KABUL (Arrahmah.com) – Salah seorang petinggi Taliban Afghanistan mengatakan pada Sabtu (17/8/2019) bahwa pembunuhan saudara lelaki pemimpin mereka dalam serangan bom tidak akan menggagalkan pembicaraan dengan Amerika Serikat yang bertujuan mengamankan penarikan pasukan AS setelah 18 tahun perang.
Tidak ada klaim tanggung jawab atas bom yang menewaskan adik pemimpin Taliban, Haibatullah Akhundzada, di dekat kota Quetta, Pakistan pada Jumat (16/8).
Serangan itu terjadi setelah pejabat Taliban dan AS melaporkan kemajuan dalam pembicaraan mengenai kesepakatan yang berpusat pada penarikan pasukan AS dari Afghanistan dengan imbalan jaminan keamanan Taliban.
“Jika seseorang berpikir syahidnya keluarga pemimpin kami akan menghentikan kami dari tujuan kami, mereka hidup di surga orang bodoh,” kata seorang pemimpin Taliban melalui telepon dari lokasi yang dirahasiakan.
“Kami dekat dengan tujuan kami,” katanya, merujuk pada pembicaraan dengan Amerika Serikat. Ia menolak disebutkan namanya.
Mujahidin Taliban telah berjuang untuk mengusir pasukan asing dan membentuk negara Islam sejak mereka digulingkan pada Oktober 2001, beberapa minggu setelah serangan 11 September di Amerika Serikat.
Baik perunding AS dan Taliban telah melaporkan kemajuan setelah delapan putaran pembicaraan sejak akhir tahun lalu tetapi kekerasan belum mereda.
Bom di masjid dekat Quetta menewaskan empat orang, dan melukai 20 lainnya, kata polisi Pakistan.
Saudara pemimpin Taliban, Hafiz Ahmadullah, tengah memimpin sholat jama’ah ketika meledak. Salah satu putra pemimpin itu terluka, kata petinggi Taliban.
Polisi Pakistan mengkonfirmasi bahwa salah seorang yang tewas diidentifikasi sebagai Hafiz Ahmadullah tetapi mengatakan mereka tidak dapat mengkonfirmasi apakah ia adalah saudara dari pemimpin Taliban. Pakistan membantah tuduhan bahwa mereka mendukung Taliban tetapi banyak anggota yang tinggal di sana. (Althaf/arrahmah.com)