(Arrahmah.com) – Situs The Washington Post melaporkan pertemuan khusus para pejabat tinggi pemerintahan AS dan sejumlah pejabat tinggi negara-negara Arab boneka AS di kawasan Timur Tengah, Ahad (20/5/2012).
Pertemuan itu membahas kemungkinan pembangunan sejumlah pangkalan militer permanen AS di Yordania. Sejumlah pangkalan militer tersebut dirancang untuk menjadi markas operasi unit pasukan marinir dan unit pasukan elit AS lainnya.
Para pejabat tinggi Washington menyatakan planning pembangunan sejumlah pangkalan militer permanen AS tersebut disusun oleh kerjasama dinas intelijen dan para pejabat tinggi militer sedikitnya tujuh negara. Salah satu poin yang berhasil disepakati dalam planing tersebut adalah pengamanan persenjataan kimia oleh satuan-satuan pasukan elit AS, saat milisi-milisi bersenjata menguasai keadaan di Suriah.
The Washington Post melaporkan para petinggi dinas intelijen negara-negara Barat dan tetangga Suriah semakin mengkhawatirkan upaya ‘kelompok-kelompok ekstrimis Islam’ menguasai seluruh kota dan distrik saat Suriah mengalami perang saudara dalam skala luas.
Sejumlah pejabat tinggi militer AS menyebutkan kesiapan pembangunan pangkalan militer AS di Yordania ini bersamaan waktunya dengan penambahan latihan militer di Kawasan, termasuk latihan gabungan militer multinasional berskala luas dan tidak biasa, yang akan digelar bulan ini di Yordania, tetangga Suriah dari arah Selatan.
Sesuai hasil pembicaraan para pejabat tinggi militer AS dan Yordania, pangkalan militer AS di Yordania akan memungkinkan unit pasukan marinir AS dan pasukan elit AS lainnya untuk bergerak cepat mengamankan situasi, termasuk persenjataan kimia, saat terjadi krisis keamanan sepanjang wilayah perbatasan Suriah sampai Irak. Demikian dilaporkan oleh sejumlah pejabat tinggi militer Yordania yang turut dalam pertemuan kedua belah pihak.
The Washington Post menulis dinas intelijen negara-negara Barat merancang taktik yang pernah mereka gunakan untuk mengamankan persenjataan kimia di Libya. Khususnya ketika kekacauan melanda seluruh negeri, sehingga tentara nasional Libya dikerahkan ke berbagai penjuru daerah dan mengakibatkan ‘kelemahan’ di ibukota Tripoli.
(muhib almajdi/arrahmah.com)