MALI (Arrahamah.com) – Allahu Akbar! Mujahidin Al Qaeda in the Islamic Maghreb (AQIM) dilaporkan telah membebaskan kota Timbuktu pada hari Ahad (1/4/2012), sebuah kota besar di Mali, Afrika Barat yang telah menjadi target lama jihad Mujahidin AQIM.
Mujahidin AQIM yang disebut oleh pejabat boneka sebagai “Pemberontak Tuareg” (Tuareg adalah orang-orang yang tradisional yang menjadi mayoritas penduduk utama Sahara –red) tiba dikota Timbuktu. Kemudian mereka menaikkan bendera hitam bertuliskan kalimat Tauhid.
“‘Pemberontak Tuareg’ telah tiba di kota. Mereka menancapkan bendera mereka,” kata El Hadj Baba Haidar, seorang anggota Parlemen Pemerintah Demokrat di Timbuktu, mengatakan kepada Reuters pada hari Senin (2/4).
Seorang penduduk desa mengatakan kepada Reuters bahwa Mujahidin telah mengibarkan bendera mereka di atas kantor Gubernur, kantor walikota dan kamp militer Utama.
Pada Ahad pagi, seorang anggota militer yang tidak mau menyebutkan namanya mengatakan bahwa dia melihat konvoi 10 mobil yang membawa para “pemberontak” memasuki kota kuno itu, yang terletak lebih dari 1.000 km dari kota Bamako, kemudian mereka pergi ke kamp militer Cheikh Fort Sidi Elbakaye di Timbuktu, di mana mereka menaikkan bendera hitam.
Menurut laporan, disinyalir Mujahidin yang datang adalah gabungan dari Mujahidin AQIM dan Mujahidin Ansar Deen (Mujahidin asli Mali).
Mujahidin mendatangi toko-toko untuk memberitahu kepada pemiliknya untuk menghilangkan gambar-gambar atau poster-poster yang tidak islami, seperti yang menunjukkan wanita yang tidak tertutup auratnya.
Pembebasan Timbuktu berhasil dilakukan setelah Mujahidin membebaskan kota Gao di Timur Mali, setelah pembebasan ibukota provinsi Kidal.
Media-media Barat menyesalkan bahwa dengan berhasil memebebaskan Timbuktu, Mujahidin telah berhasil melakukan apa yang telah dijauhkan dari mereka selama beberapa dekade.
Timbuktu adalah kota yang pernah menjadi pusat penyebaran Islam di Afrika pada abad ke-15 dan abad ke-16. Timbuktu memiliki Tiga Masjid utama, yaitu Djingareyber, Sankore dan Sidi Yahya, mengingatkan kembali zaman keemasan yang pernah dilalui Timbuktu. (siraaj/arrahmah.com)