ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Negosiator Mujahidin Taliban mengatakan mereka akan bertemu dengan perwakilan AS di Pakistan pada 18 Februari mendatang sebagai bagian dari pembicaraan damai Afghanistan yang sedang berlangsung, meskipun seorang pejabat Departemen Luar Negeri mengatakan tim AS belum menerima undangan untuk pembicaraan tersebut.
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, kemarin (13/2/2019) mengatakan pertemuan itu akan berlangsung di ibukota Pakistan, Islamabad, seminggu sebelum kedua pihak dijadwalkan untuk mengadakan negosiasi di Qatar pada 25 Februari.
“Meskipun kami telah mencatat pengumuman publik Taliban, kami belum menerima undangan resmi untuk pembicaraan apa pun,” kata seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
Zabihullah Mujahid juga mengatakan pihaknya akan bertemu dengan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan untuk mengadakan “diskusi komprehensif tentang hubungan Pakistan-Afghanistan.”
Sebagai tetangga Afghanistan dan salah satu kekuatan militer yang cukup diperhitungkan di kawasan itu, Islamabad kemungkinan akan memainkan peran penting dalam penyelesaian konflik, selain karena sekitar 1,5 juta pengungsi Afghanistan tinggal di Pakistan.
Pembicaraan antara pejabat AS – termasuk Zalmay Khalilzad, utusan perdamaian khusus untuk Afghanistan – telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Khalilzad dan pejabat Taliban sama-sama mengatakan bahwa kemajuan telah dicapai, tetapi para pejabat AS memperingatkan bahwa banyak pekerjaan yang harus dilakukan sebelum kesepakatan dapat diselesaikan.
Khalilzad dijadwalkan tiba di Pakistan dalam perjalanan enam negara yang juga mencakup Belgia, Jerman, Turki, Qatar, dan Afghanistan.
Pembicaraan juga telah diadakan di Moskow dengan beberapa tokoh yang sama, meskipun Khalilzad belum menghadiri diskusi tersebut.
Pembicaraan AS-Taliban bertujuan untuk menemukan akhir yang dinegosiasikan untuk perang 17 tahun Afghanistan.
Amerika Serikat telah berusaha untuk membawa Taliban ke meja perundingan dengan para pejabat di Kabul.
Pemerintah Afghanistan telah absen dari perundingan yang memicu kemarahan dan frustrasi di Kabul. Taliban menganggap pemerintah Kabul sebagai boneka Barat dan sejauh ini menolak untuk berunding secara langsung dengannya.
Para negosiator AS diperkirakan akan mendesak gencatan senjata antara gerilyawan Taliban dan pasukan Afghanistan yang didukung Barat sebelum kesepakatan apa pun tentang penarikan pasukan asing pimpinan-AS.
Taliban telah menuntut agar semua pasukan asing pergi sebelum gencatan senjata diumumkan tetapi mengatakan mereka akan menerima bantuan asing nonmiliter untuk membantu membangun kembali Afghanistan.
Para pejabat AS mengatakan Presiden Donald Trump ingin menarik sekitar setengah dari 14.000 tentara AS di Afghanistan. Presiden telah mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan menarik semua 2.000 tentaranya dari Suriah, dengan mengatakan ia ingin mengurangi keterlibatan A.S. dalam perang yang mahal.
Pasukan AS telah berada di Afghanistan sejak invasi Oktober 2001 yang menjatuhkan pemerintah Taliban setelah menolak menyerahkan teroris Al-Qaida, termasuk Osama bin Laden, yang dipersalahkan karena meluncurkan 11 September 2001 di Amerika Serikat.
Pemerintah di Kabul telah berjuang untuk menahan Taliban yang bangkit setelah koalisi pimpinan-NATO menyerahkan operasi militer kepada pasukan Afghanistan dan mengambil peran sebagai penasihat dan pelatih di negara itu. (Althaf/arrahmah.com)