(Arrahmah.com) – Kepiawaian mujahidin Taliban melakukan infiltrasi dalam barisan tentara dan polisi boneka Afghan benar-benar membuat stress para jendral AS dan NATO. Tidak tanggung-tanggung, mujahidin Taliban telah menempatkan orang-orangnya dalam lingkaran pusat kekuasaan di Kabul.
Salah satu buktinya, tiga perwira tinggi militer AS tewas ditembak oleh “polisi Afghan” saat bekerja dalam gedung Departemen Dalam Negeri Afghan di jantung kota Kabul pada Sabtu (25./2/2012). Letnan kolonel John Darin Loftis (44 tahun), mayor Robert J. Marchanti (48 tahun) dan seorang perwira penting lainnya yang disembunyikan identitasnya adalah salah satu korban dari taktik jitu infiltrasi mujahidin Taliban.
Setiap saat jumlah tentara AS dan NATO yang tewas oleh “green on blue attacks” semakin meningkat. Mujahidin Taliban melalui majalah bulanannya, Ash-Shumud edisi 73 tahun VII terbitan bulan rajab 1433 H/Mei-Juni 2012 M menurunkan sebuah artikel tentang taktik perang mereka yang sangat brilian dan sukses itu. Berikut ini terjemahannya.
***
Green on Blue Attacks: Taktik perang yang sukses melawan penjajah
Problem Peggy Marchanti
Sia-sia belaka usaha nyonya Peggy Marchanti, janda mayor Robert J. Marchanti untuk mendapatkan penjelasan yang terang dari Departemen Pertahanan AS tentang tragedi pembunuhan atas suaminya dan dua rekannya perwira tinggi militer AS pada tanggal 25 Februari 2012 dalam gedung Departemen Dalam Negeri Afghanistan yang mendapatkan pengamanan ekstra ketat. Mereka bertiga tewas setelah “seorang polisi Afghan” menembak ketiganya sebelum meloloskan diri dari tempat kejadian perkara.
“Perkaranya sangat rumit dan Pentagon hanya memberi kami penjelasan-penjelasan bodoh yang tidak mungkin dipercayai oleh orang yang berakal sehat tentang tragedi pembunuhan atas suami saya dan rekan-rekannya. Bagaimana bisa suami saya dibunuh di kompleks gedung yang mendapatkan pengamanan ekstra ketat tersebut? Bagaimana bisa polisi yang mereka percayai untuk membawa senjata itu justru melakukan pembunuhan ini? Bagaimana ia bisa diberi peluang untuk bergabung dalam kesatuan kepolisian? Benarkah ia sekedar seorang polisi yang kehilangan syarafnya dan melakukan perbuatan itu karena stress, ataukah ini adalah tindakan terorisme gerakan Taliban yang melakukan infiltrasi dalam kesatuan kepolisian Afghan?” Itulah ungkapan kemarahan nyonya Peggy Marchanti dalam wawancara dengan sebuah situs AS.
Istilah adalah segalanya, pendapat pakar hukum yang brilian!
Seorang pakar hukum, Peter Mc Queen, pengacara perusahaan mengatakan, “Istilah yang dipakai untuk menjelaskan tentang sebuah peristiwa tertentu sangatlah memiliki arti. Penggunaan istilah tertentu menjadi landasan bagi konskuensi-konskuensi hukum dan konskuensi finansial yang besar.
Ketika Departemen Pertahanan AS menyatakan serangan-serangan ini sekedar kecelakaan-kecelakaan yang terjadi karena sebab-sebab pribadi dan akibat faktor kemarahan (emosi, stress), maka hal itu tidak memberikan hak kepada keluarga korban untuk menuntut ganti rugi (asuransi) lebih dari ganti rugi yang biasa diberikan kepada orang lainnya yang terbunuh di Afghanistan.
Adapun ketika peristiwa ini disebut sebuah infiltrasi dari kelompok Taliban terhadap lembaga kepolisian Afghan, maka hal itu member hak kepada keluarga korban untuk mengajukan gugatan hukum dan menuntut ganti rugi yang besar karena pada akhirnya Departemen Pertahanan AS-lah pihak yang bertanggung jawab atas program pelatihan militer bagi lembaga kepolisian Afghan.
Peristiwa ini menunjukkan Departemen Pertahanan AS teledor dalam mencari tahu data tentang background dan perjalanan hidup orang yang mendaftarkan diri dalam lembaga kepolisian Afghan. Hal inilah yang tidak diinginkan oleh Departemen Pertahanan AS, karena hal itu akan membuka pintu lebar-lebar bagi banyak tuntutan ganti rugi lainnya dalam jumlah yang sangat besar.”
Buta warna atau infiltrasi?
“Green on Blue Attackss” adalah sebuah taktik yang telah diketahui oleh orang yang memperhatikan peristiwa. Ketika Departemen Pertahanan AS menyebut serangan-serangan mujahidin Taliban yang sukses tersebut sebagai “Green on Blue Attacks”, sebenarnya Departemen Pertahanan AS sedang mengakui kecerdasannya dalam batas-batas tertentu, namun sekaligus pengakuan akan kebodohannya secara luas.
