WASHINGTON (Arrahmah.id) — Presiden Donald Trump berencana mengirim kembali tentara Amerika Serikat (AS) ke Pangkalan Udara Bagram yang strategis di Afghanistan. Alasannya, tempat itu dekat dengan lokasi Cina mengembangkan rudal nuklirnya.
“Joe Biden menyerahkannya…Saya pikir kita harus mendapatkannya kembali,” katanya, berbicara tentang kendaraan lapis baja dan Pangkalan Udara Bagram.
Pernyataan Trump disampaikan pada jumpa pers setelah pertemuan kabinet pertamanya sejak dia mengambil alih panglima tertinggi angkatan bersenjata AS.
Lebih spesifik tentang apa yang dimaksudnya, Trump mengatakan: “Yang sangat mengganggu saya adalah kita memberikan miliaran dan miliaran dolar ke Afghanistan, tidak ada yang tahu itu, namun, kita meninggalkan semua peralatan itu, yang tidak akan terjadi seandainya saya menjadi presiden saat itu.”
“Kami (AS) keluar di bawah kepresidenan saya. Saya adalah orang yang membuat kehadiran militer kita menjadi di bawah 5.000 [personel], tetapi kami akan mempertahankan (pangkalan udara) Bagram—bukan karena Afghanistan, tetapi karena Cina, karena pangkalan udara itu tepat satu jam dari tempat Cina membuat rudal nuklirnya. Jadi, kami akan mempertahankan Bagram,” kata Trump, yang dilansir NDTV (2/3/2025).
Dia melanjutkan dengan mengatakan: “Pangkalan Udara Bagram adalah salah satu pangkalan udara terbesar di dunia. Pangkalan itu memiliki salah satu landasan pacu terbesar dan terkuat. Beton dan baja yang sangat berat digunakan (untuk memperkuatnya). Apa pun bisa dibawa di sana. Dan kami menyerahkannya—dan Anda tahu siapa yang mendudukinya saat ini? Cina. Karena Biden menyerahkannya. Jadi, kami akan mempertahankannya.”
Dia menambahkan bahwa militer AS akan melakukan penarikan semua peralatan yang tertinggal—sekitar 40.000 kendaraan lapis baja dan militer berat yang saat ini berada di tangan pemerintah Taliban atau Imarah Islam Afghanistan (IIA) di negara tersebut.
Trump mengatakan bahwa Afghanistan mampu bertahan karena miliaran dolar bantuan AS, dan oleh karena itu pemerintah IIA yang sekarang harus mengembalikannya.
Pada bulan Agustus 2021, di tengah krisis yang semakin dalam di Afghanistan, Presiden AS saat itu Joe Biden membela langkahnya untuk menarik pasukan AS sepenuhnya dari negara yang dilanda perang itu, dengan mengatakan bahwa sejarah akan mencatat ini sebagai “keputusan yang logis, rasional, dan tepat”.
Keputusan Joe Biden muncul 20 tahun setelah invasi AS ke Afghanistan menyusul serangan teror 9/11 di Amerika Serikat.
Perkiraan konservatif menunjukkan bahwa puluhan ribu nyawa melayang dalam perang 20 tahun di Afghanistan.
Belum ada tanggapan resmi, baik dari IIA maupun dari Cina, yang dituduh Trump memiliki kehadiran militer di Afghanistan. Pangkalan Udara Bagram awalnya dibangun oleh Uni Soviet selama Perang Dingin, kemudian digunakan AS untuk memperluas pengaruhnya di Afghanistan. (hanoum/arrahmah.id)