Israel (Arrahmah.com) — Seorang perempuan Yahudi ultra-ortodoks Israel meminta izin untuk tetap tinggal di Inggris karena dia takut dipenjara sebagai pembelot dari militer jika dia kembali ke negara asalnya.
Kasus yang tidak biasa ini menyoroti masalah penentangan hati nurani di Israel.
Kebanyakan orang Yahudi Israel melakukan wajib militer setidaknya selama dua tahun. Namun, setiap tahun sebagian kecil dari mereka mengambil sikap ideologis untuk menentang wajib militer dan berakhir di penjara militer. Shahar Perets adalah salah satunya.
“Beberapa orang memanggil saya pengkhianat atau bilang saya tidak peduli dengan orang Israel, panggilan yang berbeda-beda,” kata Shahar, seorang perempuan muda yang menolak ikut wajib militer dan telah dipenjara selama tiga kali.
Shahar baru saja menghabiskan 18 hari di dalam penjara karena menolak untuk mengikuti wajib militer atas dasar ideologi. Hal ini juga didukung oleh keluarga Shahar.
“Saya memutuskan untuk menolak bergabung dengan tentara karena saya tidak ingin ikut dalam bagian penindasan dari jutaan orang di Tepi Barat dan Gaza,” jelas Shahar seperti dilansir dari laman BBC, Senin (1/11/2021).
Di Israel, keamanan nasional merupakan prioritas dan pengabdian tentara dilihat sebagai budaya, bagian dari identitas nasional. Bahkan, beberapa pemuda sudah memulai latihannya sebelum mendapat panggilan wajib militer.
Banyak warga Israel yang tidak ikut dalam militer, atas alasan medis, keluarga atau agama. Namun, tidak biasa untuk mengambil sikap ideologis secara terbuka.
Shahar menentang kedudukan Israel di wilayah Palestina.
“Kebanyakan orang tidak bertanya pada dirinya sendiri ketika mendapat panggilan wajib militer, apakah mereka ingin bergabung atau tidak, kenapa mereka ingin ikut wajib militer. Sehingga hal ini sangat revolusioner dalam beberapa tingkatan tertentu,” Jelas Shahar.
Setelah dia dibebaskan, Shahar harus kembali ke pusat wajib militer untuk ketiga kalinya. Dia menolak kembali dan dijatuhi hukuman penjara 30 hari. (hanoum/arrahmah.com)