Kenapa demikian? Sesungguhnya penyebutan dua warna itu mengesankan serangan-serangan ini adalah serangan-serangan oleh dua pasukan yang sedang bekerja bersama-sama, memakai dua seragam yang warnanya berbeda. Sementara itu faktor fanatisme dan perbedaan pendapat yang dalam kondisi perang bisa mengakibatkan hilangnya kendali atas syaraf dan penggunaan kekerasan senjata merupakan hal bisa saja terjadi. Padahal realita sesungguhnya, serangan-serangan itu dilakukan oleh dua pihak yang berlawanan dan membuktikan orang yang menyebutnya sebagai “green on blue attacks” adalah orang yang buta warna!
Ilmu semantic tidak akan menyelesaikan persoalan
Para pakar bahasa mendefinisikan semantic sebagai ilmu yang secara khusus membahas makna dari lafal-lafal yang bersuara alias makna kata-kata. Nampaknya para jendral Barat berusaha untuk menyelesaikan persoalan atau menyiasatinya dengan menggunakan istilah-istilah yang kadar “teror”nya lebih kecil bagi rakyat AS.
Namun persoalannya sendiri justru masih utuh tak tersentuh. Tentara merekalah yang mengalami ganasnya persoalan tersebut, di mana setiap malam mereka berkeringat dingin karena ketakutan jika pada detik-detik dalam jam berikutnya ada seorang mujahid yang datang kepada mereka dalam penyamaran berseragam polisi Afghan, kemudian membuka pintu ruangan dan memberondongkan peluru panas kepada mereka saat mereka tengah terlelap di atas ranjang mereka!
Hal itu bukan khayalan saya saja, namun sudah dibuktikan oleh keputusan para pimpinan tentara As untuk memisahkan barak militer pasukan mereka dari barak militer pasukan boneka Afghan dan penempatan tentara jaga baik dalam barak militer pasukan AS maupun barak militer pasukan boneka Afghan.
Kembali ke persoalan janda Peggy, jika masih memiliki kaitan
Perkara kompensasi bagi keluarga korban bukanlah hal yang paling memusingkan para Jendral AS. Perkara itu bahkan merupakan perkara paling ringan yang dihadapi oleh masa depan penjajahan AS di Afghan. Amerika sedang berusaha keras untuk bisa keluar dari belenggu persoalan di Afghan, dengan cara memberikan pelatihan militer bagi pasukan boneka Afghan yang akan merealisasikan dua keuntungan bagi AS.
Keuntungan pertama adalah menjaga nama baik AS, agar lembaran sejarah tidak mencatat kekalahan memalukan AS di Afghan pasca kekalahan memalukan mereka di Vietnam. Sementara keuntungan kedua adalah mempertahankan eksistensi pemerintahan boneka AS yang dijaga oleh pasukan yang terlatih dan sanggup menindas kehendak rakyat Afghan. Hal ini tidak mungkin akan tercapai kecuali dengan cara meningkatkan jumlah pasukan boneka AS dan melatihnya.
Infiltrasi mujahidin Taliban ke dalam barisan pasukan boneka Afghan dengan mengenakan seragam tentara dan polisi Afghan sungguh telah menjadi ancaman yang akan menghancur leburkan pelatihan militer palsu tersebut. Selama ini pelatihan militer itu dipakai oleh pemerintah AS sebagai justifikasi untuk mempertahankan pasukan mereka di Afghan, di tengah suara-suara rakyat AS yang makin vocal dan tuntutan mereka yang makin keras untuk mempercepat penarikan mundur pasukan AS dari Afghan.
Peter Morgan dalam kata pengantar yang ia tulis untuk program New Puzle Project di mana New US Foundation meneliti fenomena “green on blue attackss” dan menyimpulkan bahwa serangan-serangan yang sistematis ini telah menjadi problem yang serius bagi langkah-langkah AS dan NATO untuk menurunkan jumlah pasukan mereka pada dua tahun mendatang.
Mari bersama saya membayangkan, andaikata duduk persoalannya telah terbongkar oleh rakyat AS, maka media massa di AS akan menurunkan judul-judul seperti “Pajak rakyat AS digelontorkan untuk melatih Taliban”, “Pengalaman perang AS disalurkan kepada Taliban melalui infiltrasi kepolisian Afghan”, atau “Kita melatih siapa? Seluruh rakyat Afghan adalah Taliban”.
Pesan untuk jendral boneka
Terakhir, kami sampaikan pesan dan tanggapan kepada jendral boneka. Sudah beredar luas pernyataanmu yang engkau sampaikan dari kantor kedutaan besar Afghanistan di Washington dan kemudian ditulis oleh Koran The Washington Post pada 11 April 2012. Engkau menegaskan bahwa setiap orang yang mendaftar masuk kepolisian Afghan dan mengikuti pelatihan militer AS akan diwajibkan mendapat rekomendasi dari dua orang yang telah bekerja dalam kepolisian. Itulah syarat ia diterima dalam kepolisian dan bisa mengikuti pelatihan militer AS. Langkah itu engkau terapkan guna mencegah infiltrasi mujahidin Taliban terhadap kepolisian dan tentara boneka Afghanistan.
Jangan khawatir! Seorang mujahid Taliban akan mendapatkan rekomendasi dari dua orang mujahid Taliban yang telah lebih dahulu melakukan infiltrasi dalam barisan kepolisian dan tentara boneka. Bukan hanya dua rekomendasi, ia bahkan akan mendapatkan tiga rekomendasi! Dan mereka akan melaksanakan tugas mereka dengan sempurna. Barangkali, goresan penaku ini saat ini mengolok-olok “bintang” (tanda kepangkatan) yang diletakkan oleh penjajah di pundakmu dan topi baretmu.
(muhib almajdi/arrahmah.com)