FALLUJAH (Arrahmah.id) — Setelah sebelumnya diprotes dan ditunda penayangannya, sebuah video game yang ceritanya terinspirasi pertempuran berdarah di Irak kembali menuai kritik pedas. Dipublikasikan oleh pengembang game Amerika Serikat (AS) Highwire Games dan penerbit Victura, game bertajuk ‘Six Days in Fallujah’ tersebut dinilai tidak peduli dengan korban dan warga yang meninggal akibat perang di Irak.
Dikutip Middle East Eye (29/6/2023), ‘Six Days in Fallujah’ sejak pengumuman awalnya, hampir 18 tahun yang lalu, telah menuai kontroversi terus menerus.
Teaser game yang diposting oleh akun resmi tdituduh netizen terlalu meremehkan kengerian perang dan tidak menghargai nyawa yang hilang sebagai akibat dari invasi AS.
“Rasakan bagaimana rasanya menjadi penjahat perang saat Anda membunuh, memperkosa, dan menyiksa warga sipil Irak yang tidak bersalah karena Anda seorang teroris yang menemepuh karier,” protes seorang pengguna.
Menurut situs resminya, pemain dijanjikan pengalaman impersif dalam “skenario kehidupan nyata”, di mana mereka berperan sebagai tentara AS asli yang menceritakan pengalaman langsung mereka.
Situs web menambahkan permainan dibuat dengan melibatkan kisah nyata dari keterlibatan lebih dari 100 Marinir, tentara AD, dan warga sipil Irak, namun pemain tidak diberikan opsi satu pun untuk bermain dari perspektif orang Irak yang diserang tentara AS.
“Game ini membuat kita menjadi seorang prajurit AS yang gagah berani saat mereka membantai jutaan orang tak bersalah dan memperkosa gadis di bawah umur!!!” ungkap seorang netizen lain.
Sementara Reg Keys, ayah seorang tentara AS yang tewas di Irak menyatakan bahwa pertempuran mengerikan itu seharusnya dibungkus rapat sebagai sejarah, bukannya malah dimainkan berulang-ulang dalam game.
Ide game ‘Six Days in Fallujah’ terinspirasi dari pertempuran berdarah di wilayah Fallujah yang berlangsung sekitar tahun 2004. Sekitar 1500 militan Irak jadi korban dan 38 tentara AS tewas kala itu.(hanoum/arrahmah.id)