DAMASKUS (Arrahmah.com) – Pasukan pemerintah Suriah telah menjatuhkan bom barel di pinggiran Damaskus, ibu kota Suriah, yang baru saja menerima pengiriman bantuan untuk yang pertama kalinya dalam empat tahun, menurut aktivis lokal, sebagaimana dilansir Al Jazeera, Jum’at (10/6/2016).
Pengeboman yang terjadi hari Jum’at di Daraya yang dikuasai oleh pejuang oposisi berlangsung hanya beberapa jam setelah Bulan Sabit Merah Suriah (SARC) dan PBB menyampaikan bantuan makanan kepada penduduk di kota itu untuk pertama kalinya sejak berada di bawah pengepungan pada tahun 2012.
Menulis di Facebook, Dewan Daerah Daraya mengatakan bahwa setidaknya 28 bom barel dijatuhkan dari pesawat-pesawat tempur rezim Suriah.
Pada Kamis (9/6), pengiriman bantuan makanan datang setelah PBB mengatakan bahwa pemerintah Suriah telah mengizinkan bantuan itu masuk ke 15 dari 19 daerah yang terkepung di dalam wia]layah Suriah.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengutip sumber-sumber lokal mengatakan bahwa distribusi bantuan di Daraya tidak dilaksanakan karena pengeboman yang terjadi pada hari Jum’at itu.
Daraya telah dikepung sejak November 2012 dan telah menyaksikan beberapa serangan bom terburuk selama perang Suriah, yang sekarang telah memasuki tahun keenam.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault menyuarakan kemarahannya setelah adanya laporan tentang serangan bom barel oleh rezim Suriah di Daraya,
Ayrault menuding Damaskus “luar biasa bermuka dua”, dan mengatakan bahwa rezim Suriah akhirnya mengizinkan bantuan masuk setelah mendapat tekanan hebat dari masyarakat internasional, dan kemudian setelah itu rezim Suriah memulai kembali pengeboman.
Pengiriman pasokan makanan itu datang seminggu setelah konvoi bersama PBB, Komite Internasional Palang Merah dan SARC mencapai Daraya dan menyampaikan obat-obatan, vaksin, dan susu bayi.
PBB memperkirakan bahwa saat ini terdapat 592.700 orang yang hidup di bawah pengepungan di Suriah, dimana sebagian besar dari mereka – sekitar 452.700 orang – dikepung oleh pasukan pemerintah.
Pencabutan pengepungan di wilayah yang dikuasai oposisi adalah tuntutan utama dari oposisi selama pembicaraan damai tidak langsung yang diselenggarakan di Jenewa, Swiss, awal tahun ini.
(ameera/arrahmah.com)