AFGHANISTAN (Arrahmah.com) – Taliban pada Selasa (16/6/2015) memperingatkan pemimpin kelompok “Daulah Islamiyah” atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, agar tidak melancarkan pemberontakan paralel di Afghanistan, setelah adanya serangkaian pembelotan dan laporan bentrokan dengan militan yang setia kepada ISIS.
Dalam sebuah surat yang ditujukan kepada pemimpin ISIS, Abu Bakar Al-Baghdadi, Taliban menekankan bahwa “jihad melawan Amerika dan sekutunya harus dilakukan di bawah satu bendera dan satu kepemimpinan”.
“Imarah Islam (Taliban) tidak memandang adanya keuntungan dari berpecahbelahnya jajaran jihadi baik untuk jihad atau bagi umat Islam,” ungkap surat yang ditandatangani oleh wakil pemimpin Taliban Mullah Akhtar Muhammad Mansur, sebagaimana dilansir Al-Arabiya..
“Keputusanmu yang diambil dari kejauhan akan membuat (ISIS) kehilangan dukungan dari ulama, mujahidin, dan untuk membela diri, Imarah Islam terpaksa akan bereaksi,” tambahnya.
Surat yang diterbitkan di situs Taliban dalam bahasa Pashto, Urdu, Arab dan Dari itu tidak merinci peringatan mereka.
Taliban telah menyaksikan sejumlah pembelotan dalam beberapa bulan terakhir. Pekan lalu, media lokal juga melaporkan pertempuran yang tampaknya terjadi antara Taliban dan pendukung ISIS di Afghanistan timur, dengan laporan jatuhnya korban di kedua pihak.
Jenderal John Campbell, komandan pasukan NATO yang menduduki negeri Muslim itu, bulan lalu mengatakan kelompok ISIS telah merekrut para pejuang di Afghanistan, tetapi mereka belum beroperasi.
Ada kekhawatiran mengenai pembentukkan kelompok ISIS di Afghanistan sejak pasukan NATO pimpinan AS akhirnya mengakhiri misi tempur mereka akhir tahun lalu, setelah 13 tahun memerangi Taliban.
Pada bulan Februari, serangan pesawat tak berawak NATO membunuh Mullah Abdul Rauf Khadim, mantan komandan Taliban dan tahanan Guantanamo yang dituduh terkait dengan ISIS, di provinsi selatan Helmand.
Dan pada bulan Maret Hafiz Waheed, pengganti Khadim, gugur bersama dengan sembilan orang lain di distrik Sangin, Helmand, menurut kementerian pertahanan Afghanistan.
(aliakram/arrahmah.com)