KABUL (Arrahmah.com) – Taliban menegaskan kembali komitmen mereka pada kesepakatan yang telah dicapai Februari lalu untuk melakukan gencatan senjata di Afghanistan. Hal tersebut disampaikan oleh juru bicara Taliban saat melakukan panggilan dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.
Diskusi tersebut terjadi setelah tersebar isu bahwa Rusia memberi imbalan kepada militan Taliban untuk membunuh pasukan Amerika di Afghanistan.
Pihak Taliban membantah isu tersebut dan mengatakan bahwa pejuang mereka tidak menerima hadiah apapun dari Rusia.
Amir Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar mengatakan kepada Pompeo bahwa “menurut perjanjian itu, kami tidak mengizinkan siapapun menggunakan tanah Afghanistan untuk menyerang pasukan AS dan negara-negara lain”, tulis juru bicara Taliban Suheil Shaheen pada Senin (29/6/2020) melalui akun Twitternya.
Dalam perjanjian yang telah disepakati pada Februari 2020 lalu, pihak Washington dan Taliban mengatakan bahwa mereka akan saling menahan diri untuk tidak saling menyerang.
Juru bicara Taliban mengatakan bahwa Baradar dan Pompeo membahas keprihatinan atas perjanjian tersebut, termasuk pembicaraan intra-Afghanistan dan pembebasan 5.000 gerilyawan yang ada di penjara.
“Kami berkomitmen untuk memulai pembicaraan intra-Afghanistan,” ujar Baradar kepada Pompeo, namun hal tersebut belum terlaksana karena pembebasan tahanan yang tertunda, kata Shaheen, sebagaimana dilansir AFP.
Pemerintah Afghanistan di Kabul menyatakan bahwa mereka telah melepas hampir 4.000 tahanan Taliban sejauh ini dalam upaya untuk memulai perundingan.
Pompeo mengakui bahwa Taliban telah menahan diri untuk tidak menyerang pusat kota dan pangkalan militer di bawah kesepakatan tersebut.
Kekerasan telah menurun di sebagian besar wilayah di Afghanistan, namun meski begitu pihak pejabat Afghanistan masih menyalahkan Taliban atas berbagai serangan yang terjadi yang menewaskan penduduk sipil. (rafa/arrahmah.com)