MOSKOW (Arrahmah.id) — Juru bicara kelompok militan Islamic State (ISIS), Abu Huthaifa al-Ansari, pada hari Kamis (28/3/2024) secara terbuka mengancam Rusia dan Presiden Vladimir Putin karena menyiksa para pelaku serangan konser musik di Moskow saat berada di dalam tahanan.
“Kepada semua orang Rusia yang liar! Berhenti menyiksa tahanan ISIS. Awas! Jangan berpikir bahwa kami tidak memiliki kesempatan untuk membalas dendam kepada Anda atas saudara-saudara kami yang ditangkap,” ujarnya dalam video, dikutip dari Daily Mail (29/3/2024).
“Dalam serangan hari Jumat, kami membuktikan kepada Anda bahwa, Insya Allah, Mujahidin ISIS dapat menghukum Anda atas segala kengerian yang Anda lakukan: tanpa balas dendam ini, akan banyak pertumpahan darah yang tersisa dari umat Islam.”
Dilansir Reuters (28/3), dia memuji aksi 4 anggota kelompoknya di Rusia pekan lalu yang menewaskan lebih dari 140 orang.
Dalam pesan suara yang diunggah di Telegram, Al Ansari juga menegaskan kembali desakan para pendukung ISIS untuk menargetkan “tentara salib” di mana pun, terutama di Amerika Serikat, Eropa, dan Israel.
“Kami memohon kepada Tuhan agar Anda berhasil mencapai Palestina sehingga Anda dapat melawan orang-orang Yahudi secara langsung dalam perang agama yang tiada akhir,” kata Al Ansari, dikutip Reuters.
Diketahui, Rusia telah menahan 11 tersangka terkait kasus serangan teror di Crocus City Hall di Moskow, yang menewaskan 140 orang dan melukai 150 lainnya.
Empat pria yang menjadi tersangka utama penembakan – Dalerdzhon Mirzoyev (32), Saidakrami Rachabalizoda (30), Mukhammadsobir Faizov (19), Shamsidin Fariduni (25) – terlihat hadir di pengadilan Moskow dengan wajah lebam, tanda-tanda pemukulan parah, telinga terpotong dan babak belur.
Melihat anggotanya babak belur, Al Ansari mengatakan penyiksaan terhadap anggotanya yang menyerang Moskow telah ‘meningkatkan rasa haus darah mereka’.
“Penyiksaan terhadap Mujahidin yang ditangkap atas nama Anda dan publikasi video mereka meningkatkan haus darah Anda terhadap ribuan saudara mereka. Kali ini, kami akan pukul kepalamu dengan keras sehingga generasi mendatang, Insya Allah, akan mengingat Anda dan rasa sakit serta luka masa lalu ini akan terlupakan,”
“Ya! Pukulan yang sangat keras, mematikan, berdarah, menusuk, membakar dan dahsyat. Tunggu! Harapkan pembantaian, Insya Allah. Segera, Insya Allah,” tutup Al Ansari.
Ancaman itu datang setelah Rusia mengeluarkan potret-potret dan video para tersangka disiksa oleh pasukan khusus Rusia saat ditangkap.
Satu video memperlihatkan tersangka bernama Rachabalizoda menangis dan berteriak di tanah ketika tentara Rusia memukulinya dengan popor senjata, sementara video berikutnya menunjukkan seorang petugas memotong telinga kanannya dan mencekoknya dengan paksa. Dia kemudian muncul di pengadilan dengan fitur wajah bengkak dan perban besar di telinga kanannya.
Rekaman baru juga menunjukkan tentara Rusia memburu tersangka teroris lainnya, yang berusaha bersembunyi dari mereka dengan memanjat pohon. Setelah mereka melemparkan pria itu ke tanah, tentara berulang kali membenturkan kepalanya ke tanah saat mereka menanyainya.
Sementara itu wakil ketua dewan keamanan Rusia Dmitry Medvedev mendesak pasukan keamanan untuk ‘membunuh’ semua orang yang membantu melakukan serangan teror tersebut. (hanoum/arrahmah.id)