-2201, mereka melarang televisi, film, dan sebagian besar bentuk hiburan lainnya. Taliban menganggap produk tayangan itu tak bermoral.
Warga Afghanistan yang tertangkap basah menonton televisi akan diganjar hukuman. Selain televisi atau pemutar videonya bakal dihancurkan, warga terkait dapat dijatuhi hukuman cambuk.
Pada era tersebut, hanya ada stasiun radio di Afghanistan, yakni Voice of Sharia. Mereka hanya menyiarkan propaganda dan program-program keislaman. Dua dekade berselang sejak pemerintahannya digulingkan AS, pada pertengahan Agustus lalu, Taliban berhasil menguasai kembali Afghanistan.
Mereka berjanji akan menjalankan pemerintahan dengan lebih moderat, termasuk memberi dan menjamin hak-hak perempuan. (hanoum/arrahmah.com)