Oleh: Umar Syarifudin (pengamat politik Internasional)
(Arrahmah.com) – Seperti yang dilansir dari sputniknews.com (1/12/2016) Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov mengatakan, Rusia meminta Barat untuk meninggalkan upaya rekayasa geopolitik di Timur Tengah. Rusia menilai, konflik Suriah hanya dapat diselesaikan oleh Suriah sendiri. Rusia berharap tim kebijakan luar negeri Presiden Amerika Donald Trump akan mengambil langkah-langkah praktis. Serta memiliki visi untuk menormalkan hubungan bilateral kedua negara dan terus berjuang melawan terorisme.
Komentar :
Memang benar, AS ingin menundukkan pergolakan internasional di Suriah seperti yang ada di Libya dan Yaman. Benar pula, AS-Rusia sama saja, bagaikan serigala berbulu domba. Turki pun sama, masuk dalam lumpur krisis Suriah dengan aktif, untuk bersama Rusia dan Iran dalam tripartit kejahatan yang mempermudah Rusia dan Iran dalam kejahatan keduanya dan menolong keduanya untuk mengimplementasikan solusi penyerahan diri ala Amerika melalui negosiasi dengan rezim diktator.
Sikap Rezim Bashar setia menjaga kepentingan-kepentingan Amerika. Bashar tidak jatuh sebelum Amerika menemukan alternatif antek berikutnya. Sehingga tidak terjadi kekosongan, dan rencana berlangsung sesuai dengan kalkulasi-kalkulasi Amerika. Anehnya perilaku politik Turki seperti seolah-olah Amerika dan Rusia menaburi minyak wangi pada rakyat Irak, Suriah, Afghanistan dan Pakistan. Juga seolah-olah Amerika dan Rusia memberikan bingkisan permata kepada setiap rakyat Suriah, Irak, Afghanistan dan Pakistan.
Rusia sendiri terlibat aktif untuk membumihanguskan kaum muslim di Suriah. Di saat yang sama Putin memiliki kesepakatan yang jahat dengan Amerika di Suriah, dia akan mendapat kemurahan Amerika dengan meredakan problem-problem wilayah dan internasional Rusia, yang itu merupakan kebodohan politik Rusia. Dalam tataran teknis genosida pun, terjadi koordinasi yang kuat antara pesawat-pesawat Rusia dan Amerika lalu lalang di udara Suriah untuk meluluhlantakkan bumi Syam. Rusia tidak paham posisinya hanyalah bidak catur AS.
Sebelumnya di bulan Februari tahun ini, Vladimir Putin menegaskan usaha Rusia untuk menyelesaikan krisis Suriah melalui cara-cara politik dan diplomatik, dimana ia mengatakan: “Kami selalu berusaha untuk menyelesaikan setiap isu yang memicu polemik dengan cara politik dan diplomatik. Kami telah memberikan banyak kontribusi dalam memulihkan stabilitas di beberapa negara, dan kami telah membantu menyelesaikan berbagai risis akut, dan kami juga akan mencarinya solusi terkait kasus ini, yakni krisis Suriah. Putin tidak punya rasa malu sedikitpun mengklaim bahwa Rusia selalu berusaha untuk menyelesaikan masalah dengan cara politik dan diplomatik. Jelas yang tampak adalah tindakan terorisme yang dilakukan Rusia di Suriah dengan topeng Amerika.
Saat Assad di atas angin, dia terus mendapat dukungan Rusia dalam membantai rakyat Suriah dengan tidak mengindahkan keberadaan para pasien di rumah-rumah sakit dan sekolah-sekolah. Saat rakyat Suriah menuntut perubahan yang nyata, Rusia ingin menghancurkan semangat tuntutan rakyat akan perubahan ke arah Islam.
Permusuhan Rusia terhadap Islam tampak sangat kerasnya, termasuk ketakutan faktor kuatnya keimanan rakyat di revolusi Suriah, Rusia memandang bahwa di dalam intervensinya di Suriah ada kesempatan untuk mengekspos keagungan Suriah yang telah hilang sejak runtuhnya Uni Soviet. Itu adalah kesempatan mengekspos kekuatan udara, satelit dan rudal kaliber dan kemampuannya membom Suriah. Amerika memprediksi bahwa serangan-serangan brutal ini akan merealisasi tujuan Amerika dan memaksa penduduk Suriah untuk bernegosiasi dengan rezim dengan berbagai syarat Amerika.
Kenyataannya Amerika konsern merekayasa agar skenario demi skenario hegemoni Suriah masih dalam koridor rencana Amerika dibantu negara sekutu dan pengekor, bersama Rusia, Turki, Saudi dan Iran. Hal itu dilakukan agar rencana-rencana Amerika akan berjalan tanpa diusik Negara-negara Eropa. Inilah Amerika khususnya dan Barat umumnya yang terkenal dengan aksi-aksi terorismenya, penghancuran, pembunuhan, pengusiran rakyat, penjahan negeri, dan perbudakan umat manusia.
Hal yang menggembirakan adalah penghancuran para agresor yang tidak pernah akan membuat gentar para pejuang Islam yang menyandarkan kemenangan dan pertolongan hanya kepada Allah SWT semata-mata. Para mujahidin dengan dukungan rakyat semakin kokoh untuk menolak intervensi Barat dan tawaran sistem demokrasi. Mereka juga menginginkan tegaknya syariah.
Hakikatnya, ketakutan AS, Rusia, termasuk Eropa di Suriah yang sesungguhnya adalah bangkitnya militer yang mengubah loyalitasnya yang sebelumnya kepada para penguasa antek menjadi loyalitas kepada akidahnya dan kepada kepada Hizbut Tahrir yang berjuang keras demi memulai kembali kehidupan Islam dalam naungan Khilafah Rasyidah ‘ala minhājin nubuwah, yang akan menyapu bersih imperialisme negeri-negeri kaum Muslim, dan yang akan mengemban misi Islam yang jernih dan murni, yaitu misi penyebaran petunjuk dan cahaya kebenaran Islam.
(*/arrahmah.com)