KABUL (Arrahmah.com) – Taliban (Imarah Islam Afghanistan) telah mengatakan kesepakatan dengan Amerika Serikat yang bertujuan untuk membawa perdamaian ke Afghanistan mendekati titik runtuhnya, menuduh Washington melakukan pelanggaran termasuk serangan pesawat tak berawak terhadap warga sipil, juga mencela pemerintah Afghanistan karena menunda pembebasan 5.000 tahanan Taliban yang dijanjikan dalam kesepakatan.
Taliban mengatakan telah membatasi serangan terhadap pasukan keamanan Afghanistan ke pos-pos pedesaan dan tidak menyerang pasukan internasional atau pasukan Afghanistan di kota-kota atau instalasi militer.
Kelompok itu memperingatkan akan lebih banyak kekerasan jika AS dan pemerintah Afghanistan melanjutkan pelanggaran-pelanggaran mereka, dan menambahkan bahwa pelanggaran yang berkelanjutan akan “menciptakan suasana ketidakpercayaan yang tidak hanya akan merusak perjanjian, tetapi juga memaksa para mujahidin untuk memberikan respon yang sama dan akan meningkatkan tingkat pertempuran “.
“Kami secara serius meminta Amerika untuk mematuhi isi perjanjian dan untuk memperingatkan sekutu mereka untuk sepenuhnya mematuhi perjanjian,” bunyi pernyataan Taliban seperti dilansir Al Jazeera (5/4/2020).
Militer AS di Afghanistan menolak tuduhan Taliban, dengan mengklaim pihaknya telah “menjunjung tinggi” persyaratan militer dari perjanjian tersebut dan bahwa pernyataan Taliban “tidak berdasar”.
Pada bulan Februari, para pejabat AS dan perwakilan Taliban menandatangani perjanjian setelah berbulan-bulan negosiasi di Qatar yang bertujuan untuk mengakhiri perang terpanjang Amerika Serikat, bertempur di Afghanistan sejak 2001. Kesepakatan itu membuka jalan bagi penarikan pasukan internasional secara bertahap dari Afghanistan. (haninmazaya/arrahmah.com)