JAKARTA (Arrahmah.com) – Tentara Pakistan terlihat memukuli tahanan sipil termasuk orang tua dari tersangka Taliban dalam video berdurasi sepuluh menit yang diposting di Facebook.
Rekaman tersebut makin menimbulkan kekhawatiran terjadinya pembunuhan tahanan Taliban di lembah Swat.
Posting film di situs internet termasuk YouTube dan Facebook itu dapat merusak operasi militer Pakistan yang bertujuan mengusir Taliban dari Swat. Taliban merebut daerah itu dalam sebuah serangan dan mendapatkan pujian dari seluruh dunia.
Rekaman menunjukkan prajurit melakukan interogasi tahanan dengan cara menendang, memukul dan mencambuk mereka. Penyiksaaan terjadi di dalam penampungan tak dikenal dan sesekali diselingi oleh sesi pertanyaan. Banyak prajurit dan perwira lainnya menonton, sementara beberapa tahanan melihat dari balik jeruji sel mereka.
Diperkirakan film itu dibuat di Swat dalam kurun waktu enam minggu terakhir, setelah operasi tempur utama selesai.
Jeritan dan teriakan “Allah” dari para tahanan dapat didengar dalam rekaman. Para tahanan dicurigai sebagai militan begitu pula keluarga mereka.
Tentara sedang menyelidiki video itu dan siapa yang bersalah akan dihukum. Jubir tentara, Mayor Jenderal Athar Abbas berjanji temuan hasil penyelidikan akan diumumkan.
Secara terpisah kelompok hak asasi manusia telah mencurigai proses penangkapan dan interogasi tahanan Taliban yang ditangkap oleh Pakistan.
Komisi Hak Asasi Manusia Pakistan, juga menunjuk dua lokasi yang setidaknya dicurigai sebagai kuburan massal di Swat.
“Mayat ditemukan setiap hari,” kata Asmara Jahangir, ketua komisi .
Pakistan yang bersekutu dengan barat telah menyuarakan keprihatinan atas pembunuhan. Dan menyatakan jika hal itu bisa merusak dukungan publik terhadap operasi militer di Swat yang diluncurkan pada bulan April.
Menurut laporan pers Pakistan, hingga awal September sebanyak 251 mayat telah ditemukan. Mayat-mayat itu dibuang disudut-sudut jalan, jembatan dan di luar rumah. Sejak itu mayat terus menerus ditemukan. Jika dihitung, mayat yang dibuang di Swat bisa mencapai 300-400 jiwa. (inlh/arrahmah.com)