KABUL (Arrahmah.id) — Para pejabat senior Taliban diisukan sedang mempertimbangkan untuk mengganti pemimpin tertinggi Taliban, Mullah Hibatullah Akhundzada, kata sumber-sumber terkemuka di Afghanistan. Pergantian ini dikarenakan penyelesaian permasalahan pendidikan untuk perempuan Afghanistan sampai saat ini masih belum jelas ujungnya.
Dilansir News18 (30/1/2023), wakil Perdana Menteri Pertama, Mullah Abdul Ghani Baradar, digadang-gadang sebagai orang yang paling mungkin menggantikan Akhundzada jika posisi amir Taliban diganti.
Keputusan, pada Desember tahun lalu, untuk melarang perempuan masuk universitas dalam waktu yang belum pasti, telah menjadi titik panas di kalangan atas Taliban.
Diisukan akibat keputusan itu, beberapa tokoh penting Taliban seperti Menteri Dalam Negeri Sirajuddin Haqqani dan Menteri Pertahanan Mullah Mohammad Yaqub menyatakan ketidaksetujuannya. Namun Akhundzada bersikeras bahwa dia tidak akan mencabut larangan tersebut meskipun di bawah tekanan internasional.
Hanya saja Haqqani dan Yaqub tidak mau menerima posisi itu, dengan alasan dukungan internasional sangat penting untuk Afghanistan, kata sumber tersebut kepada News18.
“Ini (Akhundzada) bukan alasan yang logis,” kata seorang sumber utama. “Oleh karena itu, pejabat tinggi memikirkan solusi dan bagaimana mengubah pemimpin.”
Salah satu opsi lain yang dipertimbangkan oleh sebagian pejabat Taliban adalah menjadikan Haqqani sebagai Amir Taliban. Tetapi menteri dalam negeri itu tidak tertarik dengan posisi tersebut. Yaqub juga dipertimbangkan untuk diangkat sebagai amir Taliban tapi dia dinilai terlalu muda karena baru berusia 33 tahun.
Hanya saja mengganti Akhundzada yang berbasis di Kandahar bukanlah hal mudah sebab basis dukungannya adalah Kandahar, markas utama Taliban. Selain itu, dia mendapat dukungan penuh dari sejumlah gubernur yang memegang peranan penting serta memiliki loyalis militer di beberapa cabang pemerintahan. (hanoum/arrahmah.id)