KABUL (Arrahmah.com) – Taliban tidak ingin terlibat dalam pertempuran di dalam kota-kota Afghanistan, kata seorang pemimpin senior kelompok itu.
“Sekarang pertempuran dari pegunungan dan gurun telah mencapai pintu kota, Mujahiddin tidak ingin pertempuran di dalam kota,” kata Amir Khan Muttaqi dalam pesan yang di-tweet oleh juru bicara Taliban pada Selasa (13/7/2021).
“Lebih baik … menggunakan saluran apa pun yang memungkinkan untuk berhubungan dengan komisi bimbingan, mencapai kesepakatan logis untuk mencegah kerusakan kota mereka,” kata Muttaqi, kepala komisi yang mengawasi orang-orang yang menyerah kepada kelompok tersebut.
Dalam pernyataan terpisah, Taliban mengatakan keputusan Turki untuk memberikan keamanan ke bandara Kabul ketika pasukan pimpinan Amerika Serikat meninggalkan negara itu “tercela”.
“Keputusan itu … keliru, termasuk pelanggaran kedaulatan dan integritas teritorial kami dan bertentangan dengan kepentingan nasional kami,” kata kelompok itu, beberapa hari setelah Turki setuju dengan Washington untuk memberikan keamanan guna melindungi bandara.
Sementara itu, menurut klaim kementerian pengungsi dan repatriasi Afghanistan, kemajuan Taliban dalam 15 hari terakhir telah mengusir lebih dari 5.600 keluarga dari rumah mereka, kebanyakan dari mereka berada di wilayah utara negara itu.
Wilayah tersebut merupakan benteng lama sekutu AS dan didominasi oleh etnis minoritas.
Kesepakatan yang dicapai Februari tahun lalu antara Taliban dan AS dilansir mendesak kelompok itu merebut ibukota setiap provinsi, menurut AP, Selasa (13/7).
Namum kemudian, Kandahar di selatan dan Baghdis di utara, telah berada di bawah kekuasaan mujahidin.
Di Kabul, kementerian dalam negeri Afghanistan mengungkapkan pemerintah telah memasang sistem pertahanan roket.
AS, Rusia, Cina, dan bahkan tetangga Afghanistan, Pakistan, semuanya telah memperingatkan Taliban agar tidak mencoba meraih kemenangan militer, memperingatkan bahwa mereka akan menjadi paria internasional.
Para pemimpin Taliban mengatakan mereka tidak melakukannya, bahkan ketika mereka membanggakan keuntungan mereka dalam pertemuan baru-baru ini di Iran dan di Rusia.
Taliban menyalahkan pemerintah Afghanistan karena menggagalkan upaya untuk memulai pembicaraan yang macet yang akan meningkatkan diskusi untuk memasukkan para pemimpin di kedua sisi konflik.
Suhail Shaheen, juru bicara politik Taliban dan anggota tim negosiasinya, mengatakan kepada AP bahwa pada tiga kesempatan berbeda, pihaknya menunggu delegasi tingkat tinggi dari Kabul datang ke Doha untuk melakukan pembicaraan. Mereka tidak pernah datang, katanya. (Althaf/arrahmah.com)