KABUL (Arrahmah.com) – Taliban berjanji untuk melindungi hak-hak perempuan dan kebebasan pers dalam konferensi pers pertama kelompok itu setelah pengambilalihan yang menakjubkan di Afghanistan ketika salah satu pendiri kelompok itu kembali ke negara itu.
“Kami akan mengizinkan perempuan untuk bekerja dan belajar. Kami punya kerangka kerja, tentu saja. Wanita akan sangat aktif di masyarakat tetapi dalam kerangka Islam,” kata Zabihullah Mujahid, juru bicara kelompok itu, pada konferensi pers di Kabul, Selasa(17/8/2021).
Menyusul serangan kilat di Afghanistan yang membuat banyak kota jatuh ke tangan Imarah Islam Afghanistan (Taliban) dengan perlawanan minimal, Taliban telah berusaha untuk menggambarkan dirinya lebih moderat daripada ketika memberlakukan aturan brutal pada akhir 1990-an, lansir Al Jazeera.
Mujahid, yang telah menjadi sosok bayangan selama bertahun-tahun, mengatakan bahwa “tidak akan ada diskriminasi terhadap perempuan” dan menambahkan bahwa “mereka akan bekerja bahu-membahu dengan kami.”
Ditekan tentang bagaimana pemerintahan baru Taliban akan berbeda dari yang sebelumnya, Mujahid mengatakan bahwa kelompok tersebut telah berkembang dan tidak akan mengambil tindakan yang sama seperti yang mereka lakukan di masa lalu.
“Akan ada perbedaan dalam hal tindakan yang akan kita ambil” dibandingkan dengan 20 tahun yang lalu, katanya.
Kelompok ini berkomitmen untuk melindungi hak-hak pekerja media, kata Mujahid kepada wartawan yang berkumpul.
“Kami berkomitmen pada media dalam kerangka budaya kami. Media swasta dapat terus bebas dan mandiri. Mereka bisa melanjutkan aktivitasnya,” ujarnya.
Dia juga mengatakan kelompok itu tidak memiliki rencana untuk memasuki rumah orang atau melakukan serangan balasan terhadap siapa pun yang bertugas di pemerintahan sebelumnya, bekerja dengan orang asing atau menjadi bagian dari Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan.
Ada laporan yang belum dikonfirmasi tentang pejuang Taliban memasuki rumah penduduk Kabul, tetapi Mujahid mengatakan mereka adalah penipu yang harus diserahkan ke Taliban dan menghadapi hukuman yang sesuai.
Sebelumnya pada Selasa, Mullah Abdul Ghani Baradar, salah satu pendiri kelompok, tiba di kota terbesar kedua, Kandahar, dari Doha, Qatar, di mana ia telah menghabiskan waktu berbulan-bulan memimpin pembicaraan dengan Amerika Serikat dan kemudian perunding perdamaian Afghanistan. Kandahar adalah tempat kelahiran spiritual dan ibu kota Taliban selama masa kekuasaan pertama mereka.
Kedatangan Baradar mungkin menandakan kesepakatan untuk membentuk pemerintahan sudah dekat. Tetapi dalam kemungkinan komplikasi, wakil presiden dari pemerintah yang digulingkan itu mengklaim di Twitter pada Selasa bahwa dia adalah presiden sementara yang “sah” di negara itu.
Amrullah Saleh mengklaim, di bawah konstitusi, dia harus bertanggung jawab karena Presiden Ashraf Ghani telah meninggalkan negara itu. (haninmazaya/arrahmah.com)