IRKUTSK (Arrahmah.id) — Seorang pria bersenjata ditahan setelah melepaskan tembakan ke kantor wajib militer di wilayah Irkutsk Rusia pada Senin. Menurut gubernur setempat, pelaku yang diidentifikasi bernama Ruslan Zinin (25) ini melakukan aksi karena tidak mau berjihad untuk Putin di Ukraina
Dilansir South China Morning Post (27/9/2022), dalam sebuah video yang dipublikasikan di media sosial terlihat bahwa Ruslan Zinin melepaskan tembakan ke sebuah kantor wajib militer di kota Ust-Ilimsk, Siberia.
Sebuah video terpisah dari penembakan itu menunjukkan dia melepaskan setidaknya satu tembakan di dalam kantor wajib militer.
Gubernur regional Irkutsk Igor Kobzev menulis di aplikasi pesan Telegram bahwa kepala kantor wajib militer kini berada di rumah sakit dan dalam kondisi kritis. Sementara pelaku penembakan kini ditahan dan terancam akan menjalani hukuman.
Selain itu, secara terpisah media lokal melaporkan bahwa seorang pria berusaha membakar dirinya sendiri di sebuah stasiun bus di kota Ryazan, sekitar 185 km (115 mil) tenggara Moskow. Dia berteriak bahwa dia tidak ingin berperang di Ukraina. Dia telah dibawa pergi dengan ambulans.
Sejumlah kantor wajib militer telah diserang sejak Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi parsial Rabu lalu untuk memperkuat pasukan Rusia di Ukraina.
Protes terhadap wajib militer berlangsung selama akhir pekan di wilayah Dagestan dan Yakutia, yang keduanya telah memasok tentara dalam jumlah yang tidak proporsional untuk perang.
Kelompok hak asasi OVD-Info mengatakan bahwa setidaknya 101 orang ditahan pada hari Minggu di ibu kota Dagestan, Makhachkala, dalam contoh yang jarang dari perbedaan pendapat massal di wilayah Kaukasia Utara yang biasanya dikontrol ketat.
Pekan lalu Presiden Vladimir Putin mengumumkan akan melakukan mobilisasi militer dalam perang Rusia Ukraina. Sekitar 300.000 orang akan diberangkatkan dari Rusia ke Ukraina.
Rencana ini memicu kemarahan publik di Rusia. Pemanggilan sekitar 300.000 tentara cadangan telah menyebabkan protes berkelanjutan pertama di Rusia sejak invasi ke Ukraina dimulai.
Menurut kelompok pemantau memperkirakan setidaknya 2.000 orang ditangkap. Semua kritik publik terhadap “operasi militer khusus” Rusia dilarang.
Penerbangan dari Rusia telah terjual habis dan ratusan mobil terlibat kemacetan parah di pos pemeriksaan perbatasan, Selasa, 27 September 2022. Terjadi antrian 48 jam di satu-satunya perbatasan ke Georgia, tetangga pro-Barat yang memungkinkan warga Rusia masuk tanpa visa. (hanoum/arrahmah.id)