HAIFA (Arrahmah.id) — Ribuan pendemo berbaris di Haifa, pada Kamis (31/8/2023), menentang aksi kejahatan yang disertai kekerasan yang meningkat di komunitas Palestina di Israel, yang sejauh ini telah menewaskan 161 orang.
Dilansir Haaretz (1/9), kemarahan meluap terkait ketidakamanan di wilayah tersebut diarahkan kepada pemerintah Israel dan menteri yang bertanggung jawab terhadap pasukan kepolisian, Itamar Ben Gvir, yang merupakan politisi ultra nasionalis.
Kritik mengatakan riwayat Ben Gvir yang penuh dengan retorika anti-Arab menyebabkan dia tidak bisa dipercaya untuk memerangi peningkatan aksi kriminal yang saat ini berlangsung.
Kekerasan yang meningkat mengungkapkan ketidaksetaraan dalam masyarakat Israel, di mana warga Arab terus menghadapi diskriminasi selama bertahun-tahun, yang menurut para aktivis kondisi tersebut telah menyebabkan pertumpahan darah yang tidak ada habisnya.
Lebih dari 100 orang telah tewas dalam tindak kejahatan disertai kekerasan dalam komunitas Arab pada tahun ini. Jumlah tersebut naik tiga kali lipat dari tahun lalu, menurut Abraham Initiatives, kelompok yang berusaha menggalakkan koeksistensi antara warga Yahudi dan Arab dan mempromosikan komunitas yang aman.
Jumlah tersebut juga tiga kali lipat lebih besar dibandingkan angka pembunuhan di wilayah yang didominasi warga Yahudi, demikian menurut sejumlah data resmi, meskipun warga Arab hanya mengisi seperlima dari total populasi Israel yang mencapai 9,7 juta itu.
Sejumlah aktivis melihat terdapat hubungan langsung antara jumlah korban yang meningkat dengan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. (hanoum/arrahmah.id)