JAKARTA (Arrahmah.com) – Mendapat tekanan hebat, Facebook akhirnya menghapus grup yang tidak percaya pada holocaust. Kelompok di situs jejaring sosial itu percaya, pembunuhan massal pada Yahudi atau holocaust hanya mitos dan tidak benar.
Facebook akhirnya menghapus dua kelompok yang tidak percaya adanya holocaust. Padahal pekan lalu jubir Facebook, Barry Schnitt mengisyaratkan Facebook hanya akan membatasi akses ke kelompok yang tidak percaya holocaust di negara yang menganggap hal itu bertentangan dengan hukum, semisal di Israel dan Jerman.
Facebook beralasan, penghapusan itu karena menyebarkan kebencian. “Anggota dari dua kelompok yang bernama The Holocaust is a Holohoax dan Based on Facts … There Was No Holocaust menggunakan forum untuk mempromosikan kebencian,” kata Schnitt.
Namun beberapa kelompok yang tidak percaya Holocaust lain termasuk “Holocaust: A series of lies” dan “Holocaust is a myth,” masih bisa diakses dan menjadi kelompok yang popular.
“Kami mengawasi kelompok ini jika diskusi diantara anggotanya sudah naik pada topik menyebarkan kebencian maka kami akan menutupnya,” kata Schnitt.
Penghapusan itu setelah kampanye terus menerus oleh jaksa AS Brian Cuban, kakak dari pemain Dallas Mavericks Mark Cuban. Dia sejak tahun lalu terus mendesak agar kelompok itu dihapus karena bertentangan dengan aturan Facebook.
Situs Wikipidea menyebut Holocaust denial sebagai kepercayaan Holocaust tidak pernah terjadi. Sebutan Holocaust denial juga untuk yang berpandangan korban yang dibunuh oleh Nazi tidak sampai 6 juta orang. Termasuk tidak ada pembunuhan massal di kamp-kamp konsentrasi.
Mereka yang percaya hal ini menilai, bangsa Yahudi atau kaum Zionis mengadakan konspirasi untuk mendukung agenda politik tertentu.
Karena Holocaust dianggap sebagai salah satu kejadian paling banyak didokumentasikan, maka pandangan itu dianggap tidak kredibel.
Organisasi semacam American Historical Association bahkan menyebut Holocaust denial sebagai “penipuan akademik terbesar”.
Pernyataan holocaust denial di muka umum juga dinilai melanggar hukum di sepuluh negara Eropa, termasuk Prancis, Polandia, Austria, Swiss, Belgia, Romania, dan Jerman.
Sementara Holocaust denier lebih suka disebut Holocaust revisionist. Tapi ahli sejarah menilai, istilah itu menyesatkan. Historical revisionism adalah bagian dari ilmu sejarah yang menyelidiki ulang sejarah yang sudah diterima secara umum.
Ahli sejarah terkemuka yang mempertanyakan kenyataan Holocaust dan yang mendukung Holocaust denial kebanyakan dicap sebagai antiSemit atau neoNazi.
Disertasi Presiden Palestina doktor Mahmoud Abbas meragukan kamar gas telah digunakan untuk membunuh orang-orang Yahudi. Ia juga mengatakan jumlah orang Yahudi yang dibunuh dalam Holocaust kurang dari 1 juta jiwa.
Holocaust denial selama ini ditempelkan pada penentang Israel dari kaum Muslim. Tapi dari kalangan ilmuwan barat ada yang menyangkal adanya Holocaust. Termasuk di dalamnya pengarang Prancis Roger Garaudy, Professor Robert Maurisson, Ernst Zundel dan David Irving.
Tetapi hampir semua dinyatakan bersalah dan dijebloskan ke dalam penjara termasuk pada 15 Feb 2007, Ernst Zundel seorang Holocaust denier dihukum 5 tahun penjara. (Althaf/inilah/arrahmah.com)