PARIS (Arrahmah.com) – Tak kurang dari 20 pensiunan jenderal Prancis telah menyerukan pemerintahan militer jika Emmanuel Macron gagal menghentikan disintegrasi negara itu di tangan kaum Islamis, dalam sebuah surat terbuka yang diterbitkan menjelang pemilihan presiden tahun depan.
Surat terbuka, yang diterbitkan di majalah berita sayap kanan Valeurs Actuelles, mengklaim bahwa kudeta militer mungkin diperlukan untuk menghentikan perang saudara di Prancis.
Dilansir France24 (27/4/2021), Pemerintah Macron mengecam pidato tersebut dan menyamakannya dengan kudeta yang gagal dari para jenderal terhadap Presiden de Gaulle 60 tahun lalu.
Kendati demikian, pemimpin Partai Demokrat sayap kanan, Marine Le Pen, memuji surat yang ditandatangani oleh 80 pensiunan perwira lainnya serta 20 jenderal.
Pemimpin sayap kanan Marine Le Pen memberikan dukungannya kepada mantan tentara yang menulis surat itu
Surat terbuka yang ditulis Jean-Pierre Fabre-Bernadac, mantan perwira, dan ditandatangani oleh 1.000 orang lainnya dari pangkat lebih rendah berbunyi: “Prancis dalam bahaya. Ada banyak bahaya mematikan yang mengancamnya. Bahkan di masa pensiun, kami tetap menjadi tentara Prancis dan dalam keadaan saat ini kami tidak bisa tetap acuh tak acuh terhadap nasib negara kami yang indah.
Pensiunan perwira mengklaim bahwa Prancis sedang hancur dengan kelompok Islamis yang banyak tinggal di pinggiran kota.
Menurut para pensiunan itu, warga muslim dianggap memisahkan sebagian besar hukum negara dan mengubahnya menjadi tanah yang tunduk pada kepercayaan yang tidak sesuai dengan konstitusi Prancis.
Macron juga dikecam keras ketika pensiunan perwira mengkritik negara karena mengizinkan tindakan brutal polisi terhadap pengunjuk rasa rompi kuning di negara itu.
Pesan tersebut juga mengklaim bahwa negara akan “meledak” ke dalam perang saudara jika tidak ada tindakan cepat.
Menteri Angkatan Bersenjata Prancis Florence Parly menanggapi dengan marah surat itu dan mengatakan bahwa aliansi antara mantan militer yang dipolitisasi dan calon presiden sayap kanan Le Pen akan menjadi bencana. (hanoum/arrahmah.com)