SRINAGAR (Arrahmah.com) – Setelah hidup melalui dua lockdown secara beruntun, yang telah menghancurkan perekonomian lokal, orang-orang di Kashmir, yang kini dikelola India, melaksanakan Ramadhan dalam suasana yang sepi.
Ancaman penyebaran virus corona membuat kosong masjid-masjid yang biasanya penuh sesak di lembah Himalaya yang berpenduduk mayoritas Muslim tersebut.
Bagi banyak orang, pemandangan masjid yang sepi di saat lockdown seperti ini adalah pengalaman yang tidak pernah ada sebelumnya.
“Masjid lingkungan kami benar-benar disegel. Semuanya sangat memilukan tetapi ini juga menyangkut masalah hidup masyarakat,” kata Ghulam Ahmad, sebagaimana dilansir Al Jazeera.
Ahmad (63), yang merupakan seorang pensiunan pegawai pemerintah, tinggal di Gund Kaisar, sebuah desa di distrik utara Bandipora, yang menjadi salah satu daerah yang terkena dampak corona paling parah di Kashmir dengan lebih dari 100 kasus penyakit COVID-19.
Gund Kaisar, seperti banyak desa di Bandipora, berada di bawah lockdown ketat untuk menahan penyebaran infeksi yang telah membuat dunia terhenti.
Ahmad mengatakan keluarganya tidak melakukan persiapan seperti biasa untuk menyambut Ramadhan, yang biasanya diisi degan berbelanja kebutuhan puasa.
“Kami bahkan tidak dapat membeli kurma untuk berbuka puasa karena pasar di sini benar-benar ditutup dan tidak diizinkan untuk dibuka,” katanya. “Akses keluar dan masuk ke desa juga disegel,” imbuhnya.
Di desa tetangga, Gund Jahangir, yang telah dinyatakan sebagai “zona merah” yang sangat tidak stabil oleh pemerintah wilayah itu, Ahmad mengatakan setidaknya 35 keluarga telah ditempatkan di bawah karantina.
“Sungguh menyakitkan betapa tiba-tiba semuanya terjadi,” katanya. “Sebelumnya, desa itu akan seperti sebuah keluarga dan kita akan berkeliling setelah berbuka puasa dan mengobrol dan saling mengunjungi.”
Lockdown yang ditetapkan selama Ramadhan, kata Ahmad, telah membuat keluarga-keluarga itu sangat kesulitan.
Dipicu oleh penyebaran virus corona baru yang berasal dari Cina dan telah menginfeksi lebih dari tiga juta orang di seluruh dunia, membuat Kashmir juga harus merasakan lockdown.
Penguncian sebelumnya, yang berlangsung hampir tujuh bulan, diberlakukan pada Agustus tahun lalu ketika pemerintah India mencabut status semi-otonomi daerah itu dan membagi negara menjadi dua wilayah yang dikelola pemerintah federal. (rafa/arrahmah.com)