JAKARTA (Arrahmah.com) – Tak mau terbongkar kedoknya, para penganut Syi’ah fanatik meneror panitia seminar “Menghadapi Makar Syi’ah dalam Revolusi dan Aqidah.” Kok masih ada orang beragama yang alergi forum ilmiah?
Sesuai jadwal, seharusnya acara seminar sehari yang bertema “Menghadapi Makar Syi’ah dalam Revolusi dan Aqidah” digelar Sabtu pagi (30/4/2011) di Masjid As-Sholihin Condet, Jakarta Timur. Meski persiapan sudah matang dan undangan sudah disebarkan dua pekan sebelumnya, namun acara dibatalkan sepihak oleh takmir masjid sehari sebelum acara digelar. Alasannya berkaitan dengan keamanan, karena takmir masjid mendapatkan terror dan acaman yang bertubu-tubi dari pihak luar yang diduga pengikut radikal Syi’ah.
Jum’at sore (29/4/2011), perwakilan Gerakan Mahasiswa Untuk Syari’at Islam (Gema Salam) selaku panitia pelaksana seminar mengonfirmasi persiapan acara kepada takmir masjid. Digelarlah pertemuan di rumah Haji Rustam Mahadji Tandjung, ketua DKM As-Sholihin di jalan Batu Ampar 3. Rustam didampingi Iskandar, Ketua Pelaksana Harian Masjid, dan Ahmad Nur Iman. Ternyata pihak DKM juga mengundang Aang Suhana, Bimas Polsek Kramat Jati.
Inti pertemuan itu adalah pembatalan acara seminar oleh takmir masjid. Pihak Gema Salam meminta toleransi agar acara tetap terlaksana karena undangan sudah menyebar di beberapa media dan sudah banyak jamaah yang mengkonfirmasi akan menghadiri acara tersebut. Namun ketua DKM tetap menolak dengan alasan beberapa masalah administrasi dan terutama banyaknya teror dan ancaman yang diterima.
Dengan raut muka yang nampak tertekan, Haji Rustam menjelaskan kalau dirinya mendapatkan banyak ancaman dan terror yang diduga dilakukan oleh kelompok Syi’ah atau dari pihak-pihak lain yang tidak ingin berlangsungnya acara tersebut. Ancaman teror disampaikan melalui telepon dan SMS ke ponsel miliknya. “Hari ini saja saya sudah mendapatkan enam kali telepon yang meminta acara itu dibatalkan. Mereka mengancam akan mengerahkan massa. Ada juga penelpon yang mengaku dari Kepolisian,” ujar Rustam dengan terbata-bata.
DKM bersikukuh agar acara tersebut dibatalkan untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Padahal pihak kepolisian sebagaimana disampaikan Aang Suhana telah menjelaskan bahwa Polsek sudah menerima surat pemberitahuan penyelenggaraan acara seminar tersebut dan siap mengerahkan personel keamanan pada saat acara berlangsung. Akhirnya dengan berat hati Pihak Panitia Gema Salam pun mau tidak mau harus membatalkan acara tersebut.
Ustadz Hartono Ahmad Jaiz yang sedianya menjadi pemateri pada acara tersebut, menyayangkan pembatalan yang dilatari oleh teror gelap tersebut. Menurutnya, pembatalan acara itu sangat merugikan dakwah dan menguntungkan aliran sesat.
“Hal yang seperti ini harus diwaspadai, di mana dakwah tidak kondusif tapi aliran sesat malah kondusif. Umat Islam perlu menyadari bahwasanya aqidah ini sudah terancam. Ini keadaan yang kurang menguntungkan bagi umat Islam,” ujar pemerhati aliran-aliran dan faham sesat itu.
Karenanya, Hartono mengimbau umat Islam agar mewaspadai ketimpangan antara dakwah Islam dan kebebasan penyiaran faham sesat. “Umat Islam harus menyadari, saat ini kesesatan itu justru bisa ngelunjak! Dakwah menyampaikan kebenaran bisa terhalangi, sedangkan orang yang merusak Islam malah bisa eksis,” jelas penulis buku Aliran dan Faham Sesat di Indonesia itu.
Mengenai sekte Syi’ah, Hartono menjelaskan bahwa kebencian kaum Syi’ah terhadap Islam itu lebih besar dibandingkan orang kafir. Permusuhan ini dilakukan oleh pemerintah Syi’ah di Iran dengan membunuhi para ulama Sunni dan menghancurkan masjid-masjid Sunni. “Para ulama Sunni dibunuhi, dan masjid-masjid Sunni dihancurkan. Padahal di London dan negeri-negeri kafir lainnya saja masjid boleh didirikan,” jelasnya.
Bukti permusuhan lainnya terhadap Islam, di Taheran Iran tidak ada satu pun masjid Sunni (Ahlus Sunnah). Ketika ditanya wartawan di Afrika Utara mengenai kondisi masjid Sunni di Taheran, Syaikh Taskhiri, ulama Syi’ah, menjawab bahwa saat ini belum saatnya. Bila mereka mengetahui ada sebuah rumah yang menyelenggarakan Shalat Jum’at berjamaah, malah digrebeg.
Hartono mengingatkan umat agar waspada terhadap sekte Syiah, bila tak ingin mengalami nasib yang sama bila menjadi minoritas seperti di Iran. “Ketika belum berkuasa saja Syi’ah sudah berani meneror dakwah, apalagi kalau sudah berkuasa,” tutupnya.
Senada itu, Ustadz Anung Al-Hamat Lc yang juga dijadwalkan menjadi pemateri acara tersebut, menyatakan kekecewaan pembatalan acara. Menurutnya, para pengikut Syi’ah melakukan teror untuk membatalakan acara karena mereka tak mau ada pihak yang membongkar kesesatan Syi’ah. “Kaum Syi’ah memang sudah di ujung kekalutan dan ketakutan terbongkarnya kesesatan mereka,” ujar alumnus Fakultas Hadits Universitas Al-Azhar itu.
Mengenai program revolusi Syi’ah, Ustadz Anung mendapat berita itu dari salah seorang jamaah yang pernah menghadiri majelis Syi’ah, yang menceritakan bahwa Syi’ah akan melakukan Revolusi 20-30 tahun ke depan.
Kekecewaan tak jauh berbeda juga disampaikan Abu Asybal Usamah, narasumber ketiga dalam acara seminar tersebut. Seminar tersebut digelar bukan untuk menebar permusuhan, tapi demi tanggung jawab dakwah. Ironis bila dakwah disambut dengan teror.
“Kita mempunyai tanggung jawab bersama menolong umat Islam di mana pun mereka dan membongkar makar Syi’ah adalah upaya preventif untuk membentengi umat Islam khususnya di Indonesia,” tuturnya. “Syi’ah mempunyai latar belakang Revolusi dan politik yang perlu diwaspadai, mereka bermain secara halus membonceng pluralislme dan liberalisme serta melakukan pendekatan kepada elite penguasa.”
Meski hajat seminar bertema membongkar makar Syi’ah terganjal teror, namun panitia penyelenggara tak surut semangat. Rencananya, seminar itu akan digelar dalam waktu dekat di tempat yang kondusif. “Kami mewakili Gema Salam mohon maaf kepada umat yang sudah dikecewakan atas pembatalan acara tersebut. Insya Allah dalam waktu dekat kami persiapkan acara seminar ‘Menghadapi Makar Syi’ah dalam Revolusi dan Aqidah’ di tempat lain,” ujar Usamah mewakili rekan-rekannya Gema Salam. “Insya Allah kami tidak akan menyerah dengan tekanan apapun!” tekadnya. (voa-islam/arrahmah.com)