CIREBON (Arrahmah.com) – Markas Aliansi Masyarakat Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Almanar) di peternakan Abu Mahdi Ciledug Kabupaten Cirebon, diserang puluhan preman bersenjata, Rabu, 3 Juli 2013.
Para preman itu merusak dan membuat coretan-coretan caci maki dan pembubaran organisasi yang mereka anggap telah merugikan mereka karena sering melakukan razia minuman keras, minuman kesukaan mereka.
Penyerangan preman itu dipimpin Ot (40 th). Lelaki ini baru keluar dari LP Nusakambangan terkait kasus pembunuhan calo bus jurusan Kuningan-Jakarta.
Informasi yang dihimpun di lapangan, sebelum melakukan penyerangan mereka berkumpul di Balai Desa Damar Guna, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon, pada Ahad 30 Juni 2013.
Pertemuan ini digagas oleh AS, penduduk desa Ciledug Kulon, atas nama berbagai ormas Islam. Mereka yang berkumpul adalah utusan dari berbagai desa di Kecamatan Ciledug dan Kecamatan Pabuaran.
Dalam pertemuan itu disebutkan bahwa Almanar dengan tokohnya yang bernama Mukhtar, pengelola peternakan Abu Mahdi, diduga kuat merupakan jaringan “teroris”.
Hasutan ini kemudian membuahkan hasil walau tidak besar. Menurut informasi dari Kuwu Ciledug Kulon, profesi AS sendiri tidak jelas, kadang mengaku guru kadang menyebut dirinya pengacara.
Entah apa hubungannya, dari masalah minuman keras menjadi persoalan “teroris”, dan kemudian melahirkan penyerangan ke markas Almanar.
Persoalan sedikit terkuak, ketika Ot dan AS dihadirkan paksa dalam sebuah pertemuan usai penyerangan. Pertemuan itu disaksikan oleh Kapolsek Pabuaran-Ciledug, AKP Sentosa Sembiring dan Camat Ciledug, Carsono. Ot dan AS dihadirkan paksa karena usai penyerangan mereka kabur dan tidak mau berdialog.
AS mengklaim sebetulnya dia ingin melakukan dialog damai dengan Mukhtar pada hari Selasa (2/7/2013), dengan rombongannya sebanyak lima orang. Tetapi Mukhtar tidak ada.
Hanya saja para saksi menuturkan, bahwa mereka melakukan tindakan kasar dengan membentak para pekerja peternakan, dan meminta kepada mereka supaya tidak menyembunyikan Mukhtar. Karena dialog itu tidak terjadi maka mereka melakukan penyerangan dipimpin Ot.
Sedangkan Ot menuturkan, bahwa gerakan Almanar dalam melakukan kegiatannya tidak melakukan amar ma’ruf dulu, atau sosialisasi dulu, dan yang penting menurut Ot tidak melibatkan orang-orang lokal, seharusnya melibatkan orang-orang lokal seperti dirinya.
Tetapi alasan Ot itu sulit diterima oleh ormas Islam yang tergabung dalam Almanar, karena tidak mungkin bekerjasama melakukan pemberantasan minuman keras dengan pecandu minuman keras.
Beberapa warga yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan, itu hanyalah akal-akalan kelompok preman saja. Nanti kalau mau melakukan razia minuman keras, harus memberitahukan dulu kepada mereka, maka pasti para penjual akan diberitahu oleh mereka akan ada razia, sehingga razia sudah pasti akan gagal.
Faktanya, menurut warga, miras yang sudah ditumpahkan oleh anggota Almanar di tanah, ada beberapa orang yang berusaha meminumnya. Hal itu menunjukkan bahwa mereka benar-benar butuh miras. Selebihnya, menurut para warga, justru kehadiran Almanar sangat dibutuhkan, karena mengurangi premanisme.
Warga juga menyebutkan adanya tujuan lain dari apa yang dilakukan oleh AS. Bagaimana mungkin kalau memang dia seorang guru, atau mungkin pengacara bisa akrab dan mengendalikan kelompok preman, dengan isu yang aneh-aneh, seperti isu minuman keras menjadi isu “terorisme”. Warga meminta supaya ormas Islam hati-hati terhadap orang-orang ini.
Sementara tokoh Almanar, Mukhtar mengungkapkan, bahwa dalam setiap razia, organisasi ini selalu berkoordinasi dengan aparat keamanan (yang dibenarkan Kanit Intelkam Polsek Pabuaran-Ciledug).
Dan yang sangat penting untuk diketahui adalah, bahwa razia itu didasarkan pada laporan dan permintaan warga, jadi tidak usah lagi meminta izin kepada pihak yang tidak berwenang.
Selain itu, anggota Almanar dari berbagai elemen, seperti Gapas (Gerakan Anti Pemurtadan dan Aliran Sesat), Gardah (Pagar Aqidah), JAT (Jamaah Anshorut Tauhid), FPI (Front Pembela Islam) dan lain-lain, selalu menjaga etika, tidak pernah melakukan perusakan. Mungkin memang ada yang rusak yaitu kardus wadah miras.
karena itu, Mukhtar meminta ganti rugi kepada Ot, dan mendesak polisi untuk mengusut penyerangan dan perusakan ini. Tetapi sepertinya polisi tidak akan melakukannya karena mereka hanya berupaya melakukan upaya pendamaian saja antara Ot-AS dengan Mukhtar.
Hingga berita ini diturunkan, situasi masih terkendali. Walau kemungkinan sewaktu-waktu bisa meledak lagi, karena belum ada kesepakatan final, antara para preman penyerang dengan ormas-ormas Islam. Apalagi ketika penyerangan dilakukan, para penyerang hampir semuanya dalam pengaruh minuman keras. Itu terasa dari bau mereka yang menyengat, khas minuman keras.
Jadi bagaimana mungkin, mau memberantas minuman keras dengan pecandu minuman keras?
( SI Online/salam-online/arrahmah.com)