KABUL (Arrahmah.com) – Taliban memperingatkan Turki agar tidak menempatkan beberapa pasukannya dan tentara bayaran dari Suriah untuk menjaga bandara Kabul setelah pasukan Amerika Serikat (AS) dan NATO mundur bulan depan.
Taliban menegaskan negara mana pun yang memilih untuk melakukannya akan diperlakukan sebagai “penjajah”.
“Turki telah berada di Afghanistan selama 20 tahun terakhir dengan NATO, dan jika ingin tetap tinggal sekarang, tanpa keraguan, kami menganggapnya sebagai penjajah dan akan bertindak melawannya,” tegas Zabihullah Mujahid, juru bicara Taliban, pada Arab News (13/7/2021).
Mujahid mengatakan, “Taliban selalu ingin menjalin hubungan baik dengan Turki dan berusaha memiliki hubungan normal.”
Namun dia menolak proposal Turki untuk mengawasi operasi bandara Kabul.
“Kami memiliki banyak kesamaan dengan Turki dan mereka adalah Muslim, tetapi jika mereka campur tangan dan mempertahankan pasukannya, maka mereka akan memikul tanggung jawab,” tegas dia.
Pada Jumat, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Ankara telah mencapai kesepakatan bersyarat dengan AS untuk mengambil alih keamanan bandara setelah penarikan NATO.
Sebelumnya, dilansir Al Monitor (12/7), intelijen Turki sendiri telah melakukan kesepakatan dengan sejumlah faksi di Suriah, antara lain: Suqour al Sham, Suqour al Shamal, Faylaq al Majd, Brigade Samarkand, Divisi Hamza, Divisi Sultan Murad Division, dan Brigade Suleiman Shah.
Rencananya, Turki akan mengirim sekitar 2.000 milisi ke Afghanistan untuk mengamankan Bandara Internasional Hamid Karzai dan gedung-gedung penting pemerintah Afghanistan.
Mereka akan diberangkatkan pada bulan September dengan gaji bulanan sebesar $2.000-3.000. (hanoum/arrahmah.com)